Chirp. Chirp. Chirp. "ZALM! BANGUN! SUDAH JAM TUJUH!"teriak seseorang dari lantai bawah. "Ugh, berisik,"ujar Zalm sembari mengucek matanya. "Jam berapa sekarang?"ujar Zalm sembari meraba-raba, berusaha menggapai wekernya.
PRANG! "Zalm! Bunyi apa itu?"teriak seseorang lagi. Derap langkah kaki menaiki anak tangga terdengar. Begitu pintu dibuka, seorang wanita muda terlihat mengenakan celemeknya dan memegang kotak p3k.
"Zalm? Apa lagi yang kau lakukan hari ini? Suara apa itu yang tadi kudengar?"tanyanya sembari memerhatikan ruangan dengan seksama. Ia melihat weker yang hancur berkeping-keping di lantai. "Zalm! Harus berapa kali aku membelikanmu weker? Ini weker ke-1200 yang kau rusak!"katanya sembari mengambil serpihan-serpihan weker yang besar.
"Zalm?"tanyanya lagi. "Zalm? Kau berani mengabaikanku sekarang?"tanya perempuan itu sembari menoleh ke belakang. Tampak lelaki di belakangnya memucat. Ia memegang rambutnya dengan kedua tangannya dan tatapan matanya bingung. "Zalm? Halooo?"tanyanya lebih keras. "Zalm?"tanyanya lagi dan lagi.
"ZALM!" Bocah lelaki itu tersentak dan sadar dari lamunannya. "Ada apa denganmu hari ini? Kau aneh!"teriak perempuan itu sembari berkacak pinggang. "Zalm? I...itu aku?"kata sang bocah sembari menunjuk dirinya sendiri. "Siapa lagi? Memangnya ada orang lain di kamar ini selain kau dan aku?"
Bocah tersebut menggeleng. "Berhenti bersikap konyol dan segera turun ke bawah! Jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu!"kata perempuan itu sembari menutup pintu dengan keras.
Zalm? Itu namaku? Aku ingat dengan jelas siapa aku. Namaku Libero! Dan perempuan yang tak kukenal tadi mengatakan bahwa namaku Zalm? Siapa Zalm? Dan siapa dia? Dimana aku? Kenapa aku tak mengenali siapapun dan apapun?
Tenang, Libero, coba ingat-ingat kapan dan dimana kau berada saat kau sadar terakhir kali? Terakhir kali... terakhir kali... Argh! Aku tak bisa mengingat apapun! Tapi, kenapa?
"ZALM ALEXANDER! KAU MAU SEKOLAH ATAU TIDAK?"teriak suara perempuan itu dari bawah. Baiklah, lebih baik aku ikuti saja permainan ini. Pertama, aku harus mencari tahu siapa diriku yang sebenarnya. Berpura-pura menjadi Zalm di sekolah mungkin tak terlalu sulit, secara aku adalah siswa baru.
—————————————————————
Dari kartu pelajarnya, Zalm adalah seorang remaja lelaki yang baru saja lulus tahun ini dan berhasil masuk ke SMA Toeval, sma paling bergengsi di kota ini. Zalm sepertinya tidak punya teman dari sekolah lamanya. Hal ini akan mempermudah penyamaranku.
Zalm Alexander...Zalm Alexander...itu dia. Kelas 1-1? Rupanya dia remaja yang pintar, atau ada sebab lain? Kelas yang diakhiri angka satu terkenal superior. Orang-orang pintar, kaya dan orang-orang yang punya hubungan khusus adalah penghuni kelas ini. Nah, Zalm, kira-kira kau termasuk yang mana?
Krek. Pintu kelas dibuka dan seluruh mata memandangku. "Kau, semua orang yang ada di kelas ini adalah orang-orang pilihan. Tapi, kau, aku tak mengenalmu sama sekali. Siap kau?"tanya seorang lelaki berkacamata.
"Namaku Zalm, Zalm Alexander. Alasanku ada di sini? Entahlah, aku juga tak tahu,"kataku dengan santai. Semua mata memandangku saat aku berjalan menuju bangku kosong di pinggir jendela. Aku tak peduli dengan semua hal-hal tak masuk akal ini. Yang kupedulikan hanya bagaimana caranya aku keluar dari sini.
"Hei! Tidak sopan!"teriak lelaki tadi. Aku melihat keluar jendela, mengabaikannya. Tapi, apa yang kulihat diluar benar-benar tidak masuk akal. Tidak ada apapun di luar. Semuanya berwarna putih. Tak ada pohon, tanah maupun langit. Hanya ada warna putih yang tak berujung.
"Mustahil, ini mustahil,"gumamku. "Apa maksudmu mustahil?"tanya seorang perempuan di sebelahnya. "Kau tak melihatnya?"tanyaku padanya. "Melihat apa?"tanyanya sembari ikut melihat keluar. "Tak ada apapun di luar sana!"kataku sembari berbisik.
"Ah, itu? Kebetulan hari ini kaisar lewat dan memberikan berkahnya!"seru perempuan itu dengan senangnya. "Apa maksudmu kebetulan kaisar lewat?"tanyaku. "Kau tak tahu?"tanya perempuan itu. "Setiap bulan akan ada hari dimana kaisar lewat dan memberikan berkah pada suatu daerah. Kebetulan, hari ini adalah harinya!"
Zalm memandang keluar dan mendapati seekor naga putih meliuk-liuk di langit putih tanpa awan. "Kaisarr!!! Terimakasih banyak!"teriak murid-murid dari jendela. Zalm terduduk sendirian di saat semua murid berebut melihat keluar jendela. Ini tidak masuk akal. Naga? Di zaman modern seperti ini?
"Sepertinya kau kebingungan ya, Libero?" Suara apa itu? Siapa di sana? Seorang perempuan dengan rambut panjang yang menutupi muka melihatnya dengan menyeringai. Zalm bergidik, tidak pernah ia temui sepasang mata memelototiny dengan begitu menyeramkan.
"Direktur terlalu meremehkan manusia biasa, seperti biasa,"katanya sembari menatap dan meraba wajah Zalm dengan tangannya. "Kau bingung? Itu wajar, karena kau tau kau tidak bermimpi dan sadar bahwa ini bukan kenyataan."katanya.
Zalm terdiam, ia tak bisa bergerak sedikitpun. Tangan wanita itu kini meraba lehernya, dan kemudian mencekiknya. "Kau merasakannya? Itu menjelaskan bahwa otakmu dalam keadaan sadar."katanya sembari mengencangkan genggamannya.
Kenapa tidak ada yang menghentikannya? Apa dicekik juga adalah hal normal disini? "Ups, aku mencekikmu terlalu keras, direktur akan marah jika mengetahuinya."katanya sembari melepaskan cengkramannya.
"Kau manusia yang menarik, Libero, kurasa kita akan bertemu lagi nanti. Selamat tinggal," kata perempuan itu sembari menghilang.
Zalm menarik napas panjang dan menghembuskannya. Akhirnya, wanita gila itu pergi juga, ujarnya dalam hati. Hmm? Sejak kapan kelas jadi sesunyi ini?pikirnya sembari memandang ke sekeliling.
Tatapan tajam dari semua siswa terarah padanya. Mereka semua menatapnya dengan cemburu dan perasaan ingin membunuh. Zalm bergidik, "Kenapa kalian semua tiba-tiba diam?"
"Leviud memilihnya,"gumam seorang siswa. Leviud memilihnya,"sambung seorang siswa lain. "Leviud memilihnya, Leviud memilihnya, Leviud memilihnya,"ujar setiap siswa berbarengan. Ok, ini mulai menakutkan.
Jleb! Sebuah pisau mendarat tepat di dada Zalm. Apa? Apa...ini? Pisau? Darimana? Si...apa yang melemparnya? Pandangan Zalm memudar dan ia merasakan tubuhnya lemas dan mulai terjatuh. Di saat kesadarannya hampir hilang, matanya menangkap sesosok wanita yang memandangnya dengan tajam.
Wanita itu membuka mulutnya, seolah-olah mengatakan sesuatu, kemudian ia tersenyum lebar.
"Mati kau,"
-Hai! Author di sini, apa pendapat kalian tentang cerita kali ini? Berikan pendapat kalian dan jangan lupa untuk memberikan review dan vote! Terimakasih telah membaca! :)