•
•
•
Sudah 6 bulan berlalu Seokjin masih setia menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang. Meski selama 2 bulan yang lalu Seok jin tak mendapat kabar lagi dari Yifeng dan setiap Seok jin mencoba menghubungi nya namun Yifeng sama sekali tak dapat di hubungi.
Saat ini seok jin berada di sebuah Cafe yang pernah ia kunjungi bersama Yifeng ia merindukan kekasihnya yang tak ada kabar. Hampir setiap hari ia melakukannya karena rasa rindu yang membendung di hatinya seolah membuat hari-hari di hidupnya yang di lewati menjadi monoton karena stay di tempat tanpa ada kemajuan.
Seok Jin menikmati segelas vanila latte yang mana minuman itu adalah favorit Yifeng yang selalu ia pesan saat kencan bersama Seok jin.
"Jinnie?" Sebuah suara dan panggilan familiar masuk ke pendengaran Seok jin. Seok jin pun menolehkan kepalanya ke samping di mana seseorang yang memanggilnya sudah berada di dekatnya.
"Namjoon?" Ucap seok jin saat tahu orang yang menyapanya adalah mantan suaminya. Namjoon sedikit kecewa karena Seok jin sudah merubah panggilan namanya menggunakan nama aslinya.
"Sedang apa di sini? Apa kau sendiri?" Ucap namjoon.
"Aku sendiri, aku sedang menikmati sore hari ku." Jawab seok jin santai.
"Boleh aku duduk di sini?"
"Tentu, tak ada yang akan melarang mu."
"Bagaimana ke adaan jimin? Sampaikan salam ku padanya karena tak bisa datang saat hari pernikahannya."
"Jimin baik, saat ini dia tengah mengandung 4 bulan. Aku akan sampaikan. Oh ya.. Kau sendiri sedang apa di sini?"
"Aku sedang bersantai saja. Mengurus pekerjaan di kantor dengan tumpukan file yang menumpuk membuatku tak punya waktu untuk bersantai." Ucap Namjoon yang kini menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi itu.
"Ah.. Namjoon maaf aku harus pulang karena sudah hampir petang." Ucap seok jin sambil melihat jam tangan Rolex yang ia kenakan yang menunjukan pukul 05.37pm.
"Ah.. Baiklah.." Seok jin pun mulai berdiri dan mengambil coat yang ia letakkan di sandaran kursinya dan memakainya. Seok jin pun beranjak pergi namun Namjoon menahan lengannya.
"Jinnie-ah bisakah kita bertemu lagi?" Ucap Namjoon dengan penuh harap. Dan seokjin pun tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.
"Ne, tentu saja Namjoon." Setelah mengatakannya seok jin pun berjalan keluar dari cafe itu.
"Jinnie-ah apa kita bisa kembali bersama?" Monolog namjoon.
Kini Seok jin sudah berada di dalam apartemennya. Ia pun membuka coat warna abu nya dan melemparnya ke sofa setelahnya ia pun duduk di sofa itu dengan memijit pelipisnya yang terasa pening. Ia merasa lelah dengan semuanya namun seok jin tak pernah lelah dengan penantiannya. Ia selalu menguatkan dirinya untuk yakin dan percaya dengan Cintanya. Selama apapun Seok jin akan setia menunggu.
"Yifeng-ah, kapan kau akan datang? Aku sangat merindukanmu. Aku tak ingin berputus asa selama menunggu mu. Karena aku sangat yakin kau akan datang." Lirih seok jin sambil pandangannya menatap langit-langit apartemennya.
***
Hari-hari pun berlalu Seok jin masih melakukan rutinitas sore harinya yakni bersantai ke cafe seperti biasa dan ada yang berbeda sekarang. Seok jin tak sendirian lagi sudah beberapa hari ini Namjoon datang untuk menemui mantan istrinya di cafe itu.
Namun hari ini ada yang berbeda dari Namjoon dia terlihat sangat gugup hari ini entah mengapa.
"Em.. Jinnie-ah bisakah aku mengatakan sesuatu?" Ucap Namjoon yang sangat terlihat gugup.
"Katakan saja Namjoon, dengan senang hati aku akan mendengarkannya." Namjoon pun tersenyum senang dan kini ia meraih tangan seok jin yang berada di atas meja. Seok jin nampak terkejut dengan apa yang di lakukan Namjoon saat meraih tangannya.
"Jinnie-ah, kau tau sebenarnya aku masih mencintaimu. Selama ini aku menceraikan mu karena termakan oleh emosi yang memenuhi hati dan otak ku. Aku masih berharap padamu, aku masih berharap kita kembali bersama. Dan sekarang aku ingin mengatakan, apa kau mau kembali bersama ku? Memperbaiki semuanya dan memulai dari awal denganku?" Ucap Namjoon dengan menatap sendu pada Seok jin. Dia sangat berharap seok jin akan menerimanya kembali. Namun yang di lakukan seok jin kali ini bertentangan dengan pemikiran Namjoon. Seok jin menarik tangannya dari genggaman Namjoon.
"Maaf Namjoon aku tak bisa. Ada seseorang yang sangat aku cintai dan saat ini aku masih menunggunya." Tolak seok jin dengan halus.
"Jinnie, aku sangat mencintaimu untuk apa menunggu sesuatu yang tidak pasti."
"Maaf Namjoon tapi aku sangat percaya bahwa dia akan kembali." Setelah itu seok jin pun berjalan keluar dari cafe itu dan Namjoon bergegas mengikuti mantan istrinya. Namjoon akan berusaha mendapatkan hati jinnie nya kembali.
Saat sudah di luar cafe Namjoon masih mengejar seok jin sampai akhirnya Namjoon dapat meraih lengan seok jin dan membuat seok jin berhenti berlari menjauh.
"Jinnie-ah tolong dengarkan aku."
"Tidak Namjoon, ku mohon aku tak bisa." Ucap seok jin sambil meronta utuk melepaskan genggaman erat Namjoon.
"Ku mohon jinnie."
"Tidak ku mohon mengertilah."
"Jinnie..." Namjoon tak menyelesaikan ucapannya karena seseorang menyela ucapannya.
"Jin." Seok jin berhenti meronta dan membelalakkan matanya dia mendengar suara dari seseorang yang sangat ia cintai dan ia tunggu selama ini berada di belakangnya. Perlahan seok jin membalikkan tubuhnya dan benar saja seseorang yang sangat ia rindukan kini berada di depan mata sedang tersenyum tampan padanya.
"Y-yifeng?" Ucap seok jin dengan setitik air mata yang lolos terjatuh membasahi pipinya.
"Ya ini aku, apakah ada yang merindukan ku?" Ucap Yifeng sambil merentangkan tangannya. Dan seok jin tak menyia-nyiakannya. Seok jin pun berlari dan menabrakkan tubuhnya pada dada bidang kekasih yang selama ini ia rindukan.
"Hiks.. Hiks.. Kenapa baru datang..? Hiks.. Kau.. Jahat sekali.. Hiks.. Dua bulan tak mengabari ku.. Hiks.. Dan sekarang.. Hiks kau.. Hiks.." Racau seok jin dengan menangis membuat Yifeng gemas pada kekasih manisnya.
"Oke.. Oke.. Sayang maafkan aku. Sebenarnya aku juga ingin segera kembali. Kau tahu aku tersiksa menahan rindu selama ini padamu.." Ucap Yifeng sambil mengeratkan pelukannya dan sesekali mengecup kepala seok jin berulang kali.
"Jadi kenapa baru datang?" Ucap seok jin kini yang sudah melepaskan pelukannya dan menatap netra Yifeng dengan penuh ke khawatiran.
"Kau tahu aku harus menyelesaikan pekerjaan ku agar aku bisa pindah di sini dan mengurus cabang yang lain dan satu alasan lain aku harus menyelesaikan urusanku di sana."
"A-apa itu?" Tanya seok jin dengan rasa penasarannya.
"Agar aku bisa cepat menikahi mu sayang." Ucap Yifeng sambil memasangkan cincin pada jari manis Seok jin. Seok jin pun tersenyum dengan apa yang di lakukan Yifeng dan membuatnya menangis haru.
"Kau suka sayang?" Ucap yifeng menarik tangan seok jin yang telah ada sebuah cincin yang melingkar di jari manis seok jin.
"Ini sangat cantik, terima kasih." Seok jin pun kembali memeluk yifeng dengan erat yifeng pun membalas pelukan kekasihnya namun tak berapa lama netra nya kini tengah menatap seseorang yang sedari tadi mengawasi interaksi antara mantan istrinya dan seseorang yang asing.
"Em jin, dia siapa?" Ucap Yifeng penuh tanya.
"Dia mantan suamiku." Ucap seok jin yang kini sudah berada di samping Yifeng.
"Ah.. Anda mantan suami dari jin. Perkenalkan aku Yifeng, Li Yifeng kekasih seok jin dan sebentar lagi kami akan menikah tuan Namjoon?" Ucap yifeng sambil mengulurkan tangannya pada Namjoon.
"Ya aku Namjoon, Kim Namjoon. Kalian akan menikah rupanya. Maaf karena aku dengan egois berusaha untuk kembali bersamanya. Hah... Aku akan merelakannya untukmu. Ku harap kau bisa membahagiakannya." Ucap namjoon tersenyum.
"Ya, itu pasti. Aku akan menjaga dan membahagiakannya." Ucap Yifeng dengan mantab dan yakin.
"Terima kasih. Dan jangan lupa mengundang ku."
"Em.. Tentu." Dan setelahnya Namjoon pun meninggalkan Seok jin dan Yifeng di sana. Dan yifeng pun saling berpandangan dan tersenyum.
***
Kini yifeng dan seok jin berada di
sebuah bangku panjang yang berada di sungai han. Menatap indahnya matahari terbenam sambil menggenggam, tangan yifeng pun merangkul pundak seokjin dan seok jin menyandarkan kepalanya ke bahu Yifeng.
"Sayang apa kau merindukanku?" Tanya yifeng pada seok jin.
"Tentu saja, saat kau menghilang tanpa kabar aku pun ragu dan bimbang. Apa kau masih memberi ku kepercayaan untuk menunggumu atau kau di sana sudah memiliki tambatan hati yang lain." Ucap seok jin sambil mendongakkan kepala menatap wajah Yifeng.
"Tapi, kenapa kau masih mau menunggu ku?"
"Karena aku percaya padamu Yifeng. Kau pasti akan datang. Sekarang ku mohon jangan pergi lagi.." Ucap seok jin penuh harap.
"Em. Aku janji tak akan pergi lagi meninggalkanmu." Yifeng pun mengeratkan pelukannya seakan tak ingin melepaskannya.
"Aku mencintaimu, Kim Seok jin."
"Aku juga mencintaimu, Li Yifeng."
𝙀𝙣𝙙