Chereads / Love bad boy / Chapter 13 - part 13

Chapter 13 - part 13

Sore itu tiga orang tengah berkumpul di ruang tengah. jimin yang duduk di samping jaehyun yang menatap tajam pada wonho yang berada di depannya.

"Apa kau tak bisa menahannya hah?

Kalau jimin kelelahan dan ada apa-apa dengan calon bayi di perut jimin bagaimana?" Ucap jaehyun tegas

"Hyung.." Ucap jimin memelas agar kakaknya tak marah pada wonho namun ucapannya terpotong oleh jaehyun membuat kedua orang itu membelalak terkejut.

"Ssssttt.. Jimin kau diam! Dan untukmu wonho sebagai hukuman kau tak boleh bertemu jimin sampai acara pernikahan kalian di laksanakan." Wonho mendongakkan kepalanya terkejut dengan keputusan calon kakak iparnya.

"Hyung, jangan begitu aku tak bisa kalau tidak bertemu wonho." Rengek jimin agar jaehyun membatalkan hukumannya.

"Nikmati hukuman kalian atau pernikahan batal bagaimana?"

"H-hyung! yaah.. Jangan begitu hyung kau tega sekali memisahkan aku dengan jimin." Ucap wonho tak percaya dengan yang di katakan jaehyun.

"Keputusanku final kau mau hukuman pertama atau yang kedua. Hum bagaimana?" Ucap jaehyun dengan menaikan kedua alisnya sambil melipat tangannya di dada.

"Haaaah.. Baiklah pilihan pertama." Ucap wonho pasrah daripada harus berpisah dengan jimin lebih baik untuk sementara tidak bertemu sampai acara pernikahan di langsungkan.

"Okey jadi sekarang kau pulang lah.."

"Yaaah.. hyung berikan keringanan untuk aku bersama jimin hari ini. Aku janji mulai besok aku tak akan menemuinya sampai hari pernikahan tiba."

"Baiklah habiskan hari ini tapi pukul sembilan tepat kau harus sudah pulang. Mengerti!"

"Ne hyung."

"Hmm" Jaehyun pun beranjak dari sana meninggalkan keduanya.

"Aishh.. Tega sekali hyungmu itu baby." Ucap wonho dengan lesu. Jimin pun menghampiri wonho dan memeluknya.

"Tenang sayang, mungkin ini yang terbaik untuk kita dan juga agar kau bisa menahan hormon mu itu."

"Kau tau, kau semakin sexy baby lihat dada mu yang montok ini astaga.." Ucap wonho yang memeluk pinggang ramping jimin sambil mendusalkan wajahnya pada dada jimin.

"A-aww wonho-ah.. Kau ini.. geli tahu.." Wonho hanya terkekeh setelah mendapat cubitan sayang dari jimin pada lehernya.

•••

Di tempat lain jungkook yang baru pulang dari kuliahnya mendengarkan keributan dirumahnya. Dia melihat di ruang tengah ada tuan dan nyonya jeon sedang bercengkrama namun bila di dengarkan lebih jelas ternyata mereka sedang berselisih pendapat.

"Sayang, aku ingin yang seperti ini lebih simple dan elegan." Ucap nyonya jeon yang memegang beberapa contoh undangan pernikahan untuk putranya.

"Tidak sayang itu terlalu simple bagaimana yang warna putih ini dengan tulisan berwarna emas.."

"Ish.. Kau ini itu terlalu umum kau tahu. Ahh.. Sudahlah lebih baik aku tanya pada calon menantuku saja mana yang lebih bagus."

"Ah.. Baiklah terserah saja. Ow iya sayang jangan lupa fitting baju pernikahan mereka."

"Hampir terlupa yang satu itu.. Baiklah aku akan menghubungi wonho mungkin sekarang dia masih bersama jimin." Ucap nyonya jeon semangat.

"Appa, eomma.. Bisa kita bicara?" Ucap jungkook pada kedua orang tuanya. Nyonya dan tuan jeon pun menoleh pada jungkook yang ada di hadapan mereka.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya nyonya jeon dengan nada yang dingin.

"B-bisakah aku saja yang bertanggung jawab pada kehamilan jimin karena aku yang melakukannya."

"Apa? Apa aku tak salah dengar? Cih.. Kemana suaramu saat itu? Bisu tiba-tiba?! Dan sekarang kau baru mengatakannya. Kau terlambat jungkook.. Kau sudah terlambat.." Ucap nyonya jeon sinis setelah mendengar penuturan dari putra sulungnya dan pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.

"Eomma aku mencintainya.. Eomma.. Eomma..!" Nyonya jeon pergi begitu saja meski jungkook memanggilnya.

"Maaf jungkook, benar yang dikatakan eomma mu ini sudah terlambat." Sang appa pun juga pergi meninggalkannya sendiri di ruangan itu. Jungkook mengusap wajahnya kasar dia benar-benar bingung dengan semuanya dia benar-benar frustasi.

Jungkook pun memutuskan kembali ke kamarnya. Di dalam kamarnya pun dia tak tenang sudah dua jam berlalu memikirkan apa yang harus dia lakukan. Dan akhirnya satu ide keluar dari otak cerdasnya.

"Ya.. Aku harus menemuinya.. Aku akan mencobanya.." Setelah itu dia menyusun rencana bagaimana cara agar dia bisa menemui jimin tanpa ada satu orang pun yang tahu.

Hari-hari telah berlalu kurang lima hari lagi pernikahan Wonho dan Jimin dilaksanakan. Semua persiapan pun sudah 96 % presentasenya. Mulai dari undangan yang telah tersebar, baju pernikahannya juga sudah siap pakai, cincin, cathering, gedung pun sudah di dekor dan yang lainnya.

Hari ini pukul 12 malam di kediaman keluarga park semua lampu sudah di matikan dan terlihat sepi semua anggota keluarga park telah terlelap. namun tidak dengan namja mungil itu dia baru saja terjaga karena merasa menginginkan sesuatu.

"Hmm.. Jam berapa sekarang? Aku sangat ingin es krim. Apa ku hubungi Wonho ya.. Em, tidak.. Tidak.. Kalau Wonho ku suruh kesini pasti nanti ada keributan. Aku beli sendiri saja.."

Jimin pun memutuskan untuk pergi sendiri dia mengambil Hoodie hitamnya dan segera turun. Sampai diruang tengah dia mengambil kunci mobil milik kyuhyun dan keluar dari rumahnya.

Selang beberapa menit jimin sampai di supermarket yang dekat dengan rumahnya. Jimin pun mulai memasuki supermarket itu.

"Ah.. sepertinya susu hamilku sudah tinggal sedikit lebih baik aku membelinya juga untuk persediaan."

Jimin pun mengisi trolly belanjanya dengan 4 dus susu hamil dan beberapa snack setelah itu dia menuju tempat es krim. Setelah dirasa semua yang akan dibeli sudah berada di trolly jimin pun membawanya ke kasir.

"Totalnya 22.300 won." Ucap petugas kasir. Dan jimin pun menyerahkan uangnya.

"Terima kasih sudah berbelanja." Ucap petugas kasir itu dengan ramah. Dan dibalas gumaman dengan senyum manis dari jimin.

Jimin pun keluar dari supermarket dengan membawa kantong belanjaannya menuju mobilnya. Jimin memasukan belanjaannya pada kursi penumpang dan menutup pintu mobilnya setelahnya. Dia pun memutar arah ke tempat kursi kemudi namun belum juga jimin  membuka pintunya seseorang menarik lengannya dan membalikan badan jimin menghadap orang itu.

"K-kau.. M-mau apa kau.."

"Jimin, beri aku kesempatan untuk kita berbicara. Kumohon.."

"T-tidak j-jungkook. Kau lupa aku calon istri adikmu tolong jangan menggangguku."

"10 menit. 10 menit saja ku mohon."

"Baiklah. katakan!"

"Jimin, kumohon batalkan pernikahan itu aku mencintaimu jimin aku sangat mencintaimu.." Ucap jungkook dengan bersimpuh di depan jimin.

"Apa kau sudah gila hah! Tidak! aku tak akan membatalkan pernikahan itu karena yang kucintai hanya wonho."

"Jimin kumohon.."

"Cukup jungkook waktu 10 menit mu sudah habis. Aku harus pulang." Jimin pun memasuki mobilnya dan jungkook pun bangkit dan mengetuk kaca mobil di samping jimin.

"(𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠) Jim, ku mohon ( 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠) dengarkan aku.. Jim.. Jimin.. JIMIN!" jimin tak perduli lagi dengan ucapan jungkook dan mulai mempercepat laju mobilnya meninggalkan jungkook yang terus memandang mobil jimin yang semakin menjauh.

Disisi lain, jimin yang masih mengendarai mobilnya sedang menangis terisak.

"Cinta hiks.. Kau brengsek jungkook.. Jika hiks.. Kau memang.. hiks.. Mencintaiku.. Kau.. Hiks.. Tak akan.. Hiks.. Menghancurkan Ku Seperti ini.. Hiks.." Di tengah jalan jimin terisak meratapi kejadian yang menimpanya dulu. Awal pertemuannya dengan jungkook dulu mungkin buruk namun menimbulkan rasa hangat di hati jimin dan jimin mulai menyukai pria itu. Namun saat jimin memiliki perasaan pada jungkook , jimin seakan dilempar kebawah dari atap gedung paling tinggi. Hancur, jimin benar-benar hancur akibat perlakuan jungkook.

Jimin pun sampai dirumah dan sudah berhenti menangis namun masih bisa dilihat dari mata merahnya, hidung merahnya.saat membuka pintu jimin di kejutkan oleh tuan park yang duduk di sofa yang menghadap langsung ke pintu.

"kau darimana saja? Appa tadi melihat pintu kamarmu terbuka tapi setelah appa masuk kau tak ada."

"E-eoh ji-jimin ke supermarket appa, jimin ingin es krim, tadinya mau menghubungi wonho ta-tapi takut jadi masalah akhirnya jimin membeli sendiri." Ucap jimin sambil menunduk takut.

"Tengah malam seperti ini? Kenapa tak membangunkan hyungmu hum?"

"Aku tak ingin merepotkan para hyung appa.."

"Tapi kalau ada apa-apa dengan janinmu bagaimana hum..? Ini sudah malam apa kau lupa? Dan kenapa wajahmu terlihat sembab? Kau habis menangis?"

"Oh emm.. I-itu.."

"Katakan pada appa apa yang terjadi?"

"Hmm.. T-tadi jimin bertemu j-ju-jungkook.."

"Kenapa kau menemuinya?"

"Ti-tidak appa kami tak sengaja bertemu."

"Apa yang dikatakan pria itu padamu?"

"D-dia ingin pernikahanku dengan wonho batal Appa. tapi aku tidak mau karena aku mencintai wonho."

"Ku harap kau tak termakan omongan pria brengsek itu. Ingatlah jimin dia yang menghancurkan masa depanmu sampai kau hamil seperti sekarang."

"Ne appa.."

"Sekarang kembali ke kamarmu dan istirahatlah." Ucap sang appa sambil berlalu ke kamarnya.

"Semoga perasaanku tak pernah goyah" Ucap jimin sambil meletakkan tangan di dadanya.

𝙎𝙠𝙞𝙥

Hari pernikahan jimin dan wonho pun tiba. gedung telah didekorasi  berwarna keemasan yang tampak begitu segar dan mewah dengan hiasan bunga-bunga menjuntai di langit-langit. Altarnya mempunyai backgroud keemasan dan tanaman hias.

Pernikahan itu turut mengundang para kolega kedua perusahaan dan juga keluarga besar tuan park dan tuan jeon.

Terlihat Wonho sudah siap. dia tampil begitu tampan dengan balutan jas putih kotak-kotaknya namun kesan imutnya tak pernah hilang untuk ukuran seorang seme.

"Astaga aku gugup sekali" Ucapnya sambil menggigiti kukunya.

"Yah.. Kau ini nikmati saja hari ini jangan terlalu gugup."ucap kyuhyun menenangkan calon adik iparnya yang terlihat sangat gugup. Dan Jaehyun hanya tersenyum menanggapinya.

Acara pun segera dimulai wonho pun siap dan sudah berdiri di depan altar yang sudah berdiri sang pendeta meski kegugupannya belum juga mereda.

Pintu masuk itu pun terbuka lebar terlihat sosok mungil dengan balutan jas putih dengan rambutnya yang sudah dirubah warna menjadi hitam legam berhiaskan mahkota bunga bercadar putih yang menggandeng lengan tuan Park

Tuan park mengantar putranya ke altar dengan senyum menawannya. Setelah sampai di depan altar tuan park mengulurkan tangan jimin pada wonho.

"Wonho-ah tolong jaga jimin ne.. Ku percayakan jimin padamu.."

"Ne appa" Ucap wonho dengan senyum tampannya.

Jimin dan wonho pun sudah saling berhadapan wonho pun tak lepas dari sosok calon istrinya.

"Baby, kau tampak sangat cantik."

Ucapnya pada jimin yang menunduk tersipu malu namun senyuman manis tercetak dibibirnya.

Jimin dan wonho pun menghadap pada pendeta yang akan mengajukan pertanyaan peneguhan kepada kedua mempelai.

"Apakah saudara Jeon wonho mengakui dihadapan Tuhan bahwa saudara bersedia dan mau menerima Saudara Park jimin sebagai istri saudara satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara?"

"Saya bersedia." Ucap wonho dengan lantang.

"Apakah saudara Park jimin mengakui dihadapan Tuhan bahwa saudara  bersedia dan mau menerima Saudara Jeon wonho sebagai suami saudara satu-satunya dan hidup bersamanya dalam pernikahan suci seumur hidup saudara?"

"Saya bersedia."

"Silahkan mengucapkan janji pernikahan." Ucap sang pendeta. Jimin dan wonho kini saling berhadapan saling menggenggam tangan dan bersiap mengucap janji pernikahan mereka.

"Saya Jeon wonho mengambil Park jimin menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Disaat susah maupun senang, disaat kaya maupun miskin disaat sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita"

"Saya Park jimin mengambil Jeon wonho menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya disaat susah maupun senang, disaat kaya maupun miskin, disaat sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita"

"Silahkan pakaikan cincin pada pasangan anda." Ucap pendeta setelah  janji pernikahan di ucapkan.

Wonho pun mengambil cincin pada orang yang bertugas membawakan cincin pernikahan mereka kemudian memasangkan cincin berwarna gold berhiaskan 3 berlian kecil pada jari manis jimin. Dan Jimin pun melakukan hal yang sama pada jari manis wonho.

"Dengan  demikian, dalam nama Tuhan sebagai Hamba Tuhan menyatakan dihadapan Tuhan dan para tamu undangan sekalian bahwa Park jimin telah berganti marga menjadi Jeon jimin dan sekarang saudara Jeon Wonho dan Jeon Jimin resmi dan sah sebagai suami istri di hadapan Tuhan. Di persilahkan membuka cadar dan mencium pasangan anda."

Wonho pun mulai membuka cadar yang menutupi wajah cantik istrinya. Tangan kanannya meraih dagu jimin dan sedikit mendongakkan wajah jimin. wonho pun mulai mengikis jarak mereka dan akhirnya bibirnya pun telah  menempel pada bibir berisi istrinya dan tak menyia-nyiakan kesempatan wonho pun melumat dan menghisap bibir istrinya dengan lembut.

Suara riuh tepuk tangan dari para tamu pun memenuhi ruangan. Benar-benar pernikahan yang berjalan khitmat dan mengharukan.

𝙎𝙠𝙞𝙥

Pasangan suami istri itu sudah kembali kerumah meski acara belum selesai namun jimin yang sedang berbadan dua sudah sangat kelelahan dan mengeluh sakit pada kakinya yang mulai bengkak.

Sebenarnya tuan jeon sudah menyiapkan sebuah apartemen mewah di kawasan gangnam untuk hadiah pernikahan wonho dan jimin namun karena jiminnya lelah sementara mereka kembali ke rumah keluarga jeon karena tempatnya lebih dekat dari gedung acara tadi.

Kini wonho dan jimin pun telah membersihkan diri dan berganti pakaian. jimin yang sudah mengenakan piyama tidur tipis berwarna dark blue. Dan wonho memakai kaos putih polos dan sebuah boxer pendek setengah paha.mereka masih duduk santai pada pinggiran ranjang dengan jimin yang sedang memijat kakinya.

"Baby biar kupijat kakimu agar tak bertambah bengkak."

"Tak usah sayang, kau juga lelah jangan menambah lelahmu. Lebih baik istirahat ne.." Ucap jimin sambil menahan tangan wonho yang akan menyentuh kakinya.

"Ne baiklah.."

"Kau ingin sesuatu sebelum tidur?"

"Tidak perlu baby kau sedang lelah kita langsung istirahat saja.."

"Kau yakin sayang?" Ucap jimin dengan nada khawatir.

"Jeon jimin kau cerewet sekali sih!" Jimin hanya memutar matanya jengah.

"Aish.. Terserah! aku tidur kalau begitu.. Selamat malam.."

"Ne selamat malam."

Mereka pun terlelap dan segara menyelami alam mimpi. Tanpa mereka sadari seseorang membuka pintu kamar mereka dan menatap sendu pada jimin yang tidur dengan wonho yang memeluknya.

"Kau tahu jimin aku tak bisa merelakanmu pergi dariku. Tak akan pernah." Setelah berucap orang itu kembali menutup pintu kamar wonho dan jimin.

𝙏𝙗𝙘