Chereads / Impossible wish / Chapter 4 - Pain

Chapter 4 - Pain

"Daniel hyung maaf jimin sudah merepotkan.."

Jimin menunduk berucap maaf pada Daniel juru masak keluarga jeon karena kecerobohan yang tidak di perbuatanya. Karena tangan nya terluka jimin tak bisa memasak saat jam makan siang yang menjadi tugasnya.

Daniel yang tengah memasak menoleh pada jimin yang ada di belakangnya tengah duduk menunduk. Daniel tersenyum melihat jimin dan mendekatinya.

"Jiminie, tidak apa-apa, kau tak merepotkan ku. Tenang saja ne.." Ucap daniel sambil mengusap kepala jimin lembut.

"Lain kali hati-hati ne.. Agar tak terluka lagi."

"Ne hyung. Kalau begitu jimin membantu noona saja kau begitu."

"Ne.."

Jimin pun berjalan ke arah taman belakang. Di Sana jimin bisa melihat lisa yang menyiram bunga.

"Noona, mau ku bantu?

"Boleh, tolong rapikan bunga yang sudah di petik itu ke dalam vas."

Jimin pun berjalan ke arah meja yang di tunjuk oleh lisa. Jimin mulai merapikan tangkai bunga itu dan memasukannya ke dalam vas. Setelah itu jimin mendekati lisa.

"Noona aku sudah selesai. Apa ada hal lain yang bisa ku kerjakan?"

"Sudah tak ada, sekarang kau coba bantu noona yang lain." Ucap lisa yang masih sibuk menyiram bunga-bunga yang di tanam di taman yang luas itu.

Jimin pun berjalan untuk mencari noona yang lain namun langkahnya terhenti saat suara seokjin menyerukan namanya.

"Jimin!" Jimin menoleh dan mendapati seokjin yang sedang duduk di kursi tamannya.

"Nyonya.."

"Jimin sudah memasak sebentar lagi waktu makan siang."

"Maaf nyonya jimin tidak bisa memasak saat ini karena tangan jimin terluka." Ucapnya sambil menunjukan tangan kirinya terluka. Seokjin pun menarik lengan jimin agar ikut duduk di sampingnya.

"Kenapa seperti ini jimin?" Ucap seokjin khawatir.

"Tadi terkena pisau saat memotong sayuran."

"Lain kali hati-hati ne?" Dan di balas anggukan oleh jimin.

***

"Kook ayah akan pulang untuk makan siang. Kau tak ikut?"

"Ne ayah tunggu sebentar. Jungkook pun segera merapikan beberapa file di meja kerjanya setelahnya jungkook keluar dari ruangannya menyusul ayahnya.

Kini jungkook dan ayahnya Namjoon yang telah sampai berjalan memasuki rumah. Seokjin yang berada di ruang tamu segera berdiri menghampiri suami dan putranya.

" Eh sudah pulang? Ayo makan siang dulu."

Mereka pun berjalan menuju ruang makan

"Jimin apa semua sudah siap?" Ucap seokjin

"Sudah nyonya." Ucap jimin pada seokjin dan jimin membungkukkan badannya saat melihat dua orang di belakang seokjin.

"Siapa dia ibu?" Ucap jungkook sambil menatap tak suka pada jimin

"Dia pelayan baru jungkook."

"Pasti ibu memungutnya lagi di jalanan seperti yang lain." Ucap jungkook acuh. Jimin yang mendengar itu hanya bisa menunduk sedih. Entah mengapa hatinya sakit mendengarnya.

"Jungkook jaga ucapan mu!" Bentak Namjoon tak menyangka putranya tak bisa menjaga cara bicaranya yang selalu kasar. jungkook mendengar bentakan ayahnya merasa tak terima seakan ayahnya membela orang rendahan di depannya itu dan jungkook menatap tajam pada jimin.

"Jaga bicaramu jungkook, ibu memintanya bekerja di sini karena dia anak yang baik dan rajin."

"Cih.. Ibu jangan termakan dengan wajah polosnya bagaimana kalau dia punya niat buruk. Sudah banyak contohnya orang miskin pasti seperti itu." Ucap jungkook yang sudah mulai menyantap hidangan di depannya.

"Cukup jungkook, kau itu berpendidikan tinggi tapi kata-katamu seperti orang tak berpendidikan. kau tahu? kau sangat berbeda dengan jimin meski dia putus sekolah tapi dia sangat tahu tata cara berbicara dan bersikap dengan orang lain. Sedangkan kau yang berpendidikan tinggi nol besar." Seokjin mulai emosi dengan setiap ucapan putranya itu.

'Sialan! Ibu benar-benar membelanya. Brengsek kau manusia rendahan. Liat saja hidupmu tak akan tenang.' batin jungkook masih dengan tatapan tajamnya terus mengarah pada jimin.

Kini jimin berada di taman belakang tengah bersantai karena sudah taj ada lagi yang ia bisa kerjakan.

"Enak sekali kau duduk bersantai disini makan gaji buta eoh?"

"Eh? T-tuan?" Ucap jimin terkejut. Jimin yang tadinya duduk dengan cepat dia berdiri dan menunduk.

"Cih! Dasar orang miskin bisa-bisanya kau memanfaatkan ibuku untuk cari muka."

"B-bukan begitu tuan, saya memang membutuhkan pekerjaan."

"Pekerjaan apa maksudmu?! Kau hanya duduk santai itu namanya beker?!"

"Tapi tuan memang belum...

"Diam kau manusia rendahan! Akhh.. Aku sudah tak tahan lagi. Ikut aku sekarang!" Jungkook menyeret jimin dengan menarik kerah bajunya sampai tubuh jimin terhuyung ke depan akibat tarikan jungkook.

Mereka sekarang di sini, di dalam sebuah gudang yang berdebu dengan banyaknya barang-barang tak terpakai. Jungkook pun melempar tubuh jimin dengan keras sampai menghantam lantai yang dingin itu.

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠

"Aaarrgghh..." Pekik jimin saat jungkook melemparnya masuk ke gudang.

"Aku benar-benar ingin sekali menghajar wajah sok polos mu itu." Jungkook pun mulai menarik jimin untuk berdiri dan tanpa aba-aba dengan keras dia melayangkan sebuah pukulan keras pada perut jimin.

"Akhh.. A-ampun t-tuan apa s-salahku sshh.." Jimin meringis kesakitan. Dia merasakan sakit pada area perutnya Benar-benar menyakitkan.

"Salahmu karena kau orang rendahan sok polos dan.. Kau memanfaatkan wajah polos mu itu untuk memperdaya orang tuaku. Jungkook pun kembali melayangkan pukulan pada wajah jimin sampai darah keluar dari sudut bibirnya dan hidungnya.

"Akhh.. A-ampun t-tuan." Jungkook pun melayangkan pukulan terakhir di perutnya setelah itu meninggalkan jimin sendiri di gudang itu.

"T-tuhan apa s-sebenarnya salahku? Setelah mereka membuang ku dan adik ku." Jimin pun menyandarkan tubuhnya ke or dinding.

"Aku harus bertahan demi adik ku." Ucap jimin pasrah. Otaknya selalu memutar kata 'demi adik' sebagai motivasinya agar dia pantang menyerah dengan apapun yang menimpa dirinya."

Setelah jimin membersikan luka-lukanya, jimin pun beranjak dari sana dan beranggapan seperti tak terjadi apa-apa padanya.

.

.

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, jimin pun pamit pulang ke rumahnya pada seokjin. Setelah itu dia bergegas pulang agar segera bertemu sang adik.

Jimin pun sampai rumah dengan dirinya menaiki sebuah bus. Jimin pun masuk ke dalam rumah memastikan sang adik berada di rumah.

"Jihoonie, hyung pulang!"

"Eh? Hyung kau sudah pulang?" Ucap jihoon yang terlihat keluar dari kamarnya.

"Ne jihoonie. Bagaimana sekolahmu?

" Seperti biasa hyung."

"Baguslah kalau begitu. Oh ya hyung ke kamar dulu ne.. Hyung sangat lelah." Ucap jimin dengan melangkah ke arah kamarnya.

"Ne hyung istirahatlah." Ucap jihoon yang kembali ke dalam kamatnya.

Setelah masuk dan menutup kembali pintunya, jimin meringis menahan rasa sakitnya pada area perutnya. Jimin pun berjalan ke arah ranjangnya merebahkan tubuh lelahnya dan rasa kesakitan nya.

𝙏𝙗𝙘