Pukul 11 siang Jungkook mengendarai mobilnya dengan rasa bahagia. Terlihat dari senyuman yang terus mengembang di bibir tipisnya hingga gigi kelinci khasnya terlihat. Ia sangat senang saat ini karena ia akan bertemu dengan pemuda mungil yang telah memcuri hatinya.
𝗙𝗹𝗮𝘀𝗵𝗯𝗮𝗰𝗸 𝗼𝗻
𝘗𝘶𝘬𝘶𝘭 7 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢. 𝘌𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘳𝘪𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘵𝘶𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. 𝘗𝘢𝘥𝘢𝘩𝘢𝘭 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘩𝘢𝘴𝘪𝘭 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘸𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘦 𝘢𝘱𝘢𝘳𝘵𝘦𝘮𝘦𝘯 𝘯𝘢𝘮𝘶𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪-𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘪𝘢 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢.
"𝘈𝘬𝘩𝘩𝘩.. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘥 𝘮𝘰𝘰𝘥 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘢𝘬 𝘳𝘢𝘮𝘣𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢 𝘧𝘳𝘶𝘴𝘵𝘢𝘴𝘪. 𝘐𝘢 𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭, 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘠𝘢.. 𝘏𝘢𝘳𝘶𝘴! 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘴𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘥𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘱𝘰𝘯𝘴𝘦𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘭𝘪𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢.
𝘗𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘰𝘯𝘴𝘦𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘰𝘯𝘵𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘴𝘦𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘪𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘱𝘶𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘢𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘣𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶.
"𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢?"
"𝘛𝘶𝘢𝘯, 𝘴𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘯𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪
𝘉𝘶𝘵𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪."
"𝘖𝘬, 𝘵𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘪𝘯𝘧𝘰𝘳𝘮𝘢𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢."
"𝘕𝘥𝘦, 𝘵𝘶𝘢𝘯."
𝘚𝘢𝘮𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘱𝘶𝘵𝘶𝘴. 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘰𝘰𝘥𝘯𝘺𝘢 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘬𝘦𝘵𝘪𝘬𝘢.
"𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘮𝘶 𝘣𝘢𝘣𝘺, 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪𝘮𝘶 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘶𝘨𝘢." 𝘑𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘩 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘮𝘢𝘯𝘥𝘪 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘱𝘦𝘮𝘶𝘥𝘢 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘪𝘭 𝘪𝘵𝘶.
𝗙𝗹𝗮𝘀𝗵𝗯𝗮𝗰𝗸 𝗼𝗳𝗳
Sepanjang perjalanan dia terus bersenandung mengikuti lagu yang sedang ia putar dari ponsel yang terhubung ke earphone nya yang terpasang di kedua telinganya.
Setelah menempuh 20 menit perjalanan ia pun sampai di sebuah butik di mana pujaan hatinya berada.
"Ahh.. Akhirnya! Aku tak sabar melihat wajah cantikmu baby." Jungkook pun segera turun dari mobilnya setelah melepas seat belt dan earphone nya. Ia melangkah kan kakinya memasuki bangunan sebuah butik itu dan melewati pintu masuknya.
"Maaf bisa aku bertemu dengan jimin?" Ucap jungkook pada pelayan wanita di sana.
"Maaf tuan, untuk saat ini tuan kim sedang sibuk dan tidak bisa di temui untuk sementara waktu."
"Hah.. Aku hanya sebentar." Ucap jungkook sambil melangkah menuju arah tangga.
"Maaf tuan tapi,anda tidak bisa masuk sembarang sebelum membuat janji terlebih dulu." Pelayan wanita itu mencoba menahan jungkook yang akan naik ke lantai atas. Jungkook tampak tak menghiraukan wanita itu dan terus melangkah kearah tangga hingga salah satu karyawan pria menghentikannya.
"Tuan maaf, saat ini tuan Kim tidak bisa di ganggu." Ucap Bogum pada jungkook.
"Oke, aku akan mengirimkan pesan padanya." Jungkook pun mulai mengetikkan sebuah pesan pada jimin.
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝚓𝚒𝚖𝚒𝚗, 𝚊𝚔𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗𝚖𝚞.
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙪
𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚊𝚔𝚞 𝚜𝚒𝚋𝚞𝚔
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝚢𝚊𝚔𝚒𝚗 𝚝𝚊𝚔 𝚒𝚗𝚐𝚒𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚔𝚞?!
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙪
𝙲𝚞𝚔𝚞𝚙 𝚓𝚞𝚗𝚐𝚔𝚘𝚘𝚔-𝚜𝚜𝚒 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚞𝚜𝚒𝚔 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙𝚔𝚞!
𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚔𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚞 𝚙𝚞𝚊𝚜 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚊𝚗𝚌𝚞𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚔𝚞!
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝚘𝚑 𝚊𝚢𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚓𝚒𝚖𝚒𝚗..
𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚝𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚞𝚒𝚔𝚞, 𝚊𝚔𝚞 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚛𝚒𝚖𝚔𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚝𝚘 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚗𝚢𝚊.
*send picture*
(sebuah foto yang didalamnya terdapat seseorang berbadan mungil seperti jimin dan yang satunya sangat mirip jungkook sedang melakukan hubungan intim)
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙪
𝚔𝚊𝚞 𝚓𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚌𝚘𝚋𝚊-𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚓𝚞𝚗𝚐𝚔𝚘𝚘𝚔!😠
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙔𝙤𝙪
𝙏𝙤: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚒𝚊𝚛𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚔𝚞 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚔𝚎 𝚛𝚞𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗𝚖𝚞.
𝙁𝙧𝙤𝙢: 𝙅𝙞𝙢𝙞𝙣
𝙏𝙤: 𝙔𝙤𝙪
𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔𝚕𝚊𝚑
Jungkook tersenyum puas atas balasan pesan dari jimin.
"Dia mengijinkan ku masuk." Ucapnya sambil tersenyum sinis pada dua orang yang berusaha menghalanginya.
"B-baiklah tuan, silahkan." Jungkook pun melangkah melewati dua orang yang kini diam menunduk.
Setelah sampai di depan pintu ruangan jimin, jungkook merapikan penampilannya yang masih rapi alih-alih bersiap untuk bertemu pujaan hatinya.
𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠
Jungkook membuka pintu itu. Setelah terbuka dapat ia lihat Jimin sedang berada di depan sebuah manekin yang terbalut sebuah atasan jas formal. Jarinya yang terampil tengah sibuk menjahit dengan cara manual memasangkan kancing pada jas itu.
Jungkook tersenyum menyeringai dan perlahan mendekat ke arah jimin yang belum sadar kehadirannya.
𝙎𝙧𝙚𝙩𝙩
"Baby.." Jimin tersentak ia terkejut karena jungkook dengan lancangnya melingkarkan lengan kekarnya di atas perutnya.
"Apa yang kau lakukan?! Lepas!!"Jimin meninggikan suaranya dengan ia yang memberontak melepaskan diri.
"Ssssttt.. Tenanglah baby dan dengarkan aku.(𝙘𝙪𝙥)" Ucap jungkook dengan lembut namun terkesan menuntut dan dengan lancang ia mengecup leher jenjang jimin.
"Jangan berbuat lancang jungkook! Aku sudah bersuami!" Tegas jimin dan tetap memberontak namun sia-sia karena jungkook semakin mengeratkan pelukannya.
"Aku tak peduli kau sudah bersuami alasan itu tak akan mengurungkan niat ku untuk memilikimu sayang dan ku ingatkan, sebentar lagi kau akan terbebas darinya bukan? Ahh.. Aku jadi tak sabar untuk segera memilikimu."
"Kau sudah gila! Lepas! Lepaskan aku!!"
"Tidak akan pernah aku melepaskan mu. Aku sudah terlanjur jatuh padamu jimin. Meski aku harus merebut mu dari Taehyung, aku akan melakukannya."
"Tidak! Ku mohon jangan memperparah jungkook.. Aku sangat mencintainya jangan hancurkan pernikahanku kook.. Ku mohon." Mohon jimin. Ia tak ingin jika pernikahannya semakin hancur. Itu akan menjadi mimpi terburuknya jika sampai benar-benar terjadi. Karena bagaimana pun ia harus mempertahankan pernikahannya demi calon bayinya.
"Kalau aku tak menghancurkan pernikahanmu, bagaimana aku bisa memilikimu baby?!"jungkook tersenyum lebar kemudian ia menarik paksa wajah jimin ke samping kemudian jungkook memagut paksa bibir jimin mencuri ciuman meski kemudian jimin memberontak mendorong tubuh jungkook dengan sekuat tenaga hingga akhirnya ia bisa terlepas.
Jimin terengah-engah menetralkan nafasnya yang memburu dan mengambil langkah menjauh.
"Pergi! Pergi dari sini!" Usir jimin pada jungkook yang kini tengah menatapnya dengan tangan yang di lipat ke depan dadanya.
𝙏𝙖𝙥
𝙏𝙖𝙥
𝙏𝙖𝙥
"Jangan mendekat.. Ku mohon jangan mendekat!!" Jimin pun melangkah mundur. Saat ini ia merasa ketakutan. Ia tak menyangka jungkook akan menjadi orang yang berbeda dari awal pertemuannya yang saat itu terlihat biasa saja.
Jungkook semakin mendekat dan jimin terus melangkah mundur hingga ia menemukan celah dan mengambil kesempatan berlari melewati jungkook dan sampai ke pintu saat akan memutar gagang pintu, tanpa di duga jungkook Menarik rambut jimin dan menghimpit tubuh mungil jimin tanpa jarak.
"Mau kemana sayang? Hum?!"
"Akhh.. K-kook lepas! S-sakit.." Jimin meringis kesakitan akibat cengkraman di rambutnya dan tangannya ia bawa ke arah kepalanya untuk menahan cengkraman kuat dari tangan jungkook.
"Sssttt.. Jangan berisik baby. Nanti karyawan mu mendengar sayang." Jungkook menarik jimin ke arah sofa, mendorongnya hingga jatuh terduduk ke atas sofa dan menindihnya.
"Aku menginginkan mu sayang, kau sangat cantik hari ini." Ucapnya sambil mengusap wajah jimin kemudian turun ke leher jenjangnya. Jungkook tak menyia-nyiakan kesempatan itu ia segera meraup bibir tebal jimin yang sangat menggiurkan itu.
"EMMPHH... nghhh..." Jimin meronta mencoba melepaskan diri dari kungkungan jungkook. Memukul dada jungkook dengan keras namun usahanya sama sekali tak membuahkan hasil.
𝙎𝙧𝙖𝙖𝙠𝙠𝙠
Kemeja jimin terkoyak akibat perbuatan jungkook yang tak sabar untuk menginginkan jimin lebih. Lelehan air mata keluar dari netra jimin sesaat setelah kemejanya terkoyak tak terbentuk. Sekarang ia merasa hina ia tak bisa menjaga dirinya akibat lemah dirinya yang tak bisa melawan.
Dengan sangat kasar jungkook merobek kemeja jimin hingga tanpa sengaja kuku jungkook menggores dada jungkook hingga jimin terpekik merasakan perih di dadanya. Namun tak mampu menghentikan kegiatan jungkook yang sudah terbawa nafsu dan dengan kasar jungkook mulai mencumbu leher jenjang itu meninggalkan bekas kemerahan di sana.
"LEPAS!!! Berhenti! Akhhh.." Jungkook menggigit leher putih itu hingga berdarah. Jimin meronta, menangis dan meraung tak perduli siapa pun yang ada di luar ruangan itu mendengar suaranya. Sampai seseorang mendobrak pintu ruangan itu dengan kasar.
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
"BRENGSEK! APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!"
𝙎𝙧𝙚𝙩𝙩
𝘽𝙧𝙖𝙠𝙠
Tubuh jungkook di tarik menjauh dari jimin kemudian di lempar hingga menghantam meja kaca yang berada di dekat sofa hingga pecah berkeping-keping dan berserakan di lantai dengan jungkook yang berusaha bangun terlihat kesakitan akibat goresan dari kaca itu.
"H-hyung hiks.. Hiks..."
"Jimin! Kau tak apa? Maaf.. Maaf..." Taehyung merengkuh tubuh jimin yang tampak bergetar dan menangis sesenggukan. Memeluknya erat seakan ingin melindungi pemuda manis yang saat ini rapuh. Ya.. Yang datang adalah taehyung memang saat itu taehyung dan jimin ada janji temu di sore hari namun karena nyatanya siang ini taehyung menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, ia pun memutuskan untuk datang ke butik jimin untuk menyelesaikan semuanya dan berniat menyerahkan surat cerai pada jimin. Namun sayang sekali di saat taehyung sampai di depan ruangan jimin, ia di kejutkan oleh suara teriakan dan tangisan dari jimin dan berakhir melihat pemandangan dimana istrinya sedang mengalami tindak pelecehan dari seseorang yang belum taehyung sadari siapa orang itu karena ia terlebih dulu melihat jimin yang tak berdaya dengan tangisan pilu yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
"Uhuk.. Uhuk.. Kau menggangu kesenanganku.. Uhuk.. Shh.." Jungkook pun bangun dari lantai sambil memegang dadanya yang kini terasa nyeri. Taehyung pun menoleh ke sampingnya diman terdapat seseorang yang telah melecehkan istrinya.
Taehyung membelalakkan matanya saat tahu siapa yang berada di depannya. "K-kau? Jungkook?" Ia begitu terkejut bahwasanya sang sahabat lah yang tega melakukan perbuatan hina itu pada istrinya.
"Kau terkejut?" Jungkook terkekeh melihat taehyung yang begitu terkejut saat mengetahuinya.
"Kenapa kau melakukan ini jungkook?! Dia istri ku!" Ucap taehyung dengan tatapan tak percaya pada pria itu dan masih merengkuh tubuh mungil yang bergetar yang mana sedari tadi memeluknya erat.
"Istri eoh? Bukankah sebentar lagi kalian akan bercerai?"
"Tidak, aku tak akan pernah menceraikannya."
"Oh.. Ayolah ceraikan dia dan biarkan aku memilikinya."
"Kau gila jungkook! Jimin bukan barang yang bisa berganti pemilik. Dia akan tetap bersama ku dan aku masih sangat mencintainya." Ucap taehyung yakin dan menatap tajam pada jungkook.
"Cih! Cinta? Apa kau lupa dia sudah mengkhianatimu?!" Jungkook mulai mencoba meracuni pikiran taehyung agar kembali membenci jimin.
"Tidak! Jangan percaya hyung, aku tak pernah mengkhianati mu! Kau tahu diriku bukan?!" Jimin pun membuka suara untuk merubah keyakinan taehyung yang sedikit terlihat mulai mempercayai jungkook.
"Oh.. Benarkah sayang? Bukankah kau pernah berkata padaku ingin meninggalkan suamimu dan menikah denganku?" Jungkook menyeringai tipis hingga tak ada yang dapat menyadari jika jungkook melakukan dramanya.
"A-apa?" Taehyung kembali di kejutkan atas ucapan jungkook. Jimin menggeleng karena semua itu tak benar.
"Tidak hyung, itu tak benar! Itu.... Hyung!" Taehyung melepaskan pelukannya pada jimin. Terlihat raut jungkook yang tampak berbinar saat melihat taehyung mulai percaya pada ucapannya. "Cih! Benar-benar bodoh!" Ucap jungkook dalam hati.
Taehyung pun berjalan ke arah pintu di mana sebuah map yang tadi ia jatuhkan kemudian ia mengambilnya dan membawanya ke arah jimin yang kini berdiri kaku di tempatnya.
Taehyung meletakkan map di sofa, " Tanda tangani surat cerai itu dan kau akan terbebas dariku. Kau bisa menikah dengannya jika kau memilih bersamanya." Jimin menggelengkan kepalanya dan menahan lengan taehyung agar tak meninggalkannya.
"Tidak hyung, tolong jangan tinggalkan aku. Aku hanya mencintaimu hyung aku tak pernah mengkhianatimu. Ku mohon jangan percaya padanya. Aku mohon hyung.. " Jimin meletakkan dahinya pada lengan taehyung dengan isakan yang keluar dari bibirnya. Taehyung menarik kasar lengannya dan segera beranjak pergi dari sana meninggalkan jimin yang menangis keras dan tubuhnya yang kini terasa lemas meluruh ke lantai.
"Padahal aku ingin mengatakan berita bahagia padamu hyung tentang uri aegya yang kini tumbuh di perutku." Ucap jimin sambil terisak dan jungkook yang tadinya melihat ke arah pintu kini menoleh cepat ke arah jimin setelah mendengar ucapan pemuda mungil itu yang membuatnya geram.
"Gugurkan anak itu."
𝙏𝘽𝘾