๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐!! (โฉยดโ`โฉ)๐
โข
โข
โข
Pria dengan tatapan setajam mata elang itu masih setia memberengutkan bibirnya menatap malas pada seseorang yang ada di depannya. Ia tak mengerti dengan pria itu sampai-sampai ia mengikutinya hingga ke dalam ruangan kerja di perusahaan nya.
Masih dengan senyum yang mengembang tanpa memperdulikan jika pria yang di pandangi sudah di ambang batas rasa kesalnya hingga akhirnya pria yang berusia lebih muda darinya menggebrak mejanya menumpahkan rasa kesalnya.
๐ฝ๐ง๐๐
"Yak! Sampai kapan kau berada di sini?! Aku..." Seung gi membelalakkan matanya kala ucapannya terpotong saat sebuah jari telunjuk menempel di bibir tipisnya.
"Ssstt... Tak baik pria manis sepertimu marah-marah nanti tensi darahmu bisa naik. Nanti kau sakit, aku akan sangat sedih jika kau sakit." Ucap Seo joon dengan lembut.
๐๐บ๐ถ๐ต
Seung gi menggigit jari Seo joon dan beranjak dari duduknya beralih ke arah toilet sambil menggerutu karena sudah tak tahan untuk buang air kecil. Meski sedikit meringis merasakan jarinya di gigit oleh Seung gi dan saat Seo joon yang melihat pria itu beranjak pergi, ia pun kembali mengikutinya.
"Sayang, kau mau kemana?" Seung gi memutar bola matanya jengah dan berbalik menatap pada Seo joon yang berada di belakangnya.
"Kenapa kau mengikutiku?! Aku ingin ke toilet. Astaga.. aku juga bukan kekasihmu jangan memanggilku dengan sebutan itu!" Ucap Seung gi dengan nada meninggi. Ia sungguh kesal dengan pria itu yang selalu mengekorinya ke mana pun.
Seo joon menaikkan bahunya acuh, "sebentar lagi kau akan menyandang status itu saat setelah mengingatnya." Seung gi mengerutkan alisnya bingung namun ia lebih memilih tak menghiraukan ucapan Seo joon dan kembali ke tujuan utamanya.
Setelah menyelesaikan tujuannya dan mencuci tangan, Seung gi pun keluar dari toilet.
๐พ๐๐ ๐ก๐๐
"Kamjagiya!" Seung gi sungguh terkejut saat ini. Bagaimana tidak, Seo joon masih menunggu nya sampai ia keluar dari toilet dan dengan santai berdiri di samping pintu toilet itu dengan memainkan ponselnya.
"Kau benar-benar keterlaluan Seo joon-ssi. Hei.. Apa kau tak ada kerjaan lain selain membuntuti ku?" Ucap Seung gi saambil berkacak pinggang.
"Jadwal ku kosong, aku ingin bersama mu hari ini." Seung gi mengerutkan kening nya tak mengerti.
"Astaga Seo joon-ssi aku orang yang sibuk, tak ada waktu untuk melakukan hal tak berguna lain nya."
"Aku tak akan mengganggu mu. Tenang saja tapi, ijinkan aku menemanimu."
"Aish.. Terserah." Ucap Seung gi acuh kemudian kembali ke meja kerjanya.
Selama Seung gi mengerjakan pekerjaan nya, Seo joon tengah menatap ke arah Seung gi dengan senyum tipisnya. Mengamati prilaku pria itu dari ke fokusannya hingga saat Seung gi menggerutu karena pekerjaannya sendiri. Tak sedetik pun terlewat dari pengamatannya, hingga ia hampir memekik gemas saat Seung gi menggerutu dengan mengerutkan alisnya. Seo joon sangat yakin jika ia benar-benar jatuh pada pria yang mengaku sebagai pria normal yang menyukai wanita berdada besar. Ah.. Anggap Seo joon tak waras setelah bertemu dengan Seung gi karena ia kini mempunyai tekad untuk menjadikan pria itu miliknya.
****
Saat ini Seung gi tengah berada di dalam mobil Seo joon menuju apartemen jimin dan Jungkook. Tunggu dulu? Seo joon mengantar? Yap, dari tadi siang hingga hari mulai Senja Seo joon tak meninggalkannya sedetik pun. Meski Seung gi menyuruhnya pergi namun, Seo joon bersikeras untuk terus bersamanya.
Di dalam mobil hanya ada keheningan hanya sesekali ucapan Seung gi berucap untuk menunjukkan jalan dan tak berapa lama mereka pun sampai di sebuah gedung apartemen dengan tinggi dua puluh lima lantai. Setelah memarkirkan mobilnya, dua orang pria itu pun turun dari mobil dan segera masuk ke gedung apartemen itu dengan Seo joon yang mengikuti langkah Seung gi di belakang.
Setelah sampai di lantai yang mereka tuju dan sekarang mereka pun sudah berada di depan pintu apartemen milik jimin.
๐๐๐ฃ๐ ๐๐ค๐ฃ๐
"Kemana mereka?" Gumam Seung gi saat tak juga mendapat respon dari dalam.
"Mungkin mereka pergi sayang." Ucap Seo joon saat melihat Seung gi yang tak sabaran.
"Sudah ku katakan jangan memanggilku dengan sebutan itu!"
"Ayolah sayang,."
"Diam!"
"Eoh? Hyung?" Ucap seorang pemuda mungil yang baru saja tiba dan melihat perdebatan dua orang itu.
"Yak! Dari mana kau? Tak bisakah sehari saja tak pergi ke mana-mana?! Kau harus beristirahat jimin!" Ucap Seung gi setelah berada di depan jimin.
"Aish.. Aku bosan Hyung dan lagi aku sedang ingin tteokbokki saat ini." Ucap jimin yang kini menunjukkan sebuah kantong plastik di tangan kanannya.
"Kenapa tak bilang padaku? Kau tahu bukan aku setiap hari datang."
"Aku sedang ingin membelinya sendiri dan-Oh! Siapa dia Hyung? Apa teman mu? Aku tak pernah melihatnya." Seo joon yang sedari tadi diam memperhatikan, kini senyumannya mengembang saat mendapati pemuda di depannya itu menanyakannya. Dengan percaya diri Seo joon segera merengkuh bahu Seung gi saat akan menjawabnya dan Seo joon dengan cepat menjawab pertanyaan jimin dengan gamblang.
"Perkenalkan, aku Park Seo joon calon kekasih Seung gi." Seung gi yang mendengar itu, seketika menolehkan kepalanya ke arah Seo joon.
"Yak! Siapa yang...
"Oh ya jimin-ssi panggil aku Hyung saja, oke!" Ucap Seo joon memotong ucapan Seung gi yang akan protes.
"Eh? Ne." Jimin kemudian beralih menarik Seung gi sedikit menjauh dari Seo joon.
"Hyung, benar dia kekasihmu?" Tanya jimin dengan berbisik pada Seung gi.
"Hei, jangan dengarkan ucapan nya. Dia pria aneh yang datang padaku sebagai klien dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahan milik ku." Jimin sedikit melirik ke arah pria bernam Park Seo joon yang kini memainkan ponselnya.
"Tapi, kenapa dia sekarang bersamamu Hyung? Aku tak percaya kalau kalian tak ada hubungan apapun?!" Ucap jimin dengan menatap Seung gi menyelidik. Agaknya jimin curiga pada keduanya. Jika memng tak ada hubungan apapun kenapa pria itu mengikuti Seung gi Hyung nya sampai malam begini.
"Dia yang menempel ikut sedari siang. Aku sudah menyuruhnya pergi tapi.. Hah.. Sudah lah aku malas membicarakannya."
๐๐ฌ๐ฉ๐ฆ๐ฎ!
Merasa di abaikan terlalu lama, Seo joon pun berdehem keras agar kedua orang itu kembali menyadari jika ia juga di sana.
"Sayang...
"Yak! Tutup mulutmu!"
"Sudah..sudah.. Sekarang kita masuk saja di dalam." Ucap jimin menengahi kemudian ia pun segera membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan kedua orang itu masuk.
"Silahkan masuk, hyungdeul! Sebentar, aku akan mengganti baju dulu. Hyung, ambil minuman mu sendiri seperti biasa sekalian bawakan untuknya juga."
"Hum, baiklah.. Eh? Kemana jungmin?" Tanya Seung gi saat ia tak melihat buntalan daging yang selalu tertawa riang saat melihatnya datang.
"Tadi pagi Jungmin di bawa oleh jin eomma hyung." Jawab jimin dari dalam kamarnya.
"Pantas saja aku tak melihatnya." Seung gi pun berjalan ke arah dapur setelah menyuruh Seo joon duduk terlebih dulu. Setelah sampai di dapur, Seung gi segera meraih pintu lemari es dan membukanya. Kemudian tangannya terulur untuk mengambil dua kaleng minuman dingin. Setelah mendapat yang ia inginkan, Seung gi menutup pintu lemari es itu namun, saat ia akan berbalik ia di kejutkan dengan dua buah tangan kekar melingkari perutnya.
"KAMJAGIYA! Yak kau... Ucapan Seung gi terhenti saat ia merasakan sebuah benda kenyal dan sedikit basah menyentuh lehernya.
"Ah.. Aku sangat tak bisa menahannya lagi." Ucapan lirih dari Seo joon dengan nafasnya yang seakan membelai kulit leher membuatnya meremang dan dapat ia rasakan gejolak aneh menggelitik tiap titik sensitif nya. Namun, Seung gi mencoba menepis nya dan setelah sadar dari mematungnya ia pun mencoba melepaskan tangan Seo joon dari perutnya.
"Kau sudah tak waras?!" Seo joon pun dengan cepat membalik tubuh Seung gi hingga kini menghadap ke arahnya.
"Ya sayang, aku semakin tak waras karena keinginan ku untuk memilikimu Seung gi-ah." Ucap Seo joon yang kini menatap intens pada mata Seung gi.
Seketika Seung gi menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasakan perubahan dari sikap pria itu. Dari yang konyol dan terkesan memaksa kini menjadi orang yang bertekad kuat ingin memilikinya. Seung gi yang notabene nya seorang yang keras dan pembangkang kini ia merasa ciut dan menjadi penurut kala tatapan mengintimidasi itu masih terus menatapnya.
"K-kau a-apa?" Ucap Seung gi yang kini menatap pria itu dengan perasaan gugup.
"Aku ingin memilikimu, ingin mencintaimu, dan aku sangat ingin kau selalu berada di samping ku. Kau mungkin tak pernah tahu, jika aku masih memperhatikanmu sedari dulu. Mengawasimu dari kejauhan. Apa kau ingat saat kencan buta yang kau lakukan 10 tahun yang lalu?"
Seung gi mengerutkan dahinya mencoba mengingat kejadian yang sudah sangat lama dan sialnya dia yang yang mempunyai ingatan yang kurang bagus, akhirnya mencoba mengingat kembali saat itu dimana 10 tahun yang lalu ia pernah datang di sebuah restoran untuk menemui pasangan kencan buta nya yang di atur oleh orang tuanya yang saat itu sangat ia hindari sebenarnya. Namun demi menghargai ke dua orang tuanya ia pun terpaksa untuk datang.
Seketika Seung gi pun membelalakkan matanya saat ia mengingatnya dan matanya kini sudah berkaca-kaca.
"K-Kau..." Ucapan Seung gi terhenti saat bibir tebal Seo joon menubruk bibir tipis Seung gi.
"Hum, kau mengingatnya sekarang?" Ucap Seo joon sambil mengusap wajah Seung gi dengan lembut.
"Aku sangat merindukan panggilan itu. Bisa kah kau mengucapkannya kembali?" Ucap Seo joon sambil menempelkan keningnya pada kening Seung gi dengan senyum tampannya yang mengembang saat mengetahui jika prianya kini tengah tersipu malu.
"A-aku malu joonya..." Ucap Seung gi dengan nada yang kini terdengar merengek seolah tak sadar dengan apa yang ia ucapkan. Sedang Seo joon tampak senang mendengarnya.
"Ah.. Panggilan itu, aku sangat merindukannya sayang." Setelah mengetahui jika Seung gi mengingatnya, ia pun dengan berani meraup bibir tipis kekasihnya. Eh tunggu kekasih? Ya benar kalian tak salah melihat kata itu. Sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih 10 tahun yang lalu namun karena suatu hal Seo joon meninggalkan Seung gi begitu saja tanpa ada kata putus dan ikatan benang merah itu terjalin saat Seung gi melakukan kencan buta yang di atur kedua orang tuanya hingga ia bertemu dengan Seo joon di restoran itu. Di saat ia tengah menunggunya teman kencannya yang tak kunjung datang, di situlah Seo joon mendekati Seung gi yang dari awal telah berhasil mencuri perhatiannya hingga sampai satu bulan menjalin pertemanan hingga Seo joon mengakui perasaannya pada Seung gi dan nyatanya Seung gi pun juga mempunyai perasaan yang sama dengan Seo joon dan ikatan cinta mereka pun terjalin. Hingga suatu hari setelah satu tahun menjalin kasih tanpa di duga Seo joon menghilang bak di telan bumi tanpa meninggalkan pesan atau apapun untuknya. Hingga Seung gi putus asa dan memilih untuk melupakannya namun hingga sekarang entah sadar atau tidak Seung gi masih mempunyai harapan jika kekasih hatinya kembali padanya. Karena itulah Seung gi tak pernah mempunyai bahkan tak ingin untuk menjalin hubungan dengan seseorang.
Setelah pagutan mereka terlepas Seung gi segera memeluk Seo joon dengan erat seakan tak ingin melepaskannya dan kejadian 10 tahun yang lalu terulang kembali.
"Maaf meninggalkanmu selama ini, karena sesuatu yang mendesak membuatku meninggalkanmu tanpa pamit."
"Tidak.. Tidak apa-apa. Yang penting sekarang kita sudah bertemu lagi dan ku mohon jangan pergi lagi, joonya." Ucap Seung gi dengan lelehan air mata yang kini membasahi pipinya.
"Ne sayang aku berjanji tak akan pernah meninggalkanmu lagi." Seo joon pun semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh kekasihnya yang kini bergetar dengan senyum haru yang tersungging di bibir tebalnya hingga...
"Ekhem.. Apa aku melewatkan sesuatu?"
๐๐ฝ๐พ