Pukul 8 tepat jimin sudah berada di depan gerbang kediaman keluarga jeon dengan berbekal selembar kertas yang di berikan oleh seokjin. Jimin di buat kagum dengan rumah bernuansa putih yang terlihat bak istana dengan di kelilingi taman yang luas.
Jimin mulai berjalan melewati halaman yang luas itu. Sampai pada depan pintu berwarna putih yang menjulang tinggi. Jimin mulai menekan bel rumah itu.
πππ£π π©π€π£π... πππ£π π©π€π£π...
Tak berapa lama pintu itu pun terbuka menampakkan wanita berbaju pelayan.
"Selamat pagi. Apa bisa saya bertemu dengan nyonya rumah ini?" Ucap jimin sambil tersenyum manis dan membuat pelayan di depannya ikut tersenyum.
"Ah ne silahkan masuk."
Jimin pun mulai melangkah masuk ke dalam rumah itu. Dan pelayan itu pun pamit untuk memanggilkan orang yang di oleh jimin
"Silahkan duduk, aku akan memanggilkan nyonya jeon dulu." Pelayan wanita itu pun pergi meninggalkan jimin yang sudah duduk untuk menunggu orang yang akan di temui nya.
Tak berapa lama wanita cantik yang di maksud jimin pun menghampirinya. Jimin pun beranjak dari sofa itu dan membungkukkan badan nya
"Selamat pagi jimin-ah.. Bagaimana kabar mu hari ini?" Ucap seokjin yang kini mendudukkan dirinya di sofa panjang yang berada di ruang tamu.
"Selamat pagi nyonya. Kabar saya juga baik nyonya."
"Baguslah kalau begitu.,, oh ya aku akan menjelaskan padamu tentang pekerjaan yang akan kau kerjakan nanti."
"Ne nyonya."
"Begini jimin kau akan bekerja pada pukul 8 pagi sampai pukul 4 sore. Tugasmu di sini membersihkan area dapur dan kamar milik putraku karena dia tidak bisa menjaga kerapihan di kamarnya itu selalu berantakan aku sangat lelah menasehatinya. Dan kau akan memasak saat jam makan siang saja. Dan hari minggu kau bisa libur. Bagaimana kau sudah mengerti? Apa ada yang di tanyakan?" Ucap seokjin yang menatap jimin dengan tersenyum.
"Tidak ada nyonya saya sudah mengerti."
"Baiklah sekarang mulai lah bekerja pertama kau bersihkan kamar putraku. Beberapa hari ini dia tidak pulang dan mungkin kamarnya sangat berantakan. Setelahnya kau ke dapur bantu yang lain bila sudah tak ada pekerjaan kau santai saja gunakan untuk berkeliling rumah supaya kau tahu setiap sudut rumah ini dan bertanyalah pada pelayan yang lain bila ada yang harus di bantu. Hanya itu. Selamat bekerja jimin semoga kau betah di sini."
"Ne nyonya terima kasih." Seokjin dan jimin pun beranjak dari sana. Seokjin mengantar Jimin langsung ke arah dapur dan di sana ada lima pelayan dan satu juru masak sedang menyantap sarapan mereka.
"Maaf mengganggu sarapan kalian, aku akan mengenalkan pelayan baru di rumah ini." Ucap seokjin pada pelayan di sana.
"Ne nyonya." Ucap mereka bersamaan.
"Perkenalkan namanya park jimin dia akan mambantu kalian dalam melakukan pekerjaan kalian tugasnya membersihkan kamar tuan muda dan membantu kalian dan untuk jam makan siang nanti biarkan dia yang memasak. Daniel-ah tolong bantu jimin untuk mengenal setiap sudut rumah ini dan ajari beberapa hal tentang rumah ini. Dan yang lain bila ada yang perlu bantuan mengerjakan sesuatu suruh saja jimin ne.. Itu saja semoga kalian akrab dengannya."
"Ne nyonya."
"Baiklah aku titip jimin." Seokjin pun meninggalkan jimin dengan para pelayan itu. Dan mereka dengan senang hati menerima jimin namun entah kenapa salah satu dari mereka menatap sinis pada jimin tanpa mereka ketahui.
"Hai jimin! Kenal kan aku daniel aku akan mengajari mu semua tentang rumah ini dan akan membantumu bila kau mendapat kesulitan nanti. Dan kenalkan dia lisa, ini jennie, momo dan seulgi."
"Hai jimin!" Ucap jennie, momo dan lisa bersamaan
"Hai semua mohon bantuannya." Ucap jimin pada semua yang ada di sana dengan membungkuk.
"Oh ya, jimin kau di perintahkan membersihkan kamar tuan muda kan biar aku yang mengantarmu." Ucap lisa menarik jimin ke arah sudut di dapur itu. Di sana terdapat ruangan kecil tempat penyimpanan alat kebersihan. Dan lisa pun mengambil beberapa alat untuk membersihkan setelah itu lisa menarik jimin keluar dari dapur menuju lantai atas di mana kamar tuan mudanya berada.
πΎππ π‘ππ
"Ini adalah kamar tuan muda, lihatlah betapa berantakannya kamar ini. Aish.. Orangnya tampan tapi sangat berantakan sayang sekali." Ucap lisa sambil menggelengkan kepala. Jimin hanya terkekeh mendengar gerutuan lisa.
"Baiklah noona aku akan mengerjakannya, kau lanjutkan sarapan mu tadi."
"Ah baiklah, aku tinggal ya.. Selamat bertugas jimin." Lisa pun pergi dari sana dan jimin mulai membersihkan kamar itu. Terlihat seperti kapal pecah bayangkan saja banyak baju yang di letakkan di berbagai tempat. Lembaran-lembaran kertas entah itu penting atau tidak di biarkan berserakan di mana saja.
Jimin pun mulai meraih kertas-kertas itu menatanya jadi satu dan menaruhnya di atas meja yang terdapat sebuah laptop di sana dan ada banyak map yang tertumpuk tak rapi. Jimin mulai meraih satu bersatu pakaian yang ada di sana menempatkannya ke dalam keranjang pakaian kotor di dekat pintu kamar mandi setelah tak ada yang berserakan dia mulai membersihkan debu di setiap inci ruangan itu. Setelah 20 menit acara membersihkan kamar tuan muda pun selesai terlihat bersih dan rapi jimin pun mulai beranjak keluar dari kamar itu dan tak lupa menutup pintunya. Namun baru jimin membuka pintu dia di kejutkan dengan salah satu pelayan wanita dengan tatapan tajam mengarah padanya.
"Eoh? Seulgi noona apa ada yang bisa ku bantu?" Jimin pun bertanya dengan lembut meski dia tahu kalau wanita di depannya itu menatapnya tak suka.
"Aku hanya memperingatkanmu bocah meski kau kesayangan dari nyonya seokjin, jangan harap aku berbaik hati padamu kau mengerti!" Ucap seulgi sinis sambil jari telunjuknya menekan-nekan pada dada jimin membuat jimin menunduk takut.
"N-ne noona."
"Cih! Menyusahkan!" Seulgi beranjak pergi dari sana meninggalkan jimin yang menangis dalam diam. Baru pertama bekerja sudah ada yang membencinya namun jimin berusaha untuk bersabar demi sang adik yang membutuhkan uang untuk terus bersekolah.
"Tuhan, kuatkan aku demi adik ku." Ucap jimin sambil menyeka air matanya.
****
Jungkook saat ini berada di perusahaannya. Masih bergelut dengan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerjanya.
ππ€π π©π€π π©π€π
"Sajangnim permisi." Ucap jung hoseok sang sekertaris.
"Masuklah." Hoseok pun masuk dengan beberapa berkas di tangannya.
"Sajangnim, ini berkas kerja sama dari Park Corp. Silahkan di periksa." Ucap hoseok sambil meletak kan map berwarna biru di atas meja jungkook.
"Dan ini berkas laporan keuangan 6 bulan lalu yang anda minta tuan. Baiklah saya permisi" Jungkook hanya bergumam untuk menjawab sang sekertaris tanpa mengalihkan tatapannya pada berkas-berkas itu.
πΎππ π‘ππ
"Ada apa lagi hoseok-ah?" Ucap jungkook yang kesal tanpa melihat siapa yang datang.
"Hey, kenapa kau seperti itu bro? Santai lah jangan tegang!" Ucap salah satu teman jungkook yang bernama mingyu.
"Ada apa kau kemari?"
"Hey bro kau benar-benar tak berubah dari dulu.. Ck.. Ck!" Ucap mingyu sambil bersidekap dan berdecak kesal. Sangat hafal dengan sifat angkuh dari sahabatnya itu.
"Apa kau tak lihat aku masih sibuk." Mingyu pun terkekeh
"Aku hanya mengunjungimu saja. Dan ingin mengajakmu nanti malam."
"Maaf aku tak bisa mingyu-ya aku sangat lelah sudah beberapa hari tidak pulang karena sibuk."
"Oke baiklah lain kali kita pergi. Kalau begitu aku pergi."
"Hum."
Jungkook pun kembali fokus pada berkas-berkas itu sesekali memijat pelipisnya kepalanya terasa mulai pening.
"Hah... Aku lelah sekali." Keluhnya sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang ia duduki.
****
"Jimin boleh ku bantu?"
Ucap momo yang kini berada di samping jimin yang fokus untuk memotong wortel.
"Tidak usah momo noona, kau istirahat saja."
"Ah.. Arraseo.." Ucap momo sambil mendudukkan diri di kursi tempat makan.
Tak berapa lama seulgi memasuki dapur dan menuju samping jimin meraih lemari dinding di atasnya membukanya dan mengambil cangkir di sana.
ππ§ππ π π
"Akh.. Sshh.." Entah di sengaja atau tidak seulgi menyenggol tangan kanan jimin yang memegang pisau dan pisau itu melukai jari kiri jimin. Jimin yang merasa perih reflek menjatuhkan pisau itu. Darah pun menetes kelantai mungkin luka di jari jimin cukup dalam maka dari itu darah yang menetes pun begitu banyak.
"Jimin kau tak apa? Kenapa bisa begini? Sini biar ku obati." Momo terlihat panik karena banyaknya darah yang menetes dia pun menarik jimin untuk duduk dan momo mengambil perban,gunting, obat merah dan plester dan segera mengobati luka di jari jimin.
"Kau ceroboh sekali Lihat darahnya begitu banyak. Astaga.." Racau momo sambil membalut perban luka itu
"Maaf noona.."
"Hey.. Kenapa kau minta maaf? Kau yang terluka kenapa juga kau minta maaf. Lain kali hati-hati."
"Ne noona."
Tanpa mereka tau seulgi menatap sinis pada jimin dengan seringai tercetak di sudut bibirnya. 'Ini baru permula'an bocah!' ucapnya dalam hati.
πππ