Chapter 2 - Bab 2

'Berakhirnya pesta untuk Cinderella berarti dimulainya kembali kesakitan untuknya'

.

Pesta pernikahan yang sangat meriah dan menjadi salah satu pesta pernikahan paling mewah itu kini telah selesai. Tepat tengah malam, para tamu sudah kembali ke kediaman mereka, ketempat mereka seharusnya. Begitu pula dengan gadis bernama Gwen Aleysey Mckenzie, pesta telah berakhir. Cinderella harus kembali ke tempat seharusnya. Mengerti dimana posisi dirinya yang hanya sebagai budak.

Gwen melangkah ke kamar hotel yang ditunjukan pelayan untuknya bermalam. Ini terlalu larut untuk pulang, lagi pula pemilik hotel ini memberikan kamar khusus untuk keluarga Hudson. Sebenarnya ia bingung. Keluarga Hudson ? Yang Gwen tahu hanya ada Gloria, Jack dan Molly. Entah kemana yang lainnya.

Gwen membuka pintu kamar itu dengan baju pengantin yang masih melekat ditubuhnya. Ini kamar yang sangat luas atau dalam benak Gwen ini adalah sebuah mansion. Ia melangkahkan kakinya setelah menutup pintu, ia memasuki kamar yang ada dilantai atas.

Gwen duduk di tepi ranjang dan menghela nafasnya lega, karena saat ini ia bisa melepas sepatu kaca itu. Gwen mengamati ruangan kamar ini, sungguh sangat luas dan cantik. Gwen berpikir Jack tidak ada disini, ia berpikir Jack dikamar lain. Gwen bingung kenapa Gloria memilihnya untuk menggantikan Cordelia padahal Gloria tahu apa statusnya, sebagai pelacur.

Tubuhnya masih terdiam dan menatap dirinya yang masih dibalut gaun pengantin. Tangannya menyentuh salah satu permata yang ada disana. Jika ia licik, ia akan pergi dengan membawa gaun berlian itu dan menjualnya untuk memenuhi kebutuhannya.

Tapi sayangnya hati Gwen sehalus kapas, ia hanya mengikuti kemana arus hidupnya mengalir. Membiarkan sesuatu terjadi dengan seharusnya.

Tangannya melepaskan genggaman pada berlian itu. Gwen berdiri dan menurunkan rel sleting belakang gaunnya. Meskipun memang sulit dilakukan seorang diri tapi Gwen sudah terbiasa, ia memakai pakaian pelacur tanpa bantuan siapapun setiap malam. Gaun yang menampakan lekuk tubuh indah dan mungil milik Gwen. Tapi kini tidak lagi, ia bersyukur terlepas dari semua itu dan hanya tinggal melayani keluarga Hudson.

Gwen menatap dirinya dicermin, tubuhnya sudah half naked. Ia hanya memakai celana dalam saja. Semua kain yang membuatnya terasa kaku dan sesak sudah ia lepaskan, hanya satu yang belum. Mata Gwen menelanjangi dirinya dicermin, sesaat ada rasa sakit saat ia ingat bagaimana ibunya menjualnya dan ia harus melayani para pria berhidung belang. Meskipun Gwen tidak melayani diatas ranjang, tapi laki laki itu sudah menyentuh yang paling parah adalah paha atasnya.

Ya tentu saja, Gwen masih perawan. Madame Dooby si pemilik klub itu membiarkan harta Gwen disimpannya dulu, ia tahu suatu saat Gwen akan menjadi keuntungan paling besarnya. Dan benar saja, sekarang ia sudah dibeli oleh keluarga Hudson seharga $200 juta dollar. Fantastis? Itulah faktanya.

Kaki Gwen melangkah menuju kamar mandi, perlahan Gwen memutar knop pintunya dan segera menutupnya kembali saat ia sudah berada didalam. Kamar mandi ini bahkan lebih besar dari kamar Gwen dahulu, itulah yang gadis itu pikirkan. Telinga Gwen menangkap sebuah suara gemercik air, Gwen segera menengokan kepalanya kesana kemari mencari sumber suara.

Saat Gwen mencoba mendekati, suara itu berhenti. Gwen menjadi takut seseorang juga berada disini, ia mencoba mencari penutup untuk menutupi tubuhnya di kamar mandi. Tapi terlambat, mata Gwen lebih dulu bertatapan dengan seorang pria yang beberapa saat lalu menjadi suaminya.

Kaki Gwen tidak dapat bergerak apalagi saat menyadari tubuh Jack hanya dibalut handuk yang melilit dipinggangnya. Rambut putih tulangnya yang basah menandakan ia habis mandi.

Detik itu juga Gwen sadar, dirinya hanya memakai celana dalam saja. Dengan segera ia menyilangkan kedua tangannya di dada lalu menunduk dan menyingkir kesamping agar pria itu bisa berjalan pergi. Pria itu, Jack hanya melewati Gwen dengan tatapan datarnya tanpa bicara apapun, sedikitpun.

Setelah telinga Gwen mendengar bunyi pintu tertutup, ia segera melepaskan tangannya yang tersilang. Detak jantungnya menggila, ia menatap pintu itu dengan takut. Ini untuk pertama kalinya seorang pria melihat bagian tubuhnya hampir secara keseluruhan.

Setelah menetralkan detak jantungnya, Gwen segera memasuki kamar mandi dan membasuh tubuhnya. Bayangan Jack saat menatapnya tidak bisa ia hilangkan. Tapi Gwen meyakinkam dirinya bahwa Jack suaminya dan tuannya. Dirinya adalah milik Jack, meskipun tidak sebaliknya. Gwen sendiri belum pernah bicara dengan Jack semenjak masuk kedalam keluarga Hudson, pria itu selalu menatapnya dengan tatapan dingin.

Merasa tubuhnya cukup bersih, Gwen mengambil handuk dan melilitkannya ditubuhnya. Tangannya terasa gementar saat akan membuka pintu kamar mandi. Ia lupa tidak membawa pakaiannya kedalam. Tadi pelayan itu menyimpannya di kamar sebelum Gwen masuk, dan mungkin saja dibalik pintu yang sedang ia pegang Jack masih disana. Setelah menarik nafasnya Gwen memutuskan keluar.

Dan benar saja, disana seorang pria yang bertelanjang dada tengah menyandarkan pundaknya dikepa ranjang dengan mata yang tertutup. Rasa lega menyelimuti diri Gwen, ia segera mengambil koper yang ada dipinggir ranjang dan membawanya kekamar mandi.

Keterkejutan Gwen tidak dapat disembunyikan, isi dari koper ini adalah lingerie berwarna merah, hitam, putih dan abu. Beberapa detik sepasang mata hijau itu hanya memperhatikan baju yang ia pikir tak layak pakai. Ia tahu dulunya seorang pelacur, tapi ini sangat vulgar dan seluruh tubuhnya dapat terlihat walaupun memakai pakaian ini.

Beberapa menit ia masih memperhatikan tubuhnya hingga mengering dengan sendirinya. Desahan kecil keluar dari mulut mungil itu, Gwen mengambil salah satu lingerie berwarna hitam dan memakainya.

'Hanya untuk sekarang saja, lagi pula aku budaknya,' batinnya. Tangan Gwen sibuk mengeringkan rambutnya dengan hairdrier.

Gwen keluar dari kamar mandi dan mellihat Jack yang masih dalam posisi sama. Dengan pelan Gwen duduk diatas ranjang, ia memasukan kaki Jack dan kakinya kedalam selimut. Gwen menepuk nepuk bantalnya hendak bergabung tidur bersama dengan Jack.

"Siapa yang menyuruhmu tidur disebelahku?" tangan Gwen berhenti menepuk bantal dan menengokan kepalanya melihat Jack yang masih bersedakap dada memejamkan matanya.

"Mmm.. itu.. maaf Tuan." Gwen segera berdiri saat mata light blue milik Jack menatapnya tajam. Gwen semakin terkejut saat Jack ikut berdiri lalu melangkah mendat kearah Gwen.

"Kau berniat menggodaku huh?" dengan cepat kepala Gwen menggeleng. Dada Gwen naik turun saat Jack mulai mendekat dan punggungnya sudah menyentuh tembok.

"Ti.. tidak tuan, hanya i.. ini baju yang ada." Gwen menutup matanya saat Jack menghimpit tubuh kecilnya. Kedua tangan Jack mengurung tubuh kecil Gwen.

Perlahan kepala Jack menunduk mengarah kesamping kepala Gwen. Beberapa detik Jack masih terdiam dengan posisinya.

"Chienne de base (dasar jalang)," bisik Jack lalu pergi menjauh dari tubuh Gwen yang perlahan membuka matanya.

BUK

Wajah Gwen dilempar bantal saat ia telah membuka matanya penuh. Ia memeluk bantal itu dan menatap Jack yang sudah kembali ketempat tidur dengan posisi tidur terlentang, ia sudah memejamkan matanya. Gwen mengerti apa arti Jack melempar bantal padanya. Kaki putih itu dengan sendirinya keluar dari kamar yang ditempati Jack dan mencoba memasuki kamar lain.

Tapi sayang, tidak ada kamar yang terbuka. Semuanya terkunci. Bibir mungil itu kembali mendesah, ini penthouse hotel tentu saja memiliki banyak kamar, tapi tidak ada yang mau terbuka untuknya.

Karena sudah larut dan Gwen juga sangat ngantuk, ia menuruni tangga dan memilih tidur disofa yang ada didepan televisi. Ini dingin, apalagi dengan baju setipis ini. Meskipun ruangan ini memiliki penghangat, tapi tidak ada yang lebih hangat dibandingkan selimut dekil yang biasa Gwen pakai dulu. Atau mungkin Gwen membutuhkan sebuah pelukan.