Chereads / AVISA / Chapter 3 - DUA - HIGH SCHOOL

Chapter 3 - DUA - HIGH SCHOOL

SELAMAT MEMBACA KISAH AVISA

๐ŸŒฟ

AVISA - 2

"Kehadiranmu yang datang secara tiba-tiba membuat pertahan yang telah kususun rapih kembali berantakan."

๐ŸŒฟ

Hari senin adalah hari sakral bagi seluruh murid SMA Nusa Bangsa yang berada di kota Jakarta ini, karena hari senin adalah hari dimana seluruh siswa harus berdiri dilapangan dan mendengar pidato dari pembina upacara dengan keadaan matahari berada pas diatas kepala.

Sambil mendengarkan kicauan pembina upacara Devano bersama dengan kedua sahabatnya hanya bergurau saja entah menggosip tentang Mba Mira penjual siomay yang aduhai, atau membahas Cecep si cupu.

Sehingga obrolan mereka sampai ketelingan pengawas upacara yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik siswa dan siswinya yang sedang berdiri dibawah terik matahari. Karena hari ini cuaca nya sedang panas sekali.

"Eh Pak Hendro, sehat pak?" Sapa Raka sambil tersenyum semanis mungkin.

Gerdy hanya menepuk jidatnya pasrah, kebodohan apa lagi yang temannya itu lakukan benar-benar sangat bodoh dan menyebalkan.

"Jangan banyak omong kalian berdiri didepan," Suruh Pak Hendro tajam kepada murid-muridnya yang selalu saja melanggar peraturan.

"Kamu juga Devano! Kamu itu Ketua osis contohin dong yang baik-baik buat adik-adik kelas kalian! jangan malah kaya gini," Bentak Pak Hendro yang hanya dijawab oleh ketiga muridnya dengan anggukan pasrah.

Setelah selesai upacara..

Lapangan

"Eh kata si cupu tadi katanya ada murid baru cantik banget katanya," Kata Gerdy sambil mengelap keringatnya karena sehabis upacara mereka disuruh berlari sebanyak 10 kali memutari lapangan berada dibelakang yang cukup luas.

"Lo tau kan seleranya sicupu?" Tanya Raka.

"Rendahan!" Ejek Raka dan Gerdy bersamaan.

Devano hanya terdiam tanpa memperdulikan kedua curutnya itu.

Setelah itu mereka pergi kekantin untuk membeli minuman.

๐ŸŒฟ

Sekarang mereka bertiga sedang berada diwarung Mbak Mira sambil memakan siomay milik mereka masing-masing.

"Eh lo tau kan si anak baru itu?" Tanya laki-laki yang baru saja sampai ke kantin.

"Gak peduli!" jawab mereka bertiga bersamaan.

"Lo gak nyesel, dia cantik banget gila."

Gerdy dan Raka hanya memutar bola bola mata mereka, mengingat cibiran mereka tadi yang mengatakan bahwa anak baru itu Rendahan!

Rendy mengatakan itu bahkan tanpa berfikir bahwa sepupunya juga kini menjadi anak baru disekolahnya.

"Yakin lo fer?" Tanya Gerdy dan Raka bersamaan.

"Beneran sumpah mending kita liat aja deh ke studio musik dia ada disana lagi main piano sambil nyanyi, suaranya gila sedep banget," Puji laki-laki yang mempunyai perawakan yang cukup menarik bagi setiap kaum hawa yang melihatnya ia bernama Ferdi.

"Yuk ah gue jadi penasaran nih," Kata Gerdy dan setelah itu mereka bertiga pergi meninggalkan Devano yang masih berkutik dengan fikirannya sendiri.

Piano?

Benda itu adalah benda favorite gadis yang paling Ia cintai.

Apa mungkin kalau murid baru itu adalah gadisnya? ah mana mungkin setahu Devano Avisa kan masih tinggal di Bandung, jadi tidak mungkin murid baru itu Avisa. - Batin Devano

Setelah itu Devano memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang sekiranya bisa membuat pikirannya damai.

๐ŸŒฟ

Sekarang Avisa pindah sekolah karena Ayah dan Ibunya menyuruh Avisa untuk tinggal bersama mereka.

Yah karena sebelumnya Avisa tinggal didaerah Bandung bersama dengan Eky dengan alasan kalau dirinya melanjutkan sekolahnya di Bandung agar dapat bertemu dengan teman-teman yang sama dengan teman SMP nya karena kalau dirinya melanjutkan sekolahnya di Jakarta pasti Avisa tidak akan pernah mendapatkan teman sebaik di Bandung.

Setahu Avisa kalau di Jakarta siswa-siswanya sombong dan tidak mau berteman dengan orang yang tidak sederajat dengan mereka, Sama seperti cerita-cerita di sinetron.

Sampai akhirnya Avisa memilih untuk tinggal di Jakarta bersama dengan Kedua Orang Tuanya walaupun Avisa mengetahui dampaknya kalau dirinya tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.

Alasan keduanya adalah karena kedua orang tuanya selalu saja membujuk Avisa agar ikut bersama mereka ke Jakarta bahkan Ayahnya Reyhan lebih sering memaksanya untuk ikut bersama dengannya.

Walaupun Raka mengetahui bahwa kini sepupunya berada disekolah yang sama dengan dirinya tapi Raka tidak bisa bilang kepada Teman-temannya bahwa siswa baru itu sepupunya, Karena Avisa melarangnya untuk memberitahu.

Setelah Avisa selesai mendaftarkan dirinya ia langsung pergi ke ruangan lain yang berada di sekolah ini.

Sebelumnya Avisa sudah meminta izin kepada guru yang tadi menjelaskan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah ini.

Sekarang Avisa berada di studio music SMA Negeri yang ada di Jakarta itu.

Avisa melihat ada Piano hitam yang sepertinya tidak terawat dipojok ruangan, Avisa membersihkan Piano itu dengan sapu tangan miliknya.

Setelah itu memilih untuk duduk di bangku depan piano mulai memainkan pianonya sambil bernyanyi.

๐ŸŽถ Kulihat jauh bulan terang benderang..

Menyinari malam menatap indah dunia.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Tapi aku tak dapat sembunyikan perasaanku

kegalauan hatiku dibalik terangnya rembulan.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Asmara yang telah terjalin sekian lama..

harus kurelakan jika ini mulai memudar..

biru rindu ini menjadi kelabu dan sendu..

terhempas oleh badai dan kandas karenanya.. ๐ŸŽถ

Avisa teringat lelaki yang selama ini selalu saja memenuhi fikirannya.

Posisi laki-laki itu belum ada yang bisa menggantikan.

Jari-jemarinya mulai menari-menari kembali diatas tuts-tuts piano itu dan melanjutkan permainannya.

๐ŸŽถ Tapi aku tak dapat..

sembunyikan perasaanku.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Kegalauan hatiku..

dibalik terangnya rembulan.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Asmara yang telah terjalin sekian lama..

harus kurelakan jika ini mulai memudar..

biru rindu ini menjadi kelabu dan sendu..

terhempas oleh badai dan kandas karenanya.. ๐ŸŽถ

Lagi-lagi sosok laki-laki itu muncul didalam fikirannya.

Lagu ini sangat pas dengan suasana hatinya sekarang.

๐ŸŽถ huuuu uuuu ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Bayangan kekasih terus saja menggoda..

Menari nari dipelupuk mataku

harusnya kutepiskan cinta yang kurasa..

saat ini yang tak mungkin terwujud.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Asmara yang telah terjalin sekian lama..

Harus kurelakan jika ini mulai memudar..

Biru rindu ini menjadi kelabu dan sendu..

Terhempas oleh badai dan kandas karenanya.. ๐ŸŽถ

๐ŸŽถ Asmara yang telah terjalin sekian lama..

Harus kurelakan jika ini mulai memudar..

Biru rindu ini menjadi kelabu dan sendu..

Terhempas oleh badai dan kandas karenanya.. ๐ŸŽถ

Setelah itu Avisa memilih untuk menyudahi permainannya.

Prokk.. Prokk

Tanpa disadari ternyata banyak siswa yang berdiri didepan pintu ruangan music hanya untuk melihat permainannya

Setelah Avisa berniat untuk pergi kekantin tiba-tiba saja.

"Avisa," Panggil seseorang dari punggungnya karena merasa namanya dipanggil Avisa pun menghentikan langkahnya dan menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya barusan.

Padahal belum ada yang mengenalnya disini kecuali Raka tentunya Tapi suara itu, Avisa mengenalnya.

"Hey," Sapa Avisa kepada sepupunya serta sahabat dari sepupunya itu.

Avisa mengenal Gerdy waktu Raka dan Gerdy sedang liburan di Bandung.

"Astaga ternyata murid barunya elo yah gak nyangka gue Lo adik kelas gue dong yah?" Tanya Gerdy sambil menjabat tangan Avisa dan memeluknya singkat.

"Haha iya nih, beda selisih satu lah," Balas Avisa.

"Lo kelas 11 dong yah?" Tanya Gerdy lagi.

"Iya lah, aslinya gue kelas 10 lagi tapi karena gue pinter yah gue langsung kelas 11 haha."

"Edan! Sombong amat lu."

"Haha, Gue kangen banget loh sama kalian," Sahut Avisa sambil membalasan pelukan singkat dengan kedua laki-laki tersebut.

"Duh sepupu gue udah gede yah," Kata Rendy melepaskan pelukan Kerinduannya sambil mengacak-acak ujung rambut gadis itu, dengan berpura-pura kaget melihat dirinya yang berada disini padahal Raka lah yang menyuruh Avisa untuk tinggal dan sekolah bersamanya.

"Mantan lo juga sekolah disini Vis," Bisik Raka.

"I know," Sahut Avisa singkat dan setelah itu berpamitan untuk pergi ke kelas barunya.

Avisa melamun membayangkan jika Ia bertemu dengan Devano apa yang akan ia lakukan Avisa bingung benar-benar bingung.

Bugh..

Hingga ia menabrak seseorang.

"Eh ma'af," Kata Avisa sambil membersihkan baju laki-laki yang terkena jus yang barusan ia beli dikantin.

Tapi, kok laki-laki itu diam saja tak menjawabnya dan setelah Avisa melihat kearah wajah laki-laki tersebut Avisa benar-benar ingin pingsan ditempat.

Hening..

"Sorry," kata laki-laki tersebut memecahkan keheningan diantara mereka..

"Elo?" Tunjuk Agatha tak kala terkejut dengan pria yang ditabraknya.

๐ŸŒฟ

Kira-kira siapa yah yang ditabrak sama Avisa?

๐ŸŒฟ

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA KISAH AVISA

JANGAN LUPA JUGA BUAT VOTE AND COMMENT NYA

SALAM SAYANG

RAENI ๐Ÿ˜˜