"Mas, bangun!"
"Hem …. Ada apa, Sayang?"
"Mau makan sosis," jawab Dandelion sambil mengusap perutnya.
"Besok siang saja ya? Aku ngantuk, Sayang." Aryk kembali terlelap.
"Ikh… Mas, ayo bangun! Belikan sekarang!" Ia menarik tangan Aryk sampai terduduk. Namun, mata laki-laki itu tertutup rapat dan berat untuk terbuka. "Kamu gak sayang sama bayi kita," ucap Dandelion terisak.
Mendengar istrinya menangis, ia sontak membuka mata, meskipun masih terasa berat. "Aku pergi sekarang. Jangan nangis, ya, Sayang. Aku sayang sekali pada kalian. Aku belikan sekarang, ya. Mau yang pedes kayak kemarin itu, kan? "
"Iya." Dandelion menjawab sambil sesenggukan.
Aryk memeluk istrinya. Ia mencoba menenangkan tangis wanita itu terlebih dahulu sebelum pergi membeli sosis bakar. Setelah Dandelion lebih tenang, ia pun pamit.
***
"Sin, kamu mau, kan, jadi istriku?" tanya Renzi sambil menggenggam tangan Sinta.