2 bulan telah berlalu kehidupan pernikahan pasangan jeon wonho dan jeon jimin berjalan baik. Meski terkadang ada saja pertengkaran kecil namun tak memungkiri bahwa cinta mereka bisa meredam saat emosi menguasai.
Jimin dan wonho sekarang sudah tinggal di apartemen mereka pemberian dari tuan jeon. mencoba untuk mandiri menjalani kehidupan pernikahan mereka berdua. Awalnya nyonya jeon bersikeras agar menantunya bisa tinggal bersamanya dan memantau perkembangan dari kehamilan jimin namun jimin dan wonho meyakinkan nyonya jeon agar mereka tetap untukย hidup mandiri. Dan nyonya jeon pun akhirnya menyerah dengan keputusan dari sang putra dan menantunya. Wonho pun sekarang juga sudah bekerja. Tuan jeon mengutus putranya Wonho untuk menjalankan perusahaannya yang di bidang pangan. Sudah 1 bulan juga wonho menjalankannya dan perusahaan pun terkendali dengan adanya wonho di sana.
Masih sangat pagi jimin sudah berada di dapur sedang membuat sarapan untuknya dan sang suami. Kemarin malam sang suami berkata bahwa ada pertemuan pagi sekali dan jimin pun memutuskan untuk bangun lebih awal. Setelah makanan siap dan tertata rapi di meja, jimin beranjak ke dalam kamarnya untuk membangunkan suami tercintanya.
"Sayang.. Bangunlah. Sudah pagi."
"Mhmm" Lenguhan terdengar dari wonho yang mulai bergerak meregangkan tubuhnya.
"Jam berapa baby?" Tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Jam setengah enam pagi sayang, kau bilang ada pertemuan pagi."
"Ne, masih 45 menit lagi." Wonho pun mulai mendudukan badannya denganย satu mata terpejam sangat jelas bahwa dia masih mengantuk.
"Cepatlah mandi dan segera kita sarapan." Ucap jimin sambil tangannya melipat selimut yang tadi ia gunakan.
"Morning kiss!." Jimin pun tersenyum kemudian menempelkan bibirnya pada bibir wonho. Wonho pun meraih tengkuk jimin dan menekannya membuat ciuman mereka semakin dalam. Sampai jimin kehabisan nafas. Keduanya pun memutus tautan dan wonho beralih menatap perut jimin yang sudah menginjak usia kandungan 2 bulan lebih 2 minggu tangannya menyentuh perut jimin yang sedikit buncit.
"Selamat pagi baby.." Wonho mengusap dan mengecupi perut istrinya. Jimin yang melihatnya tersenyum manis dia sangat bahagia meski janin itu bukan milik wonho tapi jimin bersyukur bahwa wonho mau menerimanya.
"Sudah ih.., cepat mandi nanti kau terlambat sayang."
"Iya baby.. kau sekarang kenapa cerewet sekali sih.."
"WONHO!"
"Astaga iya baby.." Wonho pun akhirnya berlari ke arah kamar mandi dengan tawa jahilnya.
Setelah wonho masuk ke kamar mandi jimin menuju lemari besar mereka menyiapkan pakaian kerja sang suami dan juga yang lainnya. Setelah itu jimin kembali ke meja makan menunggu suaminya selesai.
Tak butuh waktu lama wonho keluar dari kamar mereka dengan ponsel ditangannya.
"Sayang mari sarapan dulu."
"Ne baby."
Wonho pun duduk disamping istrinya. Setelah wonho duduk, jimin bangun dari duduknya dia mengambilkan nasi beserta lauk pauknya ke atas piring wonho. Dan wonho tersenyum karena jimin benar-benar melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang istri. Meski dia seorang pria tetep saja dia melakukan semuanya. Terkadang wonho iba dengan apa yang dilakukan jimin meski jimin selalu berucap 'tidak apa-apa.' atau 'tenang saja sayang ini semua tugasku sebagai seorang istri.'
"Baby, setelah sarapan istirahatlah jangan terlalu lelah." Ucap wonho sambil tangannya mengusap belakang kepala jimin.
"Pekerjaan rumah masih banyak sayang tidak mungkin ku biarkan begitu saja."
"Tapi, kau juga butuh istirahat jimin."
"Iya aku tahu, tapi pekerjaan rumah harus ku kerjakan sayang."
"Baby,.."
"Sssttt, iya ok aku pasti istirahat kalau aku lelah aku pasto istirahat." Sela jimin sambil menunjukkan jari jempolnya.
"Hahh.. Ya baiklah.. Terserah kau saja.." Ucap wonho pasrah. Memang jimin suka sekali membantah dan wonho selalu kalah dalam perdebatan dia hanya bisa pasrah bila jimin sudah seperti itu.
"Baby aku pergi sekarang. ku usahakan pulang lebih cepat agar bisa membantumu ne.."
"Iya sayang berhati-hatilah. Jangan nakal ne.." Ucap jimin main-main dan dibalas dengan senyum lebar dari wonho.
Jimin mengantarkan wonho sampai pintu tak lupa wonho memberikan pelukan erat dan ciuman di kening istri tercinta. Setelahnya wonho berjongkok meraih perut jimin dan menciumnya.
"Baby jaga eomma ne." Ucap wonho di depan perut jimin dan mengelusnya. Wonho bangkit dan segera pergi tanpa menghilangkan senyum tampannya. Jimin pun masih didepan pintu menunggu suaminya pergi, setelah terlihat suaminya memasuki lift jimin pun kembali masuk dan menutup pintu apartemennya dan otomatis terkunci dengan sendirinya.
Jam sudah menunjukan pukul 11 siang jimin pun masih mengerjakan pekerjaan rumahnya. Setelah tadi mencuci baju dan membersihkan seluruh apartemennya yang lumayan besar kini dia beralih mencuci piring-piring yang kotor tadi pagi. Belum selesai pekerjaannya bel pintu apartemennya berbunyi.
"Apa wonho sudah pulang? Tapi tidak mungkin atau pulang untuk makan siang tapi, dia selalu makan dikantor. Aissh, lebih baik aku lihat saja dari pada harus menebak." Gumam jimin sambil memukul kepalanya.
Bel terus berbunyi membuat jimin jengah dia pun lekas manghampiri pintu itu dan segera membukanya. Dan setelah pintu terbuka, betapa kagetnya jimin melihat siapa yang ada di depannya. Jeon jungkook kakak iparnya entah untuk maksud apa dia datang ke apartemen wonho dan jimin.
"K-kau, untuk apa kemari?" Ucap jimin dengan perasaan antara gugup dan takut.
"Aku ingin bertemu denganmu."
"Untuk apa kau menemuiku? Tolong pergilah." Jimin pun mengusir jungkook dan segera menutup pintu. Namun sebelum pintu di tutup jungkook menghalanginya dan mendorong pintu itu sampai jimin terdorong kebelakang dan hampir terjatuh.
"Jungkook apa yang kau lakukan?"
"Aku ingin bertemu denganmu jimin aku sangat merindukanmu." Ucap jungkook dengan melangkahkan kakinya kearah jimin. Dan jimin pun melangkah mundur dengan takut jimin mencoba meraih apapun yang ada disana dan melemparkannya pada jungkook.
"Tidak jungkook, ku mohon pergilah.. Kumohon hiks.. Jangan ganggu aku.. Hiks.. Kumohon.. Hiks.." Ucap jimin memohon.
"Ayolah Jimin..ย aku mencintaimu.. Benar-benar mencintaimu." Ucap jungkook dengan sedikit memaksa dan terus melangkah ke depan.
Lemparan-lemparan benda terus jimin berikan dan jungkook masih bisa menghindar. Sampai sebuah vas bunga yang terbuat dari porselen itu mendarat pada pelipis jungkook dan pecah jimin terkejut dengan kejadian itu. Pelipis jungkook mengeluarkan darah segar jungkook meringis merasakan sakit di kepalanya. Jimin yang melihat itu mengambil kesempatan dan berlari kekamarnya dan wonho kemudian menguncinya.
"Bagaimana ini? Hiks.. A-apa yang harus ku lakukan..? Hiks.. Wonho-ah tolong aku.. Hiks.."
Jimin berjalan mundur dari pintu kamarnya dengan menangis perasaan takut dan bingung kini mendominasi dirinya jimin mencoba berpikir apa yang harus dia lakukan. Sampai gedoran pada pintu kamarnya mengejutkan jimin dan perasaannya semakin takut jika jungkook sampai bisa membuka pintu itu.
๐ฝ๐ง๐๐ ๐ .. ๐ฝ๐ง๐๐ ๐ .. ๐ฝ๐ง๐๐ ๐ ..
"JIMIN! BUKA PINTUNYA! KALAU KAU TAK MEMBUKANYA AKU AKAN MENDOBRAKNYA!"
"Hiks.. W-wonho t-tolong aku.. Hiks.." jimin terus menangis dia merasa sudah terpojok tak bisa pergi kemana pun meski ada balkon yang mungkin bisa dia untuk melarikan diri dari sana namun jimin masih waras dengan tidak membahayakan kandungannya.
Jungkook terus berusaha membuka pintu kamar jimin sampai akhirnya emosi jungkook benar-benar tak terkendali dan mendobrak pintu itu.
๐ฝ๐ง๐๐ ๐
Pintu pun terbuka lebar menampakan jimin yang ketakutan air mata telah membasahi air matanya. Keadaan jimin benar-benar kacau.
"K-kumohon jungkook p-pergilah."
"Kemarilah sayang.. Aku tak akan menyakitimu jimin." Jungkook terus mendekati jimin dan mencoba meraihnya. Jimin terus menghindarinya sampai saat dia lengah dan jungkook hampir saja menarik jimin, sebuah suara menghentikan niat jungkook.
"Jungkook! Apa yang kau lakukan?"
Ucap seseorang yang sudah berada di pintu kamar jimin.
"J-jae hyung.." Ucap jimin saat mengetahui seseorang yang berada di belakang jungkook. Ya itu jaehyun. Jaehyun datang ke apartemen jimin karena dia sedang merindukan adik kesayangannya.
๐๐ก๐๐จ๐๐๐๐๐
๐ ๐๐๐๐ฎ๐ช๐ฃ ๐ฅ๐ค๐ซ
๐๐ข๐ข๐ต ๐ช๐ฏ๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ต๐ฐ๐ณ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ธ๐ข๐ญ ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ช๐ฅ๐ข๐ฌ ๐ฑ๐ข๐ฅ๐ข๐ต ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ฃ๐ช๐ข๐ด๐ข ๐ฉ๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฅ๐ถ๐ข ๐ซ๐ข๐ฅ๐ธ๐ข๐ญ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ข๐จ๐ช ๐ต๐ข๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ช ๐ด๐ฐ๐ณ๐ฆ ๐ฏ๐ข๐ฏ๐ต๐ช. ๐๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข ๐ฃ๐ฐ๐ด๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ๐ต๐ฐ๐ณ ๐ฃ๐ช๐ข๐ด๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ๐ฌ๐ถ ๐ฌ๐บ๐ถ๐ฉ๐บ๐ถ๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ช๐ณ ๐ฌ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ต๐ฐ๐ณ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ธ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ข๐ฏ๐จ๐ฌ๐ถ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ช๐ข ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ด๐ถ๐ฌ๐ข ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ช๐ด๐ช๐ฏ๐ช ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ๐ฌ๐ถ.๐ต๐ข๐ฑ๐ช ๐ฌ๐ข๐ณ๐ฆ๐ฏ๐ข ๐ฉ๐ข๐ณ๐ช ๐ช๐ฏ๐ช ๐ฅ๐ช๐ข ๐ด๐ฆ๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ญ๐ฆ๐ฆ ๐ต๐ฆ๐ถ๐ฌ ๐ฌ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ด๐ช๐ฉ๐ฏ๐บ๐ข ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฌ๐บ๐ถ๐ฉ๐บ๐ถ๐ฏ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ช๐ด๐ข ๐ฎ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ช๐ณ ๐ฌ๐ฆ๐ด๐ช๐ฏ๐ช.
๐๐ข๐ฏ ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ฉ ๐ฌ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฑ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ช๐ฏ๐จ๐ช๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฆ๐ฎ๐ถ๐ช ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ช๐ด๐ฌ๐ถ ๐ช๐ต๐ถ.
๐๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ช๐ฏ๐ช๐ด๐ช๐ข๐ต๐ช๐ง ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐จ๐ช ๐ฌ๐ฆ ๐ข๐ฑ๐ข๐ณ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ซ๐ข๐ฌ๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ข๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ช๐ญ๐ถ๐ข๐ณ. ๐๐ฆ๐ฌ๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ณ๐ถ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ฑ๐ข ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ช๐ซ๐ช๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ญ๐ถ๐ข๐ณ ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ต๐ฐ๐ณ ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ณ.
๐๐ค๐ ๐ฉ๐ค๐ ๐ฉ๐ค๐
"๐๐ข๐ด๐ถ๐ฌ!" ๐๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข ๐ข๐ฑ๐ฑ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ด๐ถ๐ฌ ๐ฌ๐ฆ ๐ณ๐ถ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข.
"๐๐ฑ๐ฑ๐ข ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ช๐ข๐ฏ๐จ ๐ฅ๐ช ๐ญ๐ถ๐ข๐ณ ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ต๐ข๐ณ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ซ๐ข๐ฌ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข."
"๐๐ฉ.. ๐๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ๐ฌ๐ข๐ฉ? ๐๐ข๐ช๐ฌ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐จ๐ช๐ญ๐ข๐ฉ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ญ๐ข๐ฎ ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ๐ฏ๐บ๐ข."
"๐๐ฆ ๐ข๐ฑ๐ฑ๐ข."
๐๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐จ๐ช ๐ฅ๐ข๐ณ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ต๐ฐ๐ณ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ด๐ฆ๐จ๐ฆ๐ณ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ถ๐ซ๐ถ ๐ฌ๐ฆ ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ฑ๐ข๐ต ๐ข๐ฅ๐ช๐ฌ ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ช๐ด๐ฌ๐ถ. ๐๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ต๐ถ๐ฉ๐ฌ๐ข๐ฏ 15 ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ช๐ต ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช ๐ฅ๐ช ๐ข๐ฑ๐ข๐ณ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฏ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ. ๐๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ณ๐ฌ๐ช๐ณ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ฐ๐ฃ๐ช๐ญ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ฆ๐จ๐ฆ๐ณ๐ข ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ด๐ถ๐ฌ๐ช ๐จ๐ฆ๐ฅ๐ถ๐ฏ๐จ ๐ข๐ฑ๐ข๐ณ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฏ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ. ๐๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ข๐ณ๐ต๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐ฏ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฆ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ญ๐ฏ๐บ๐ข. ๐๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ข๐ญ๐ช-๐ฌ๐ข๐ญ๐ช ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐บ๐ช๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ญ ๐ฏ๐ข๐ฎ๐ถ๐ฏ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ข๐ฅ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฑ๐ช๐ฏ๐ต๐ถ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฉ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐ข ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ? ๐๐ช๐ข๐ด๐ข๐ฏ๐บ๐ข ๐ซ๐ข๐ฎ ๐ด๐ฆ๐จ๐ช๐ฏ๐ช ๐ฅ๐ช๐ข ๐ข๐ฅ๐ข ๐ฅ๐ช๐ณ๐ถ๐ฎ๐ข๐ฉ ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฏ๐จ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ช ๐ฑ๐ข๐ด๐ด๐ธ๐ฐ๐ณ๐ฅ๐ฏ๐บ๐ข. ๐๐ฆ๐ต๐ฆ๐ญ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ช๐ฏ๐ต๐ถ ๐ช๐ต๐ถ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข, ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ด๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ต ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ฆ๐ซ๐ถ๐ต ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ถ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต. ๐ณ๐ถ๐ข๐ฏ๐จ ๐ถ๐ต๐ข๐ฎ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ-๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฏ๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฃ๐ข๐ฏ๐บ๐ข๐ฌ ๐ฃ๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ด๐ฆ๐ณ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข ๐ท๐ข๐ด ๐ฃ๐ถ๐ฏ๐จ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ฆ๐ค๐ข๐ฉ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ฏ๐ฐ๐ฅ๐ข ๐ฅ๐ข๐ณ๐ข๐ฉ ๐ฅ๐ช๐ด๐ข๐ฏ๐ข. ๐๐ข๐ณ๐ข๐ฉ? ๐๐ข๐ต๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ญ๐ฆ๐ฃ๐ข๐ณ ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ข๐ด๐ข๐ข๐ฏ๐ฌ๐ถ ๐ต๐ข๐ฌ ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฌ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ญ๐ข๐ณ๐ช ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฅ๐ข๐ข๐ฏ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ข๐ต ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ด๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ช ๐ฅ๐ช ๐ฌ๐ข๐ฎ๐ข๐ณ ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ธ๐ฐ๐ฏ๐ฉ๐ฐ ๐ข๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข ๐ฅ๐ช ๐ด๐ข๐ฏ๐ข.
"๐-๐ฌ๐ถ๐ฎ๐ฐ๐ฉ๐ฐ๐ฏ ๐ซ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ฐ๐ฐ๐ฌ ๐ฑ-๐ฑ๐ฆ๐ณ๐จ๐ช๐ญ๐ข๐ฉ."
๐๐ฌ๐ถ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ด๐ถ๐ข๐ณ๐ข ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ณ ๐ด๐ฆ๐ฑ๐ฆ๐ณ๐ต๐ช ๐ฌ๐ฆ๐ต๐ข๐ฌ๐ถ๐ต๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ถ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ณ ๐ต๐ข๐ฅ๐ช. ๐๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ฐ๐ฐ๐ฌ? ๐๐ช๐ข ๐ฅ๐ช๐ด๐ช๐ฏ๐ช? ๐๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ข๐ฑ๐ข?. ๐๐ฌ๐ถ ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ด๐ฆ๐จ๐ฆ๐ณ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ญ๐ข๐ณ๐ช ๐ถ๐ฏ๐ต๐ถ๐ฌ ๐ฎ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ฆ๐ต๐ข๐ฉ๐ถ๐ช ๐ข๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฆ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ณ๐ฏ๐บ๐ข ๐ต๐ฆ๐ณ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช.
"๐๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ฐ๐ฐ๐ฌ! ๐๐ฑ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฌ๐ข๐ถ ๐ญ๐ข๐ฌ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ?" ๐๐ฌ๐ถ ๐ฌ๐ฆ๐ฎ๐ฃ๐ข๐ญ๐ช ๐ต๐ฆ๐ณ๐ฌ๐ฆ๐ซ๐ถ๐ต ๐ด๐ข๐ข๐ต ๐ซ๐ช๐ฎ๐ช๐ฏ ๐ฅ๐ช๐ด๐ข๐ฏ๐ข ๐บ๐ข๐ฏ๐จ ๐ต๐ฆ๐ณ๐ญ๐ช๐ฉ๐ข๐ต ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฏ๐ต๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ข๐ฏ ๐ฌ๐ฆ๐ต๐ข๐ฌ๐ถ๐ต๐ข๐ฏ ๐ฅ๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ซ๐ถ๐ฏ๐จ๐ฌ๐ฐ๐ฐ๐ฌ ๐ฅ๐ช ๐ฅ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข.
๐ ๐๐๐๐ฎ๐ช๐ฃ ๐ฅ๐ค๐ซ ๐๐ฃ๐
๐๐ก๐๐จ๐๐๐๐๐ ๐ค๐๐
๐๐๐