"Cinta romantis itu hanya obsesi!! Dimana ketika kau tidak bisa memikirkan orang lain dan hanya terpaut dengan dia seorang! Perlahan itu akan membuatmu kehilangan akal sehat mu"
~~~^°^
"Kita bertiga ini teman, Dexter, kau tahu dengan baik, mana mungkin kita akan membuat sesuatu hal yang tidak untuk kebaikan bersama. Mungkin kau juga akan seperti itu jika hal ini menimpaku. Di antara kau dan juga Hans, yang paling membuatku prihatin adalah dirimu. Hans bisa bersikap kejam untuk melindungi dirinya, sementara kau malah akan memilih diam untuk melindungi orang lain. Kaili adalah wanita pertama yang kau cintai, aku tidak ingin kau menderita hanya karena seorang wanita. Jika memang Kaili mencintaimu, aku akan mendukungmu sama seperti mendukung Hans. Tetapi kasusnya kali ini berbeda, aku harap kau memaafkanku, Percayalah, aku melakukan ini hanya untuk kebaikanmu saja. Agar kau dapat berpikir bahwa masih banyak wanita yang akan dengan rela menerimamu, bagaimana pun kau tanpa mengetahui siapa kau yang sebenarnya. Bukannya itu memang tujuanmu, yaitu hanya mencari wanita yang mau menikah denganmu yang tahu kau itu hanya seorang dokter," tutur Leo sambil menyentuh pundak Dexter.
"Oh iya dan lagi pula, itu bukan minuman biasa yang kita minum. Sebenarnya itu hanya minuman yang low alkohol, mengandung 58%Alkohol, tapi siapa yang tahu bahwa memang nonamu ini tidak ahli minum." Leo meneruskan perkataannya tanpa memedulikan expresi terpukul di wajah Dexter.
Dexter terdiam terpaku karena jauh di dalam hatinya, semua yang dikatakan Leo sangat benar. Perlahan, Dexter melihat wanita yang kini telah tertidur di lengannya.
"Tentang bagaimana mengatasinya, sepertinya kau yang lebih tahu. Di atas ada kamar kosong, kau bisa meletakkan Kaili, di sana," tawar Leo.
"Baik aku tahu apa yang akan aku lakukan," jawab Dexter dengan sorot matanya yang tajam yang tampak masih menahan emosi karena perkataan Kaili yang menyiksa.
Dekter menggendong Kaili ke kamar yang dimaksud, Leo. Sambil berjalan dia mengingat-ingat semua perkataan, Kaili yang sungguh menganggapnya sangat rendah.
Dexter meletakkan Kaili di tempat tidur, lalu menatap ke arah wanita yang entah sejak kapan sudah mencuri hatinya. Yang jelas Dexter sangat terpesona ketika melihat Kaili yang sedang mengkhawatirkan Achiera, di rumah sakit pada saat itu, Itulah saat pertama bagi mereka bertemu, walaupun pada saat itu baik dia juga Kaili tidak saling tegur sapa, tetapi Kaili, wanita itu telah berhasil membuat Dexter teringat-ingat akan dirinya.
Sejak saat itu dia ingin sekali meminta Hans untuk mempertemukannya dengan teman Achiera, yaitu Kaili, tetapi pada saat itu hubungan Hans dan Achiera tidak sebaik sekarang. Jadi Dexter lebih memilih untuk menunggu takdir mempertemukan mereka kembali.
Dexter tersenyum manis melihat wajah Kaili yang merina karena pengaruh Alkohol. Melihat wanita itu tidur dengan napas yang tenang, membuat Dexter semakin mencintainya. Benar, semua tentang Kaili, hanya akan menjadi candu bagi Dexter.
Tangan kekarnya terangkat ke udara, ingin membelai lembut tulang pipi wanita itu, dan menyibak rambut yang menghalangi jalannya untuk memandang Kaili. Rambut itu menutupi setengah lekukan wajah sempurna, Kaili, membuatnya sedikit merasa tidak senang.
Namun, saat hal itu akan terealisasi, Dexter menghentikan aksinya. Ingatan tentang Kaili yang menghinanya tanpa sungkan membuat hati Dexter kembali meringis dan senyum itu oun hilang. Tangannya kini hanya melayang di udara.
"Cih... dia sangat 'TIDAK PANTAS' untuk menjadi PACARKU!, Apa dia pikir profesinya yang HANYA SEBAGAI SEORANG DOKTER KECIL DENGAN TITEL YANG BIASA bisa di terima untuk MASUK KE DALAM KELUARGAKU? Jika memang dia berpikir demikian, aku akui nyalinya cukup besar."
Perkataan demi perkataan Kaili, terngiang di telinga Dexter, membuat hatinya sangat sakit. Seumur hidup, baru kali ini dia menerima semua penghinaan itu, dan yang lebih menyakitkan adalah perkataan hinaan itu datang dari wanita yang dicintai, yang diharapkan kelak menjadi masa depannya, teman seumur hidup dalam kondisi apa pun.
"Aaaarrrrgggghhhhh....." Dexter mengepalkan tangannya, dan membanting tembok dengan kuat.
"Kaili...." ucapnya, dia ingin menjerit tetapi suaranya tertahan begitu matanya melihat wajah indah Kaili saat sedang tidur.
"Kenapa kau tercipta menjadi wanita yang haus akan kekayaan juga kekuasaan?" Dexter terkulai lemah, nada suaranya pun merendah.
"Apa kau tahu, aku telah memimpikan hari yang indah bersamamu, menua bersama dan berbahagia. Walau kita hanya sebagai keluarga yang biasa-biasa saja, tidak perlu terkenal hingga semua orang tidak perlu memandang hormat kepada kita. Aku selalu memimpikan bahwa suatu hari nanti, kita akan menjadi keluarga seperti kebanyakan orang, tanpa kekuasaan, tanpa harta yang banyak, tanpa banyaknya pengawal atau pembantu. Kita hanya hidup sebagai rakyat biasa. Kaili, itu mimpiku. Itu alasan, kenapa aku meninggalkan kekuasaan orang tuaku, kejayaan mereka dan hidup layaknya orang biasa. Aku tidak ingin kelak 'anak-anak kita' dihargai karena kekuasaan yang dimiliki dan akan selalu menjadi target pencurian yang akan membuat kita khawatir.
Aku bahkan telah bermimpi, pagi hari ketika terbangun, wangi masakanmu langsung menyapa hidungku. Walau kelak kita tidak memiliki kekuasaan dan harta yang banyak, walau anak kita tidak menjadi seorang tuan muda, walau tidak adanya pembantu yang banyak, tapi aku tidak akan pernah mengizinkanmu kesusahan. Aku akan berjuang untuk kesejahteraan kalian. Aku tidak akan membuatmu bekerja keras. Cukup duduk di rumah dan menantiku pulang dari bekerja. Aku telah merancang itu semua, SEMUA! SEMUA ITU AKU MIMPIKAN HANYA BERSAMAMU.
Tetapi sekarang kau tidak pantas untuk itu! Kau hanya seorang nona besar yang tidak akan mau berjuang bersamaku! Parahnya lagi, kau sama seperti wanita kebanyakan! Aku sangat membenci wanita yang tergila-gila akan uang dan kekuasaan. Apa kau tahu, Kaili, wanita yang seperti itu di mataku SANGAT HINA! TIDAK MEMILIKI ARTI DAN HARGANYA BAGI KU!" Dexter berbisik di telinga Kaili.
Ketika Dexter ingin pergi meninggalkan Kaili yang sedang tidur karena mabuk, namun tiba-tiba tangan Kaili menggenggam erat pergelangan tangan Dexter.
Dexter pun menghentikan langkahnya karena merasa bahwa ada yang menghambatnya untuk pergi.
"Jangan pergi... jangan tinggalkan aku," erang Kaili.
"Aku terlalu lelah. Tidak ada satu pun orang yang baik di dunia ini kepadaku. Aku sendirian selalu," lanjut Kaili.
Dexter mengernyitkan dahinya, "Kaili... lepaskan tanganku," perintah Dexter.
"Tidak... kau harus menemaniku. Jangan pergi dan jangan izinkan aku merasa sendirian sekarang. Aku bagaikan hidup di antara beribu orang-orang di sekitarnya, tetapi tidak ada satu pun yang bisa menerimaku, mengerti apa inginku."
"Tapi kau sangat tidak pantas untuk menjadi temanku, kau carilah pria kaya lainnya untuk menjadi temanmu," ucap Dexter tajam lalu menarik tangannya dengan kasar.