"Makanlah sedikit makanan ini biar kamu tidak lemas Carolline." ucap Alexander memberikan semangkuk bubur yang di buat khusus oleh pelayan Alexander yang dulunya adalah manusia.
Carolline melihat bubur itu dan membauinya juga menyentuh dengan jari telunjuknya untuk dia rasakan lebih dulu.
"Bubur ini seperti bubur di duniaku? apa kalian juga makan bubur?" tanya Carolline dengan tatapan tak percaya jika para demon dan vampire makan bubur.
"Tentu saja tidak Carolline, kita hanya makan darah dan daging. Kebetulan salah satu pelayanku dulunya manusia dan dia yang memasak bubur itu untukmu. Apa rasanya enak?" tanya Alexander dengan wajah sedikit berkerut saat Carolline mulai memakannya.
"Rasanya sangat enak sekali, apa kamu mau?" tanya Carolline seraya mengambil satu sendok bubur.
"Tidak Carolline, pastinya tidak akan enak di perutku." Jawab Alexander sambil menggelengkan kepalanya.
"Di coba dulu Lex, kamu harus merasakan lebih dulu di lidah..jika rasanya enak, kamu bisa mengunyahnya." ucap Carolline dengan tersenyum akan berusaha mengenalkan beberapa makanan manusia pada Alexander.
Dengan ragu-ragu Alexander membuka mulutnya dan menerima suapan pertama Carolline.
Tubuh Alexander tak bergerak seiring mulutnya yang diam tak bergerak. Kedua mata Alexander sedikit bergerak kemudian berlanjut mulut Alexander bergerak pelan mengunyah dan menelan bubur yang ada di dalam mulutnya.
"Bagaimana Lex? apakan enak rasanya?" tanya Carolline dengan tatapan penuh.
"Uemm... lumayan enak." jawab Alexander membuka mulutnya lagi minta di suapi.
"Kamu masih mau? apa kamu suka?" tanya Carolline dengan tatapan tak percaya kalau Alexander menyukainya.
"Aku menyukainya." ucap Alexander kembali mengunyah suapan kedua, ketiga dan akhirnya semangkuk bubur habis di makan Carolline dan Alexander.
"Aku tidak percaya kamu menyukainya Lex? apa perut kamu tidak mengalami penolakan atau mual?" tanya Carolline dengan heran.
"Mungkin karena aku sudah beberapa kali minum darah kamu jadi sedikit ada penyesuaian dalam tubuhku. Aku berharap aku juga bisa menikmati makanan yang lainnya." jawab Alexander dengan jujur tentang keinginannya untuk bisa hidup bersama Carolline di dunia manusia.
"Alexander." ucap Carolline memeluk Alexander dengan hati yang terharu saat mendengar keinginan Alexander.
"Aku mencintaimu Carolline, aku ingin menghabiskan hidupku hanya bersamamu." ucap Alexander dengan bersungguh-sungguh.
"Aku juga Lex, aku ingin hidup bersamamu."
"Apa kamu mau menikah denganku Carolline?" tanya Alexander dengan bersungguh-sungguh.
"Bukannya terlalu cepat kalau untuk kita menikah Alex? kita belum mengenal satu sama lain, aku belum mengenalmu sepenuhnya selain tahu dirimu dari buku biografi kamu." ucap Carolline yang masih berpikir panjang untuk menikah, karena masih ada Bibi Rachel sebagai pengganti kedua orangtuanya.
"Apa kamu tidak ingin menikah denganku Carolline?" tanya Alexander dengan wajah sedih.
"Ingin sekali Lex." sahut Carolline mengusap wajah tampan Alexander.
"Lalu kenapa kita tidak cepat-cepat menikah? aku tidak ingin saat Lucas datang padamu dan kamu kembali padanya. Aku tidak ingin kehilanganmu Carolline." ucap Alexander memeluk tubuh Carolline dengan erat dan mengecup lembut bibir Carolline yang selalu menggoda hasratnya.
"Jalan kita masih panjang Alex, aku harus memberitahu Bibi Rachel tentang kamu. Dan semoga Bibi Rachel tidak menentang hubungan kita." ucap Carolline seraya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Alexander.
"Hm..aku akan bersabar menunggumu Carolline, bahkan untuk seratu tahun lagi." ucap Alexander dengan bersungguh-sungguh.
Carolline tersenyum, menyentuh bibir Alexander dengan jarinya kemudian mengecupnya dengan lembut.
"Tok...tok.. tok"
Terdengar suara pintu terketuk beberapa kali.
"Masuk saja, tidak di kunci." ucap Alexander sedikit keras.
Pintu kamar terbuka tampak panglima Laurent berdiri dengan wajah pucat.
"Maaf pangeran Alexander, di depan ada Tuan Putri Cleopatra ingin bertemu pangeran dan sekarang sedang menunggu pangeran di ruang utama." ucap Panglima Laurent dengan wajah menunduk.
"Baiklah Laurent, bilang pada Cleopatra untuk menunggu." ucap Alexander dengan suara pelan seraya menggenggam erat tangan Carolline.
"Carolline, apa kamu bisa berganti pakaian? ada pakaian milik Alliandra di kamar sebelah aku yakin pakaiannya sangat pas dengan tubuhmu." ucap Alexander ingin penampilan Carolline berubah agar tidak menjadi pertanyaan bagi Cleopatra yang bagian dari seorang Klan vampire.
Carolline masih diam tak bergerak di tempatnya.
"Carolline apa kamu mendengarku? kamu bisa berganti pakaian di sebelah dan aku juga akan bergantian pakaian." ucap Alexander mengulangi lagi perintahnya.
"Aku takut keluar dari kamar ini, suasananya sangat menakutkan bagiku. Dan siapa Alliandra? tanya Carolline dengan penuh tanda tanya karena dalam biografi Alexander Alliandra tidak pernah di sebut, atau Carolline membacakannya tidak menyeluruh? Entahlah yang pasti Carolline ingin tahu siapa Alliandra.
"Alliandra saudara adik tiriku seperti juga Edgar Cimmber saudara tiriku semuanya lahir dari satu ayah dan ibu yang berbeda." jelas Alexander tanpa ada niat untuk menutupinya.
"Alexander, aku takut ke kamar Alliandra." ucap Carolline dengan tubuh sedikit gemetar.
"Baiklah aku akan berganti pakaian lebih dulu." ucap Alexander mengambil pakaiannya dari dalam almari dengan pakaian pangerannya.
Alexander melepas pakaiannya tepat di hadapan Carolline tanpa ada malu sedikitpun. Dan itu membuat Carolline berteriak tertahan dengan kedua matanya yang langsung terpejam.
"Alexander!! apa yang kamu lakukan? kenapa kamu telanjang di hadapanku?" tanya Carolline dengan hati yang berdebar-debar menahan malu.
"Hal itu akan menjadi biasa bagimu di saat kita menikah nanti Carolline." jawab Alexander seraya memakai pakaiannya yang baru.
"Itu hal yang tabu Alexander! belum waktunya aku melihat semuanya!" ucap Carolline masih dengan mata terpejam.
"Apa kamu sudah melihat semuanya Carolline?" tanya Alexander dengan suara lirih di telinga Carolline.
Carolline mundur beberapa langkah hingga jatuh terlentang di atas tempat tidur, saat Alexander semakin mendekat ke wajahnya.
Terdengar suara tawa Alexander yang sedang mencubit hidungnya.
Perlahan Carolline membuka matanya dan melihat Alexander yang tepat ada di hadapannya dengan pakaian yang sudah lengkap.
"Apa yang sudah kamu lihat semuanya itu Carolline?" tanya Alexander dengan nada menggoda dan sebuah senyuman di sudut bibirnya.
"Aku...aku..aku tidak melihat apa-apa." ucap Carolline saat sadar dari pikiran negatifnya.
"Apa kamu yakin tidak melihat apapun?" tanya Alexander lagi semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Carolline.
"Tidak ada...maksudku aku hanya melihat sesuatu yang tidak pernah aku lihat." ucap Carolline dengan kedua matanya terpejam kembali saat bibir Alexander menyentuh ujung hidungnya.
"Apa sesuatu yang aneh itu adalah milikku yang menggantung?" tanya Alexander ingin memastikan apa Carolline telah benar-benar melihatnya. Jika ya... Alexander sangat bahagia.
"Yaa...eh... tidak...aku tidak melihat apa-apa Alexander." ucap Carolline dengan wajah memerah.
"Benarkah? apa kamu yakin? kenapa wajahmu memerah Carolline?" tanya Alexander semakin merapatkan tubuhnya yang sudah di atas tubuh Carolline.
Carolline semakin memejamkan matanya dengan rapat. Sampai pada saat terdengar suara teriakan yang cukup keras.
"Alexander!!! apa yang kamu lakukan!!!!"