β’
β’
β’
ππ€π π©π€π π©π€π
Suara ketukan pintu kamar jimin terdengar menggema di kamar itu namun tak membuat jimin terbangun dari tidurnya. Membuat jihoon mencoba membuka pintu itu.
πΎππ π‘ππ
"Hyung, sudah waktu makan malam aku lapar." Jihoon membangunkan kakaknya dengan menggoyang lengannya.
"Eunghh... Jihoon? Akh..." Jimin terbangun dan meregangkan tubuhnya namun jimin merasakan kembali rasa sakit pada tubuh dan perutnya.
"Hyung! Kenapa?" Jihoon mengerutkan keningnya melihat jimin yang merasa kesakitan.
"T-tidak.. Hyung tidak apa-apa hanya lelah saja."
"Ne, aku tunggu di ruang tengah."
"Ne,Β hyung akan siapkan makan malam." Jimin pun beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi jimin melihat lukanya di depan cermin terlihat memar pada perut dan dadanya.Β Dia meringis merasakan sakit dan perih di sana saat menyentuhnya.
"Tidak apa-apa. Kau kuat jimin demi adikmu kau harus bertahan." Jimin pun beranjak dari sana dan segera membersihkan tubuhnya.
Setelah 10 menit bersiap jimin segera ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
"Eh, ada beberapa bahan yang sudah hampir habis. Aku harus berbelanja nanti."
Setelah 30 menit jimin selesai dan memanggil adiknya untuk makan malam.
"Jihoon makan malam siap."
"Ne hyung." Jimin dan jihoon pun segera menyantap makanan yang di masak oleh jimin.
"Jihoonie, setelah ini hyung akan ke supermarket untuk membeli beberapa bahan masakan sebentar ne.."
"Aku ikut ya hyung."
"Em.. Boleh!" Mereka pun menyelesaikan makan malam mereka. Dan jimin pun membersihkan meja makan itu kemudian membawanya ke tempat mencuci piring kotor. Jimin pun mencuci piring dan alat dapur yang ia gunakan memasak tadi
"Jihoonie, ayo kita pergi."
"Ne hyung."
Jimin dan jihoon pun keluar dari rumah menuju sebuah supermarket yang berjarak tiga blok dari kompleks rumah mereka. Mereka pun berjalan dengan santai sambil bercakap-cakap. Tanpa sengaja mereka bertemu dengan dua preman yang sedang mabuk dan Mereka mencoba menggoda jimin.
"Hey manis, wah lihatlah dia sangat cantik.. Hahaha.." Goda preman pertama pada jimin sambil mengusap langan jimin.
"Tolong tuan jangan seperti ini." Ucap jimin sambil menepis tangan pria itu. Jihoon yang takut bersembunyi di balik punggung jimin.
"Hey cantik ikutlah dengan kami, kami akan memberikan kenikmatan untukmu.." Ucap preman kedua sambil menarik tangan jimin.
"T-tuan tolong lepaskan.. Akh.. Tidak! Lepaskan aku.. Aku mohon.. Hiks.. Hiks.. L-lepas..." Kedua preman mulai menarik jimin dengan kasar dia ketakutan jihoon yang ingin menolong Hyung nya mendapat dorongan keras dari salah satu preman itu.
π½π§πͺπ π
"Hyung! T-tolong... Kumohon siapa pun tolong Hyung ku.. Hiks.. Hiks.." Jihoon pun mencari pertolongan pada sekitarnya karena tempat itu sangat sepi di harus berlari ke tempat lain untuk mencari pertolongan. Jihoon pun terus berlari sampai dia melihat dua orang pria yang sedang meminum kopi di depan sebuah mobil yang terparkir.
"T-tuan hiks.. T-tolong hyung ku tuan.. Ku mohon.." Ucap jihoon pada dua orang di depannya dengan terisak.
"Hey tenanglah saeng ada apa hum?" Ucap salah satu orang berkulit pucat menyentuh bahu jihoon yang bergetar.
"Hyung Ku tuan.. Tolong hyung ku.. Hiks.."
"Kenapa dengan Hyung mu..?" Ucap pria berkulit tan di sampingnya.
"A-ada dua orang preman membawa hyung ku.. Tolong tuan aku takut Hyung ku kenapa-napa."
"Kau tau dimana mereka membawanya.?"
"Ne tuan ikutlah dengan ku.."Β Jihoon dan ke dua pria itu pun berlari ke tempat preman itu membawa jimin.
Disisi lain jimin terus ditarik paksa masuk ke dalam gedung kosong tempat para preman itu. Jimin terus meronta dan berteriak mencoba melepaskan diri.
"Tidak... Lepaskan aku.. Hiks kumohon.."
"Hey manis berhentilah berteriak dan meronta seperti itu kau tak akan kami lepaskan sebelum kau memuaskan kami."
"T-tidak.. Kumohon lepaskan aku..hiks.. Kumohon.. Hiks.." Salah satu pria itu mengambil sebuah tali dan dan mengikat tangan jimin. Setelah mengikatnya pria itu mulai meraba-raba tubuh jimin.
"A-apa yang kau lakukan! Lepas.. Hiks.. Lepaskan aku!"
ππ‘ππ π
Sebuah tamparan keras pada pipi jimin membuat sudut bibir jimin mengeluarkan darah.
"Jangan berteriak sialan! Kau ingin kami mengasari mu. Baiklah." Mereka mulai membuka jaket jimin dan juga kaos berwarna merah yang di kenakan nya dan terpampang lah kulit putih mulus di hadapan ke dua orang itu. Terlihat dada putih mulus yang sedikit berisi itu dengan nipple berwarna merah muda yang begitu menggoda.
"Woah! Lihatlah kau sangat menggoda sayang."
"Tidak! Hiks.. L-lepaskan aku.. Hiks.. Hiks.." Jimin terus meronta kakinya menendang-nendang namun pergerakan nya terhenti saat salah satu preman itu menduduki perut jimin.
"Akh.. S-sakit ku mohon lepaskan aku." Mereka menulikan pendengaran mereka dan salah satu preman itu mulai memainkan nipple jimin mengulumnya dengan tidak sabaran dan preman yang berada di atas jimin mulai menciumi leher jimin.
"Emmh.. Kau menikmatinya? Coba nikmati ini.." Ucap salah satu preman itu yang mengulum nipple jimin. Jimin menggeliat gelisah berusaha meronta kembali.
"Hiks.. Tolong lepaskan.. Hiks.. Hiks.."
Jimin terus menangis dan meronta memohon untuk di lepaskan Sampai akhirnya dua orang menarik dengan paksa ke dua preman yang mengukung jimin.
π½πͺπππ
π½πͺπππ
"Akkhhh.." Kedua preman itu pun dihajar oleh dua pria itu. Dan jihoon berlari ke arah jimin untuk membuka ikatan pada kedua tangan jimin.
"Hyung! Hyung kau tidak apa-apa?"
"J-jihoon? Hiks jihoon.." Setelah ikatan itu terlepas jimin langsung memeluk jihoon dengan erat dia masih merasa ketakutan tubuhnya pun bergetar. Jimin menangis tersedu-sedu mengingat apa yang akan terjadi padanya jika saja jihoon dan kedua orang itu tidak datang.
"Hey kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" Tanya pria berkulit pucat yang datang menolong mendekati jimin dengan tatapan khawatir.
"A-aku t-tidak apa-apa t-tuan.." Jimin masih terisak. Dan jihoon memakaikan kembali jaket jimin karena baju yang dikenakan jimin telah robek karena ulah preman itu.
"Baiklah kita keluar dari sini sekarang. Kau bisa berjalan?" jimin hanya menganggukkan kepalanya namun saat akan berdiri kakinya seakan lemas tak bertenaga dan hampir terjatuh kalau saja salah satu dari pria itu tak menangkapnya.
"Sini biar aku menggendong mu."
"T-tidak usah tuan terima kasih."
"Aku tak menerima penolakan." Orang berkulit pucat itu pun menggendong jimin dengan gaya bridal style dan jimin pun melingkarkan tangannya pada leher pria itu dengan kepalanya bersandar pada dada bidang pria yang sedang menggendongnya.
"Dia tertidur hyung sepertinya di kelelahan." Ucap pria yang kini menggandeng jihoon.
"Biar saja dia tertidur. Oh ya saeng siapa namamu? Dan dimana kau tinggal?" Ucap pria yang menggendong jimin pada jihoon.
"Namaku jihoon tuan kami tinggal tak jauh dari sini." Ucap jihoon pada pria itu.
"Baiklah kami akan mengantar kalian pulang."Mereka pun berjalan ke arah rumah jimin dan jihoon.
Tak berapa lama mereka sampai di tempat tinggal kakak beradik itu. Jihoon membukakan pintu rumahnya setelah terbuka jihoon mempersilahkan masuk dan mengantar pria yang menggendong jimin ke kamarnya.
"Kalian tinggal dengan siapa di sini?" Ucap pria yang berada di kamar jimin saat ini.
"Kami tinggal berdua tuan, kedua orang tua kami sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Saudara dari orang tua kami tidak mau menampung kami maka dari itu kami tinggal di rumah peninggalan orang tua kami ini." Jihoon berujar dengan tatapan sendunya sambil melihat jimin yang terlelap.
"Jadi siapa yang memenuhi kebutuhan sehari-hari kalian?"
"Hyung yang bekerja memenuhi kebutuhan ku dan dirinya sendiri. Hyung juga yang membiayai sekolahku dia menyuruhku untuk tetap bersekolah. Dia bekerja sangat keras pagi kerja sebagai kasir toko dan sorenya bekerja di sebuah kedai."
"Benarkah?" Pria itu pun terkejut dengan penuturan jihoon dia menoleh pada jimin dan menatap kasihan karena pemuda mungil itu rela bekerja keras demi adiknya untuk tetap bersekolah.
"Ne tuan, tapi sekarang hyung sudah mendapat pekerjaan baru di sebuah rumah besar sebagai pelayan."
"Kita keluar saja biarkan hyung mu beristirahat."
"Ne tuan". Keduanya pun berjalan keluar dari kamar jimin menuju ruang tengah di sana sudah duduk salah satu orang yang sedang menonton televisi.
" Ah.. maaf aku menyalakan televisinya karena bosan. Hehe.." Ucap pria itu dengan menggaruk leher belakangnya yang tak gatal. Dan pria yang bersama jihoon memutar bola matanya.
"Tidak apa-apa tuan. Mau minum apa tuan?"
"Tidak perlu jihoon-ah kita nanti akan membeli sendiri diluar dan akan membawa mobil kami kemari nanti. Oh ya boleh kami di sini untuk menjaga kalian? Bukan apa-apa hanya memastikan tidak terjadi apa-apa pada Hyung mu."
"Ne tuan."
"Jihoon-ah tolong jangan memanggil kami tuan, panggil saja hyung. Dan kenalkan namaku min yoongi dan ini kim taehyung."
"Salam kenal hyung." Jihoon pun membungkuk sopan pada dua orang yang telah menyelamatkan Hyung nya.
πππ