ππ‘ππ
Tamparan yang begitu keras mampir di pipi jungkook hingga wajahnya menoleh. Sungguh panas dan nyeri kala pipi yang di tampar itu sekarang memerah. Jungkook menolehkan kembali wajahnya ke arah jimin yang ada di bawah kungkungan nya kini terlihat geram karena ucapan yang jungkook lontarkan.
"Jadi selama ini kau yang mencoba merusak rumah tanggaku? Merusak hubungan ku dengan suami ku?" Ucap jimin dengan mata yang berkaca-kaca.
Jungkook menyeringai, " Hum, benar akulah yang melakukannya sayang." Ucapnya sambil mengusap pipi jimin yang tampak memerah akibat hawa dingin yang pemuda mungil itu rasakan.
"Kau benar-benar pria brengsek jungkook!" Jimin pun meronta mendorong tubuh besar jungkook dengan tenaga yang tak seberapa dan jungkook dengan mudah menahan jimin dengan menangkap kedua tangan mungil itu keatas kepala dengan satu tangan dan tangan yang lain dengan kurang ajarnya mengusap dada jimin yang sedikit berisi kemudian semakin turun kemudian menyusup masuk ke dalam pakaian yang jimin kenakan.
"Aku menjadi brengsek karena mu sayang, kau tahu? Betapa sakitnya saat aku melihatmu bermesraan dengan taehyung. Seakan-akan aku tak pernah rela jika kau dimilikinya."
"Kau tak waras! Dia suamiku!"
"Tidak untuk ke depannya. Kau akan menjadi milikku seutuhnya." Ucapnya sembari menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher jimin.
"Lepas! Lepaskan aku!!" Jimin berontak dengan sekuat tenaga tak perduli dengan pergelangan tangannya yang di tahan jungkook menjadi sakit hingga kakinya yang di biarkan bebas menghantamkan lututnya ke arah selangkangan jungkook.
π½πͺππ
"Arrhggghhh!!" Jungkook berteriak kesakitan hingga terjatuh ke lantai sambil menutupi selangkangannya yang terasa ngilu. Jimin pun beranjak dari sofa dan segera menuju ke pintu kemudian membukanya. Setelah Berhasil keluar dari apartemen jungkook, jimin pun berlari keluar meninggalkan apartemen jungkook sambil menahan tangis dengan wajah yang sudah memerah.
Setelah merasa jauh jimin berhenti di sebuah halte bus dan terduduk di sana. Sejenak mengistirahatkan tubuhnya untuk menetralkan nafasnya, "ya tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa salah ku hingga hidupku seperti ini." Ucapnya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
ππͺπ
Jimin terkejut dan langsung berdiri menatap seseorang yang menepuk pundaknya. Ia takut jika jungkook tiba-tiba menyusulnya. Namun jimin dapat bernafas lega saat melihat siapa yang ada di sampingnya. "Daniel hyung.. Kau membuatku takut!" Ucap jimin sambil menepuk dada Daniel keras.
"Yak! Sakit tahu! Oh ya.. Kenapa kau ada di sini? Dan ku lihat kau tampak ketakutan." Tanya Daniel heran saat ia tadi tak sengaja berada di sebuah toko buku yang ada di dekat halte di mana jimin berada. Saat Daniel keluar dari toko itu, ia di buat heran saat melihat jimin sedang duduk di bangku halte dengan menutup wajahnya dan dengan perasaan khawatir Daniel memutuskan untuk menghampiri jimin.
Jimin gugup saat mendengar Daniel menanyakan keadaannya, " Oh.. Em.. A-aku .. " Daniel pun menghela nafas. "Sudah jika kau tak ingin mengatakannya tidak apa."
"Maaf.. "
"Nde, sudah tak apa-apa. Ayo Ku antar kau pulang. Sungwoon pasti mencemaskan mu." Jimin pun mengangguk dan segera ia dan Daniel menyebrang jalan untuk perhi ke arah mobil Daniel yang sedang terparkir. Tanpa di sadari keduanya, Jungkook berdiri tak jauh dari halte sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Jungkook pun memasang seringainya, "lihat saja sebentar lagi kau akan menjadi milikku jimin." Setelah mengucapkan itu, jungkook pun pergi dari sana dan kembali ke apartemennya.
***
πΎππ π‘ππ
Jimin membuka pintu apartemen milik sungwoon dengan perlahan. Ia sungguh lelah saat ini entah mengapa pening tiba-tiba menyerang kepalanya dan tubuhnya merasa sangat lelah. Jimin ingin sekali cepat-cepat sampai ke kamar dan segera merebahkan tubuhnya namun, sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Dari mana?" Suara yang begitu lembut dan dingin secara bersamaan masuk pendengarannya. Jimin menoleh ke arah meja makan di sana sungwoon menatapnya dengan tatapan menelisik.
"Aku dari rumah teman." Ucap jimin tenang.
"Teman?" Jimin mengangguk.
"Teman yang mana? Setahuku kau sudah jarang bertemu dengan teman-temanmu."
"Em.. I-itu..." Jimin gugup dan menunduk ia bingung harus mengatakan apa.
"Bagaimana bisa kau mengenalnya?" Cerca sungwoon yang ingin mendapat kejelasan dari sang adik.
"Hah?" Jimin mendongak menatap sungwoon yang kini menatap tajam padanya.
"Pemuda itu. Jeon jungkook." Jimin kelabakan bagaimana hyung nya bisa tahu jika tadi bersama jungkook dan bagaimana hyung nya kenal dengan pria itu? Seketika pening nya semakin menjadi di tambah perutnya kini seperti di aduk-aduk dan isi perutnya seolah minta di keluarkan. Tapi jimin mencoba untuk menahannya meski wajahnya kini berubah pucat.
"Em.. A-aku.. Emptβjimin menutup mulutnya agar rasa ingin muntahnya tertahanβ hyung n-nanti saja a-aku jelaskan aku...." Belum selesai ia berucap kini jimin berlari ke arah kamar mandi memaksanya untuk mengeluarkan isi perutnya. Sungwoon yang tadinya marah kini berubah khawatir saat adiknya berlari meninggalkannya. Ia pun segera mengikuti sang adik yang menghilang masuk ke kamar mandi.
'ππ°π¦π¬... ππ°π¦π¬..'
"Jimin? Kau kenapa? Buka pintunya." Sungwoon sangat khawatir saat mendengar jimin yang sedang muntah di dalam kamar mandi. Dia terus mengetuk pintu itu hingga jimin membuka pintu dengan penampilannya yang kini sangat berantakan. Wajahnya begitu pucat, tubuhnya lemas dan hampir saja limbung ke lantai jika sungwoon tak sigap untuk menangkap tubuh mungil yang lemas itu.
"Astaga jimin-ah! Kau kenapa?" Terlihat raut wajah sungwoon yang begitu khawatir saat melihat kondisi jimin saat ini.
"Tidak apa-apa hyung, mungkin masuk angin." Ucapnya dengan tubuh yang di papah hyung nya ke arah ranjang.
"Sebentar, hyung akan menghubungi yoona untuk memeriksa mu. sekarang beristirahatlah." Jimin hanya bisa mengangguk pasrah kemudian ia merebahkan tubuhnya. Rasa pening di kepalanya juga belum mereda hingga akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya.
***
"Kepalaku sakit sekali." Ucap taehyung sambil memijit pelipisnya. Entah mengapa kepalanya mendadak pusing dan tubuhnya ikut lelah dan rasanya ia sangat ingin makan sesuatu yang masam.
"Mingyu-ah bisa kau mencarikan ku sesuatu yang masam. Aku sangat menginginkannya." Ucap taehyung pada sekertaris nya melalui sambungan telepon.
"Untuk apa tuan?"
"Lakukan saja apa yang ku perintahkan."
"Baik tuan."Β Sambungan di putus oleh taehyung. Ia pun memilih beranjak berdiri dan merebahkan tubuhnya ke sofa yang ada di ruangannya. Memijit Pelipisnya sambil memejamkan matanya.
πΎππ π‘ππ
Pintu ruangan taehyung pun terbuka menampilkan sekertaris Mingyu masuk ke ruangannya dengan membawa satu kantung plastik yang entah apa itu isinya.
π½π§πͺπ
"Tuan ini yang anda minta sesuatu yang masam. Tapi, maaf saya tidak tahu apa yang tuan inginkan jadi saya membawa semua ini." Ucap mingyu seraya membuka kantung plastik dan mengeluarkan isinya. Ada ice cream rasa buah, buah jeruk, jus lemon dan mangga.
Taehyung pun mencobanya satu persatu meski sebenarnya ia tak menyukai sesuatu yang rasanya masam tapi, entah mengapa berbagai macam makanan masam di depannya membuat taehyung begitu tergiur dan meneteskan air liurnya.
Mingyu yang melihat taehyung begitu menikmati apa yang ia bawa, spontan ia membuka suara, "tuan setahuku anda tak menyukai sesuatu yang masam bukan? Tapi kenapa sekarang anda menginginkannya?" Mendengar itu taejyung langsung menatap mingyu tajam.
"Kau berisik." Setelahnya taehyung kembali menikmati makanan yang ada di depannya dengan semangat. "Seperti orang mengidam saja." Ucap mingyu dalam hati. kemudian ia pun segera membungkuk dan keluar dari ruangan itu meninggalkan taehyung yang sedang menikmati sekotak ice cream berperisa buah jeruk.
"Um.. Ini sangat enak." Ucapnya kegirangan.
ππ½πΎ