"Sayang sekali Tuan Peter, di sini tidak ada yang memerlukan rasa simpatimu! Jika kau memang cukup bersimpati, kenapa tidak kau pergi melihat korban bencana alam, mereka lebih membutuhkan rasa simpatimu!"
"Ha ha, walaupun kau sekarang mendadak miskin, tetap saja mulutmu berbisa, bahkan semakin berani saja! Kaili, kau pernah berpikir tidak, selain aku, memangnya masih ada sosok pria sempurna yang mencintaimu? Harusnya kau sadar diri!" Suara Peter mulai meninggi.
"Oh, lalu, haruskah aku mengucapkan terima kasih padamu karena mencintaiku?" Kaili terlihat sangat tenang, wajahnya pun tidak menunjukkan rasa emosi. Dia terlalu malas meladeni Peter.
"Kau benar-benar tidak tahu terima kasih!" Peter menarik lengan Kaili dengan kasar, membuat wanita itu sedikit memekik kesakitan.
"Lepaskan!" Kaili meronta.
"Tidak! Kau kira karena pernikahan kita gagal, kau merasa sudah terlepas dariku? Heh, Kaili, Kaili, tidakkah kau merasa kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu?"