Sudah satu menit lewat setelah team penilaian mengumumkan bahwa seleksi tahap akhir, duel sihir sudah resmi dimulai. Belum ada pergerakan baik dari Dinata maupun Pangeran Ryan, mereka sama-sama enggan untuk menyerang pertama kali.
Pangeran Ryan mulai berjalan pelan mendekat ke arah Dinata yang tampak diam mengamati saja, ia berniat akan memulai rencananya dengan Perdana Menteri Suliam lebih awal saat kekutannya masih sangat kuat.
Ketika posisi Pangeran Ryan sudah cukup dekat ia mulai memancing amarah Dinata dengan makian dan hinaan tentang perbedaan Pangeran Dinata, tapi semua ucapannya tampak tak membuat nafsu Dinata bergejolak.
Ia bahkan hanya memercikan sihir kristal esnya pada Pangeran Ryan tanpa tenaga sedikitpun, pikiran Dinata terbayang akan janjinya dengan Raja Indra dan Paman Gandara.
Ah, aroma energi negatif dari Pangeran Ryan cukup terasa juga ternyata, sepertinya penilaian ayah agak salah tentangnya. Jika saya tidak berkata akan mencoba menahan dan menekan nafsu membunuh saya pada Paman Gandara dan ayah mungkin lelaki ini telah aku habisi dari tadi.
"Pangeran Dinata, saya sedih melihat keadaan kamu sekarang begitu lemah. Bahkan saya dengar kamu tidak bisa mengendalikan fantalis sihir kamu sendiri, ternyata kamu bodoh," ucap Pangeran Ryan memancing emosi Dinata seperti yang direncanakan dirinya dengan Perdana Menteri Suliam dari awal.
Tampak sekali Pangeran Dinata berusaha menahan emosinya, beberapa kali fantalis sihirnya tak terkendali keluar dan ia arahkan ke udara bebas agar tidak melukai Pangeran Ryan.
"Tolong jaga ucapan kamu sekarang Ryan Triwangka, sebelum namamu tinggal sejarah dalam seleksi ini."
"Kamu coba mengancam saya, Dinata? Kamu itu hanya pria lemah yang hanya mampu menggertak saja, bahkan kamu tidak bisa melindungi teman-teman kamu sendiri ah...."
Dinata tiba-tiba memegangi kepalanya yang terasa berat karena otaknya hampir dikuasai oleh fantalis sihir, "Saya peringatkan terakhir kalinya untuk berhenti berbicara, PANGERAN RYAN!!!" Ucap Pangeran Dinata sedikit berteriak dan membuat penonton serta Paman Gandara panik dan bingung.
"Apa yang sedang Pangeran Ryan bicarakan, sehingga Pangeran Dinata marah besar seperti itu. Ini bisa gawat jika Pangeran Ryan tidak menghentikan pembicaraannya," gumam Paman Gandara yang tengah memperhatikan duel sihir itu dari pinggir lapangan.
Pangeran Ryan tak lantas menghentikan ucapannya setelah mendengar peringatan dari Dinata, "kenapa saya harus menghentikan ucapan saya, apakah anda takut jika harus mengingat kesalahan anda yang tidak mampu menjaga Putri Liliana serta tidak bisa mencegah Pangeran Antoni untuk bunuh diri. Dan bahkan anda membuat Ratu Nias Kusuma mati karena melahirkan anda"
"Hentikan!!!" Pangeran Dinata lantas berlutut lemas setelah mendengar ucapan yang membuat hatinya telah beku seluruhnya serta fantalis sihirnya berhasil mengambil ali kendali otak.
Senyum mengembang di wajah Pangeran Ryan ia berpikir bahwa rencana yang dibuat oleh Perdana Menteri Suliam berhasil membuat fantalis sihir Dinata melemah.
Pangeran Ryan dengan cepat mengeluarkan fantalis sihirnya berupah senjata tongkat dari besi bajah panas, sebelum itu ia bahkan membuat sihir besinya untuk mengikat kedua tangan Pangeran Dinata ketika tubuh Dinata tampak masih lemas.
"Semudah ini ternyata... Dalam satu pukul saya akan mengakhiri seleksi ini," gumam Pangeran Ryan yang mulai mengambil ancang-ancang untuk memukul Dinata dengan tongkat besi panasnya."Hiyattt" tongkat itu mulai ia ayunkan sekuat tenaga untuk mengenai pangkal leher Dinata.