Di kediaman Bangsawan Triwangka, tampak diadakan rapat keluarga untuk mebahas prihal seleksi pemilihan putra mahkota besok.
Suasana di sana begitu tegang, ada beberapa anggota keluarga yang tidak mengizinkan Pangeran Ryan untuk ikut serta dalam seleksi akhir itu. Alasan yang mereka utarakan cukup kuat, yaitu karena lawan Pangeran Ryan adalah keluarga utama kerajaan Pangeran Dinata yang akhir-akhir ini banyak rumor buruk tentangnya.
Bahkan ibu dari Pangeran Ryan tampak menangi tersedu-sedu ketika putranya memutuskan untuk tetap ikut dalam seleksi itu.
"Pikirkan lagi, Ian. Bagaimana nasib saya tanpa kamu nanti, ibu tak akan sanggup hidup sendiri jika terjadi sesuatu padamu. Cukup kehilangan ayahmu, ibu tidak ingin kehilangan kamu juga."
Pangeran Ryan kemudian memeluk wanita paruh baya itu dengan erat, "Ibu tenang saja, saya berjanji akan baik-baik saja. Saya akan memenangkan seleksi ini dan menjadi putra mahkota agar keluarga kita tidak sengsara lagi. Ibu percaya saya kan?"
Wanita paruh baya itu mengangguk pelan dalam dekapan Pangeran Ryan, ia tidak bisa melarang lagi jika keputusan Pangeran Ryan telah bulat untuk ikut seleksi tahap akhir.
"Iya, Ibu akan berusaha percaya dan berdoa yang terbaik untuk kamu, Ian."
"Terima kasih, Ibu. Terima kasih," air mata dari keduanya tak bisa ditahan lagi, suasana haru kini memenuhi seisi ruangan. Mereka semua percaya Pangeran Ryan akan kembali dengan selamat.
***
Tibalah hari seleksi tahap akhir pemilihan putra mahkota kerajaan Neterliandis dilaksanakan, penentuan nasib kerajaan akan disaksikan di arena yang sangat luas ini. Terlihat semua penghuni kerajaan Neterliandis berbondong-bondong berkumpul memenuhi bangku penonton.
Mereka tampak memperhatikan Pangeran Dinata yang telah berdiri di sudut lapangan bersama Penasihat Gandara. Pria berambut abu ini menggunakan pakaian kerajaan resmi berwarna putih dengan motif ungu dan merah, senada dengan warna matanya yang tampak tajam melirik ke arah penonton yang kini membicarakannya.
"Paman, boleh saya melakukan pemanasan sebelum seleksi ini?" Tanya Pangeran Dinata pada Gandara yang tengah duduk didekatnya.
"Jangan macam-macam, Pangeran Dinata. Jangan melakukan hal berbahaya apapun sekarang," Jawab Paman Gandara sedikit curiga.
"Tidak, saya akan memperlihatkan pertunjukan kecil untuk mereka semua," Dinata menunjuk ke arah bangku penonton yang sedari tadi terus memandangnya tajam.
"Terserah, tapi janji jangan melakukan hal berbahaya untuk kamu dan orang lain!"
"Ya."
Pangeran Dinata kemudian mengeluarkan fantalis sihirnya dalam jumlah sangat kecil, sambil melirik ke arah penonton yang bergunjing tentang dia dan kemudian melemparkan sihirnya itu ke udara.
Sihir Dinata pecah di udara membentuk butiran kristal es kecil yang jatuh mengenai beberapa benda di sana. Dalam hitungan detik benda-benda yang terkena kristal es langsung membeku tak terkecuali sebuah kursi besar di sana.
Orang-orang yang membicarakannya tadi tampak menatap tak percaya akan kekuatan aneh dan kuat yang mereka lihat sekarang. Pandangan mereka langsung tertunduk ketika melihat Pangeran Dinata tengah melirik mereka tajam, seakan mengatakan "nanti giliran kalian yang membeku jika tidak segera berhenti membicarakan saya."
Di sudut lain, Pangeran Ryan yang tengah bersiap juga ikut memperhatikan Pangeran Dinata yang menggertak beberapa orang itu. Rasa ngeri seketika menyergap Pangeran Ryan ketika sihir Dinata berhasil membekukan benda yang cukup besar, ia mengalikan pandangannya ke arah ibu yang tengah duduk di sebuah bangku.
Apakah Pangeran Dinata benar-benar monster seperti orang-orang katakan? Kekuatan fantalis sihirnya tampak sangat kuat, bahkan sepertinya lebih kuat dari Penasihat Gandara ataupun Raja Indra. Apakah saya bisa mengalahkan, atau lebih tepatnya apakah saya mampu bertahan dari serangannya nanti? Tapi, tunggu bukankah Perdana Menteri Suliam pernah mengatakan kelemahan Pangeran Dinata pada saya.
------
"Percayalah Pangeran Ryan, saya tidak mungkin membohongi kamu. Jujur saya benci dengan Dinata, karena dia yang menghasut putra saya untuk melakukan bunuh diri. Jadi saya akan membantu kamu menang dalam seleksi ini," ucap licik Perdana Menteri Suliam pada Pangeran Ryan yang terlihat sedikit termakan.
"Saya masih tidak habis pikir, jika Dinata marah maka kekuatan fantalis miliknya semakin menurun? Bukankah sedikit aneh Perdana Menteri Suliam?" tanya Pangeran Ryan memastikan hal yang terus dibicarakan Perdana Menteri Suliam padanya.
"Iya, Pangeran Ryan. Jadi kamu harus mencoba mengambil posisi yang dekat dan........"
Perdana Menteri Suliam dengan sigap menjelaskan rencana liciknya pada Pangeran Ryan yang fokus mendengarkan ucapannya. Tahapan demi tahapan dalam rencananya dijelaskan dengan rinci oleh Perdana Menteri Suliam, sehingga Pangeran Ryan percaya dan tergiur akan rencana yang tampak matang itu.
"Ehm, Baiklah saya akan coba melakukan hal yang kau katakan saat duel sihir dengan Pangeran Dinata nanti. Awas jika kamu membohongi saya, Perdana Menteri Suliam."
"Ah," senyum terulas di bibir Perdana Menteri Suliam, "saya tidak akan mengecewakan kamu, Pangeran Ryan."
Akhirnya termakan juga ucap saya, dengan begini Pangeran Ryan akan membuat Dinata mengamuk dan fantalis sihirnya tak terkendali. Akibatnya Dinata akan mencelakai Pangeran Ryan atau lebih baiknya dia akan membunuh Pangeran Ryan. Pandangan rakyat dan para bangsawan lain akan semakin buruk pada Pangeran Dinata, dan pada akhirnya mereka membuat Raja Indra dan Pangeran Dinata tergusur dari istana Neterliandis. Hahah, jika Antoni tidak bisa menjadi pemimpin kerajaan Neterliandis maka tidak ada yang boleh menduduki tahta itu, termasuk Pangeran Ryan yang bodoh ini.
"Semoga begitu, Perdana Menteri Suliam. Saya juga tidak rela tahta kerajaan Neterliandis jatuh pada orang searogan dan sekejam Pangeran Dinata."
-------
"Baiklah, menurut Perdana Menteri Suliam hal pertama yang dilakukan adalah mencari kesempatan agar mendekat ke arah Pangeran Dinata," gumam Pangeran Ryan sambil menatap ke arah Dinata yang sibuk melakukan pemanasan.