Chereads / HIS VIRGIN LEECH / Chapter 18 - Chapter 18

Chapter 18 - Chapter 18

Sebastian tidak main-main saat Ia mengatakan ingin menagih hutangnya. Kami melakukannya hampir tiga kali semalam... Dasar monster.

Pinggangku terasa sakit keesokan paginya. Tidak seperti sebelumnya, kali ini aku bangun lebih awal darinya. Kupakai salah satu jubah tidur miliknya karena aku tidak ingat dimana aku meninggalkan pakaianku semalam.

Sebastian masih tertidur pulas, sebagian wajahnya terbenam di bantalnya.

Dengan bertelanjang kaki aku keluar dari kamarnya menuju dapurnya, karena disanalah aku meninggalkan laptopku kemarin malam.

Aku berencana menyelanjutkan laporan investigasiku pagi ini. Sebastian bilang aku tidak perlu mengerjakan laporanku di kantor The Daily Wire, aku tidak tahu apa maksudnya tapi kurasa Ia sudah bilang pada Mr. Rochester bahwa aku tidak akan hadir di kantor untuk sementara waktu.

Sepertinya reputasiku di mata Mr. Rochester sudah hancur berkeping-keping.

Kakiku terhenti di dasar tangga ketika menyadari ada seseorang yang duduk di depan counter dapur. Dan Ia sedang membuka laptop yang Sebastian pinjamkan padaku semalam.

Ekspresinya terliha pucat dan murka.

"Apa kau tinggal disini juga?" tanyaku padanya dengan nada sarkasme.

Ia mendongak dengan marah ke arahku.

Bill Kovach pasti sedang membaca laporan pembuka yang kutulis tadi malam hingga wajahnya terlihat seperti itu. Ia mengenakan setelan jas yang terlihat agak kusut, dilihat dari kedua matanya yang memerah sepertinya Ia belum tidur semalaman,

"Dasar kau wanita jalang!" umpatnya dengan penuh amarah hingga pelipisnya terlihat berkedut.

Aku tidak melihat bodyguard atau ajudannya di sekitar kami. Hanya ada aku dan dirinya di dapur saat ini.

"Kau tidur dengan Sebastian Moran, huh?" kedua matanya yang terlihat cabul menggerayangi tubuhku dengan tatapannya walaupun aku sudah mengenakan jubah tidur.

"Dengan tubuh seperti itu seharusnya kau datang padaku bukan Moran, aku bisa membayar lebih tinggi darinya." sambungnya, suaranya dipenuhi dengan kebencian.

Aku tertawa kecil mendengar ucapannya, "Oh ya? Kau akan membeberkan seluruh tindakan korupsimu sendiri jika aku bersedia tidur denganmu? Aku tidak tahu ternyata kau setolol itu, Mr. Kovach."

Tiba-tiba Ia berdiri dari kursinya. "Aku akan menutup mulut kurang ajarmu hari ini. Saat ini Moran sedang kehilangan akal sehatnya. Jika kau mati, Ia akan memihakku kembali."

Ancamannya sesaat membuatku takut. Tapi aku tidak melihat pasukan minionnya sejak tadi, jadi Ia pasti hanya menggertak saat ini. Tidak mungkin seorang calon walikota berencana membunuhku dengan tangannya sendiri, itu sama saja dengan membunuh dirinya dan karirnya sendiri.

"Mr. Kovach aku adalah orang yang akan membongkar seluruh perbuatan busukmu. Aku juga bisa menulis ancaman yang baru saja kau keluarkan dari mulutmu jika aku mau. Bukankah ancaman pembunuhan terdengar serius? Menurutmu pasal apa yang akan dikenakan untuk itu?"

Sebuah senyuman licik muncul di wajahnya, "Wanita jalang... kau tidak akan bisa menulis apapun jika kau mati."

Tanpa kusadari Ia sudah mengeluarkan sebuah pistol dari balik punggungnya dan mengarahkannya padaku.

Mulutku yang akan menjawabnya jadi terkatup rapat. Bill Kovach pasti sudah gila, Ia menodongkan pistol ke arah reporter.

"Bill!" suara Sebastian dari atas tangga mengalihkan perhatian kami.

Ia melangkah turun hanya mengenakan celana piyamanya, sementara rambut bangun tidurnya masih menghiasi wajah tampannya.

Aku hampir tidak percaya aku tidur dengan pria ini semalam.

Ekspresi wajah Sebastian terlihat waspada sedangkan kedua matanya terarah pada moncong pistol di tangan Kovach, langkahnya terhenti tidak jauh di sebelahku.

"Apa. Yang. Kau. Lakukan." geramnya dengan marah hingga kedua matanya menggelap drastis.

"Devlin Moran meneleponku semalam..." balas Bill dengan sama marahnya, "Ia bilang kau akan membatalkan kerja sama kita!"

Ia melambaikan pistolnya ke arah wajahku sebelum melanjutkan, "Awalnya aku tidak ingin mempercayainya, tapi sekarang aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri! Kau akan membuangku untuk wanita jalang ini?! Setelah semua yang sudah kulakukan!"

Sedikit air liur muncrat dari sudut bibirnya. Bill Kovach pasti sudah gila, Ia terlihat seperti anjing rabies yang menggonggong.

"Bill, jika kau menembakku kau akan mendekam di penjara lebih lama." kataku padanya.

"Ludmila. Jangan memancingnya." tegur Sebastian dari sebelahku.

"Diam!" Bill Kovach kini memusatkan perhatiannya pada Sebastian. "Kalau begitu aku akan menembakmu! Semua ini terjadi karenamu! Kau sudah menghancurkan hidupku, brengsek. Kau dan aku, kita akan bertemu di neraka!"

Tubuhku menegang saat melihat jarinya yang sudah bersiap menarik pelatuk.

Oh, sial.

"Tidak— Jangan!" Aku tidak tahu apa yang kulakukan saat ini. Tapi saat tangan Bill terlihat bergetar bergetar kulemparkan tubuhku ke depan Sebastian bersamaan dengan jarinya yang menarik pelatuk.

Suaran ledakan pistol terdengar sangat nyaring di antara kami. Mungkin jarak antara Bill dan aku berdiri hanya sekitar delapan meter, dalam jarak sedekat itu peluru dari pistolnya menembus tubuhku dan membuat tubuhku tersentak ke belakang.

Ternyata tidak sesakit yang kubayangkan, rasanya seperti dilempar dengan kerikil yang agak tajam.

Awalnya aku merasa bingung karena tiba-tiba aku berada di pelukan Sebastian. Wajah tampannya terlihat sangat pucat saat menatapku. Beberapa helai rambut hitamnya jatuh menutupi matanya.

Sesaat kemudian aku baru merasakan rasa sakit yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Ketika aku menunduk untuk mengecek aku bisa melihat aliran darah deras yang membasahi jubah tidur yang kukenakan.

Walaupun tadi tangannya terlihat gemetaran tapi si brengsek itu berhasil menembak tepat di dada sebelah kiriku.

Sebastian sepertinya mengucapkan sesuatu padaku, tapi otakku tidak bisa memproses kata-katanya karena rasa shock yang kurasakan. Nafasku mulai terasa lemah.

Tidak lama kemudian tubuhku terasa semakin dingin lalu aku kehilangan kesadaranku dengan cepat.