Seorang pria mendesah frustasi saat ia melihat hasil laporan seseorang yang diberikan kepadanya. Ia menutup matanya dan berharap saat terbuka ini hanya mimpi. Sayang masih tetap saja sama, Jack menyandarkan punggungnya dikursi putar kebanggan miliknya.
Tangannya mengambil telpon yang berbunyi dan membuat lamunannya buyar.
"Ada apa Linda ?" Tanya Jack saat ia mengangkat gagang telpon itu.
'Seseorang ingin bertemu dengan anda, tuan.' Jack mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Linda.
"Siapa ?" Tanya Jack sambil menatap jam tangan miliknya.
'Tuan Logan Hudges,'
Rahang Jack mengeras saat ia mendengar nama itu, tangan kirinya mengepal kuat pertanda ia sangat marah saat nama itu disebutkan.
"Suruh dia pergi!"
'Tapi tuan, dia-'
Jack memutuskan sambungannya sepihak dan kembali menyandarkan punggungnya dikursi miliknya. Mencoba memasuki duanianya lagi tanpa ada gangguan. Namun tiba tiba..
CEKLEK
"Maaf tuan, saya sudah mencegahnya tadi." Jack menegakan bahunya saat melihat siapa yang masuk tanpa seizinnya.
"Kau boleh keeluar Linda," ucap Jack penuh penekanan.
Sementara pria yang telah menerobos masuk tanpa izin itu masih berada diruangan besar milik Jack, pria itu melihat kesana kemari seakan meneliti ruang kerja diperusahaan milik Jack. Hingga matanya tertuju pada sofa didekatmya, ia segera mendudukan dirinya sendiri tanpa meminta izin. Lagi.
"Mau apa kau kemari ?" tanya Jack dengan penuh amarah yang ditahan.
"Keluarlah, aku tidak menyuruhmu duduk," lanjut Jack sambil melihat lihat dokumen mencoba mengalihkan amarahnya yang ingin meledak.
"Bisakah kau bicara baik baik Jack, aku hanya ingin memberikan hadiah dari dad untuk pernikahanmu," ucap Logan mengeluarkan suara beratnya.
"Pergi !" ulang Jack tanpa melihat.
"Berhentilah seolah kau tidak melihat Jack, Dad sakit. Ia ingin bertemu denganmu, dia merindukanmu !"
BRAK
Jack memukul mejanya hingga beberapa benda jatuh. Jack menatap tajam Logan dengan matanya yang memancarkan aura kematian.
"Mati saja dia !!"
"Jaga bicaramu Jack !!" Bentak Logan tidak kalah.
"Kau yang harusnya jaga bicara, beraninya kau datang kemari. Dia ingin uang bukan ? Ambil ini !!" Jack melemparkan beberapa cek dari laci dimejanya.
"Hentikan Jack !! Bersikaplah sopan, aku kakakmu !!"
"Aku tidak pernah mempunyai seorang kakak !! Apalagi dari rahim seorang jalang"
BUGH
BUGH
Jack terpental ke belakang saat Logan memukulnya cukup keras. Ia memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan darah dan menatap Logan mengejek. Sementara wajah pria itu memerah karena amarah. Jack tersenyum miring saat Logan terpancing emosi.
"Dia ibuku !!" Bentak Logan tidak terima.
"Dia ibumu, bukan ibuku. Kau dan ibumu hanyalah parasit sejak awal. Ibumu adalah jalang yang menggoda pria tua itu !!"
Logan menghirup udara dalam dalam dan menatap Jack yang sedang mencoba berdiri. Menahan semua amarah yang ada pada dirinya. Logan memejamkan matanya menetralkan emosi.
"Kau tidak tahu apa apa Jack," ucap Logan dengan nada bicara yang mulai merendah. Ia harus menunjukan sikap seorang kakak, bukan musuh yang terbawa emosi.
"Tidak tahu apa apa ? Aku cukup tahu bagaimana jalangnya ibumu menggoda pria." Lagi lagi Logan menahan amarahnya sekuat tenaga.
"Ini darinya untukmu, setidaknya tunjukan saja wajahmu padanya. Ia sangat merindukanmu," ucap Logan sambil melangkah pergi dari sana setelah menyimpan sebuah kotak dimeja sofa.
Sementara Jack masih mematung, ia tersenyum miring mengingat Logan berkata bahwa pria tua itu merindukannya. Kaki Jack melangkah menatap kotak hitam itu, ia membukanya. Dan isinya adalah sebuah album foto dirinya dan Molly saat masih kecil bersama pria itu.
"Setelah 12 tahun kau pergi begitu saja baru sekarang kau berkata merindukanku ?" Gumam Jack pada album foto itu.
Jack mengambil gagang telpon dan menghubungi seseorang yang tak lain adalah sekretarisnya.
'Ya, tuan ?'
"Kemari sekarang juga," ucap Jack langsung menutup telpon.
Tak begitu lama, pintu ruang kerja Jack terbuka dan masuklah Linda sambil menunduk takut katena melihat sisa sisa amarah Jack pada wajahnya.
"Bakar ini." Jack melempar album foto itu lalu memasuki kamar yang ada diruangannya.
***
Malam datang begitu cepat seakan ia bertengkar dengan matahari dan ia yang menang. Tidak ada yang perempuan muda itu lakukan, ia hanya duduk lalu jalan jalan ke taman. Selebihnya ia hanya diam sambil membaca buku buku besar yang berjajar dikamarnya.
Makan malam telah ia lakukan dan saat jam mulai menunjukan pukul 8 malam, berarti itu saatnya dia pergi ke kediaman tuannya. Hanya untuk tidur disana. Padahal ia baik baik saja jika tidur di rumah kayu, memang kesepian. Tapi lebih baik dari pada berjalan menyusuri jalan setapak yang begitu gelap. Pencahayaan yang minim begitu pula dengan penjaganya.
Seperti biasa, Gwen berlari dengan kencang saat melewati daerah gelap. Lampu disana padam, saat mata Gwen menangkap beberapa sosok penjaga, ia berjalan normal lagi.
Pelayan yang terjaga 24 jam membukakan pintu untuk Gwen, dengan segera ia menaiki lantai dua dan memasuki kamarnya. Gwen harus menaiki tangga, sementara para tuannya berada di lantai tiga menggunakan lift. Saat berada dikamar Gwen tidak bisa menutup matanya hingga jam menunjukan pukul 12 malam.
Ia masih berguling guling gelisah diatas ranjang. Dengan kesal, Gwen berdiri dan keluar kamar. Mansion sudah sepi, lampunya sudah padam. Hanya beberapa tituk tertentu dengan lampu yang menyala terang, yang lainnya memakai lampu redup yang Gwen tidak tahu apa namanya karena tertempel didinding marmer.
Kaki Gwen terus berjalan, entah kemana ia membawa pemilik tubuh itu pergi. Tanpa kesadaran, Gwen sudah berada dilantai tiga. Ia terkejut karena terlalu menikmati keindahan mansion besar ini. Dengan cepat Gwen berjalan kembali kearah seharusnya. Tapi sesuatu menghentikannya, mata Gwen menangkap sebuah pintu yang sedikit terbuka. Menurutnya pintu itu berbeda warna dengan yang lain.
Perlahan Gwen mendekati pintu itu, ia melihat kesana kemari. Hanya ada beberapa pelayan yang masih terjaga dan itupun jauh dari tempatnya.
Tangan Gwen sedikit mendorong pintu itu agar ia bisa melihat kedalamnya. Gwen mengerutkan keningnya karena kamar ini sangatlah luas. Hingga akhirnya mata hijau itu membulat karena melihat seorang wanita yang terbaring di ranjang dengan beberapa alat pernafasan yang menempel ditubuhnya.
"Sedang apa kau disini jalang ?" Gwen tergelonjak kaget saat mendengar suara itu.
Perlahan ia membalikan badannya dan langsung berhadapan dengan mata iblis milik malaikat. Jack Evanders Hudson.