Chapter 4 - Bab 4

'Hanya air mata yang melawan meronta atas ketidak adilan yang diciptakan para iblis berbalut luka'

.

Mata hijau itu masih belum bisa memejamkan matanya, ia masih senang berdiri dibalkon dan melihat bagaimana keadaan mansion besar itu dimalam hari. Cahaya dipohon pohon itu membuat Gwen tidak bisa melepaskan pandangannya, persis seperti dunia peri dalam imajinasinya sewaktu ia kecil.

Saat kakinya mulai terasa pegal, tubuhnya membawanya ketepi ranjang setelah menutup pintu kaca yang menghubungkan kamar dengan balkon. Kepalanya tarasa pusing, tangannya memijat sendiri kepala Gwen. Ia ingat kejadian beberapa jam yang lalu, dimana Jack datang ketempatnya dan mempermalukan dirinya.

Sungguh Gwen sangat malu, ia bahkan menangis saat Jack pergi sebelum ia selesai berpakaian. Hanya ada ketukan pintu dan pemberitahuan bahwa Tuan Jack menunggunya dibawah. Itu menyadarkan Gwen dari tangisnya. Ia segera turun dan melihat mata Jack yang menatapnya datar.

Gwen memejamkan matanya mencoba menghilangkan wajah Jack dari benaknya, tapi ia tidak bisa tidur apalagi satu atap dengan Jack. Meskipun tidur mereka terpisah jauh, tapi tetap saja ada rasa aneh saat Gwen berdekatan dengan Jack.

Memang benar, kini Gwen sedang berada mansion milik Jack. Pria itu malam malam menyeretnya secara paksa setelah menonton tubuh telanjangnya tadi. Bukan, bukan Jack yang menyeretnya. Tapi pengawalnya yang berbadan besar yang menyeret Gwen karena kaki kakinya pendek dan berjalan sangat lama.

Baru Gwen tahu mengapa ia dibawa ke mansion Jack sementara tadi ia disuruh menjauh dari kediamannya. Nyonya Gloria yang meminta, apapun yang terjadi Gwen harus tinggal satu atap dengan Jack. Meskipun ia hanyalah pengganti, tapi Gwen masih tanggung jawab keluarga Hudson.

Dengan perlahan mata hijau emerlard itu menutup hingga akhirnya mimpi benar benar datang padanya. Memberikan sebuah kenangan yang buruk untuk ia mimpikan malam ini.

"Mama jangan ma, Gwen akan bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang," ucap seorang gadis sambil terisak.

Sementara seseorang yang ia panggil mama itu terus saja memakaikan pakaian minim ketubuh anaknya. Pukulan demi pukulan ia layangkan pada pipi Gwen saat gadis berusia 16 tahun itu berontak. Pipinya memerah dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Matanya bengkak dan air mata tidak kunjung surut.

"Mama.. hiks,"

"Diam !!" bentakan itu menghentikan rengekan Gwen, tapi tidak dengan air matanya.

Dengan sekali tarikan, Gwen diseret paksa entah kemana. Kaki kecilnya mencoba mengimbangi langkah besar mamanya. Dengan air mata yang masih berjatuhan, mamanya menghempaskan tangannya kuat.

"Tunggu disini," ucap mamanya penuh penekanan.

Gwen memeluk tubuhnya sendiri saat angin malam menembus bahu telanjangnya. Ia melirik mamanya yang sedang bicara dengan seorang wanita didekat tempat sampah. Gwen semakin ketakutan saat wanita seksi itu menunjuk nunjuk dirinya, lalu memberikan segepok uang kepada mamanya.

"Ma.. Gwen ingin pulang ma." Gwen menggenggam tangan mamanya saat wanita itu mendekati anaknya. Namun dengan segera, tangan Gwen dihempaskan kembali dengan kasar.

"Dengar, wanita itu sudah membelimu dan kau harus menurut padanya." gigitan Gwen pada bibirnya semakin kuat, ia menggeleng gelengkan kepalanya tanda tidak terima dengan pernyataan yang keluar dari mulut mamanya.

"Gwen janji akan bekerja keras untukmu mama."

"Diam !! Jangan memanggilku mama !! Kau adalah penghancur hidupku, enyahlah kau dengan pria yang menghamiliku !!"

"Mama !!" Gwen menjerit dengan keras saat mamanya mulai beranjak pergi meninggalkannya.

Lalu sekelompok pria mendekat ke arahnya dengan tatapan yang tajam. Gwen beringsut mundur ketakutan.

"Tak usah cantik gadis manis, mamamu sudah mempercayakanmu padaku. Ayo ikut,"

Gwen hanya mengikuti wanita seksi itu dan menjauhkannya dari pria pria berkaos hitam bertubuh besar. Wanita itu membawa Gwen memasuki pintu kumuh, saat membuka pintu itu suara musik langsung memenuhi telinga Gwen. Berbeda dengan luar, didalamnya adalah klub malam yang sangat luas dengan lantai bawah dipenuhi orang orang yang gila menari.

Wanita itu membawa Gwen menaiki tangga menuju lantai dua, dimana ia tidak melihat orang orang menari, melainkan para pria berjas yang menatap Gwen lapar. Kaki kecil itu dengan cepat memasuki ruangan dimana wanita itu memasukinya.

"Namaku Dobbyre Albere Bere, panggil aku Madame Dobby. Kau bekerja padaku mulai saat ini juga,"

"Bekerja apa ?" Tanya Gwen dengan suara seraknya yang habis menangis.

"Tentu saja melayani tamuku, tapi tenang saja. Kau tidak akan tidur dengan mereka, hanya menemani mereka minum." itu kalimat yang Madame Dobby katakan sebelum ia menghilang dibalik pintu.

Minggu demi minggu Gwen jalani dengan penuh penderitaan, setiap malam ia mengguyur tubuhnya karena merasa jijik dengan apa yang para pria itu lakukan. Menyentuhnya dan mengelusnya. Teriakan dan bentakan selalu Gwen dapatkan dari teman sesama pelacurnya. Itu sudah biasa baginya.

Hingga suatu malam Gwen melihat seorang wanita yang setengah sadar tidak berdaya dengan seorang pria yang menindih tubuhnya. Bukan hanya menindih, pria itu mencumbu wanita itu. Seakan tahu itu mamanya, Gwen segera mendorong pria itu dan membantu mamanya bangun dari atas sofa.

"Mama bangun ma, apa yang mama lakukan ?" Tanya Gwen dengan khawatir. Mata hijau itu mulai membuka maatanya dan memandang Gwen kesal.

PLAK

PLAK

"Apa yang kau lakukan sialan ?! Tidakkah kau lihat aku sedang bersenang senang ?!" Teriak mamanya lalu mendorong Gwen hingga ia terjatuh dan membuat beberapa gelas pecah mengenai tangannya.

"Mama,"

"Diam !! Sialan kau mengingatkanku padanya,"

"AAKKKHH !!" Gwen berteriak dengan kencang saat mamanya menyeret dirinya sambil menjambak. Tubuh Gwen menyapu pecahan kaca hingga tubuhnya berdarah.

Suara musik mengalahkan suara jeritan Gwen, malam itu tidak ada yang tahu bahwa Gwen begitu kesakitan apalagi mamanya memukulnya tanpa henti. Menyebut dirinya sialan karena telah lahir dan menjadi batu sandungan mamanya. Hanya air mata yang melawan meronta atas ketidak adilan yang ia dapatkan setiap saat. Dari mamanya sejak ia masih kecil.

"BANGUN !!" Teriakan seseorang membangunkan Gwen dari mimpi buruknya. Peluh membanjiri tubuhnya hingga bajunya basah.

"Ini waktunya anda pulang nona," ucap pelayan wanita itu datar lalu pergi meninggalkan Gwen dikamarnya.

Gwen mendudukan tubuhnya lalu menatap jam yang ada dinakas. Masih menunjukan pukul lima dini hari. Dengan malas Gwen turun dari ranjang, memakai mantelnya lalu keluar dari kamar untuk kembali ketempat ia seharusnya berada. Ya memang, Gwen hanya disuruh bermalam saja di kediaman Jack. Tidak lebih, bahkan untuk makan tidak boleh.

Itu sebabnya sekarang ia harus kembali sebelum keluarga Hudson bangun. Ini keinginan Gloria, entah kenapa wanita itu meminta anaknya untuk tinggal bersama di mansion. Tapi Jack menolak, ia hanya menyuruh Gwen bermalam lalu pulang secepatnya. Gwen tidak mengerti, perannya hanya menurut saja.

Menyusuri jalan setapak dengan langit yang masih gelap membuat pemilik tangan putih itu mengeratkan mantelnya, lampu lampu kecil yang menempel di pohon pohon besar disepanjang jalan. Mata Gwen melihat kesana kemari karena mendengar suara menakutkan.

'Mana mungkin disini ada makhluk buas,' batin Gwen meyakinkan.

Tapi lama lama suara itu mendekat, suara yang seperti seseorang mengikutinya. Saat melihat rumah kayu, Gwen berlari dengan cepat dan masuk kedalam sana dengan pintu yang ia kunci terlebih dahulu. Dadanya naik turun karena lelah berlari. Gwen segera memasuki kamarnya untuk melanjutkan tidur miliknya. Hanya beberapa menit, biarkan dirinya tidur tanpa mimpi.