Odie membuka matanya perlahan, ia melihat sekelilingnya yang nampak aneh baginya. Ada beberpa pelayan sedang ada di kamarnya.
"Kenapa kalian ada di sini?" tanya Odie yang kebingungan.
"Maaf Nona Odie, Nyonya besar dan Tuan Diego memerintahkan kami untuk merawat Anda," jawab salah satu pelayan.
"Merawatku? Memangnya kenapa denganku?" tanya Odie kebingungan.
"Kemarin karena Anda terlalu lama di bawah shower, membuat Anda demam," jawab mereka lagi.
Odie terdiam dan mencoba mengingat kejadian kemarin. Ia pun mengingat kalau kemarin ia berda di kamar mandi dan mencoba menghilangkan semua lukisan Diego. Namun, setelah itu ia tak mengingat apa-apa lagi.
Odie sudah membersikan dirinya dan mencoba memasukan beberapa makanan ke mulutnya, meski perutnya menolak. Semua pelayan pun masih setia melayani Odie, karena mereka tak mau membantah perintah Tuan mereka.
KLEK.
Suara pintu kamar Odie di buka. Nyonya Stevany pun muncul dari balik pintu, "Pagi Odie, bagaimana keadaanmu?" tanya Nyonya besar.
"Pagi Nyonya, keadaanku sudah membaik," jawab Odie yang masih duduk di ranjangnya.
"Sukurlah, cepat sembuh kita harus segera mengurus semua persiapan pernikahan kalian," ucap Nyonya besar, yang membuat Odie tersedak.
"Uhuk ... uhuk ... ."
"Hei ... kau tak apa kan Odie?" ucap Nyonya Stevany.
"Tidak, tapi apa Anda bercanda?"
"Tidak, aku tidak bercanda. Kalian akan menikah seminggu lagi, jadi jaga kesehatanmu. Dan aku ingin semua acara nanti bisa belangsung dengan lancar, kau mengerti?" Jelas Nyonya Syevany pada Odie.
"Baiklah Nyonya," jawab Odie lesu.
Ia memang berpikir jika ia menolak pernikahan ini, sudah jelas ia akan di usir dari sana dan siapa orang yang akan menerimanya setelah kejadian malam itu. Ia juga berpikir bagaimana nasib anak-anak panti jika ia tidak bekerja di sana lagi. Karena dengan bekerja pada keluarga Jouller ia bisa membantu membayar sedikit demi sedikit tanah panti yang menjadi sengketa, dan bisa membantu memenuhi kebutuhan anak panti.
Odie hanya pasrah akan keadaan yang memang harus ia jalani, ia berharap esok akan lebih baik dari sekarang.
♡♡♡♡
Dua hari setelah pemberitahuan tentang pernikahanya, Nyonya Stevany beserta rombongan datang mengunjungi panti asuhan, tempat di mana Odie tinggal sejak kecil. Pagi-pagi mereka sudah berangkat ke sana. Odie pun hanya mengikuti semua yang calon mertuanya katakan, Diego pun sama, ia mengikuti semua yang Ibunya katakan.
Mobil rombongan keluarga Jouller tiba di panti asuhan. Sang Ibu panti keluar saat melihat beberapa mobil mewah berhenti di depan panti yang sangat kecil. Nyonya Stevany, Diego dan Odie pun turun dari mobil, dan memasuki panti. Semua anak buah Diego turun dari mobil dengan membawa banyak bingkisan untuk anak-anak panti.
Ibu panti diam mematung di ambang pintu, ia tak mengenali orang-orang itu, tapi ia tersenyum saat melihat wajah putri kesayanganya. Ia lalu berjalan menyambut rombongan itu, "Odie," sapa Ibu panti pada putri kesayanganya, yang sudah lama tak ia lihat.
"Ibu ... ," jawab Odie dan berlari ke arah Ibu panti.
"Apa kabar, sayang? Apa kau baik-baik saja? Dan ada apa ini?" tanya Ibu panti bertubi-tubi.
"Ibu satu-satu kalau bertanya, aku baik-baik saja. Dan ayo masuk dulu, kita bicarakan di dalam," ajak Odie pada Ibu panti.
"Baiklah, maaf sayang."
"Mari Nyonya, Tuan," Ibu panti mempersilahkan rombongan keluarga Jouller masuk ke dalam panti.
Mereka semua pun memasuki panti yang tidak terlalu besar itu. Nyonya Stevany menatap seisi panti yang menurutnya tak layak untuk tempat tinggal. Diego pun sama, ia memang orang yang arogan. Namun ia juga masih mempunyai rasa iba melihat keadaan panti.
Hidupnya selalu di penuhi dengan kemewahan. Namun anak-anak di sana hidup dalam kondisi yang tidak layak menurutnya. Ia pun teringat alasan Odie bekerja padanya, ia ingin menyelamatkan nasib anak panti. Agar tak di usir dari sana, ia juga rela tak menyisakan gajinya, agar semua kebutuhan panti dapat ia penuhi.
Diego tersadar jika perjuangn wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya begitu besar. Dan dia sudah hampir saja menghancurkan perjuangan Odie. Bahkan bukan hanya itu ia mungkin akan menghancurkan nasib semua anak yang ada di panti tersebut, "Pantas saja, dia begitu sangat frustrasi kemarin setelah kejadian malam itu," ucap Diego dalam hati.
"Mari silahkan duduk, maaf di sini sempit Nyonya," Ibu panti merasa tak enak kepada Nyonya Stevany.
"Tak apa Nyonya," terang Nyonya Stevany dan duduk di sofa kecil di ruangan itu.
"Maaf, kalau boleh saya tahu, ada apa Nyonya sampai harus berkunjung ke mari? Apakah Odie melakukan kesalahan?" ucap Ibu panti penuh kecemasan.
"Tidak Nyonya, maksud kedatangan saya kemari adalah mewakili putraku untuk melamar putrimu, Alodie Claretta. Apakah Anda menyetujuinya?" ucapan Nyonya Stevany bagaikan petir di siang hari. Ibu panti tidak mempercayai jika kedatangan rombongan itu untuk melamar putrinya.
"Apa! apa saya tak salah dengar Nyonya?" ucap Ibu panti masih tak percaya.
"Tidak Nyonya, apa yang Anda dengar semua benar. Apakah anda menyetujuinya?" sekali lagi Nyonya Stevany bertanya pada Ibu panti.
"Sukurlah ... saya serahkan semua pada Odie Nyonya, kalau ini memang ini yang terbaik untuknya saya akan menyetujuinya. Mungkin ini saatnya dia bahagia, sudah banyak penderitaan yang ia alami. Dan mungkin ini adalah balasan dari Tuhan untuk semua yang ia lakukan untuk kami di sini?" terang Ibu panti dengan air mata yang membasahi wajahnya.
Odie langsung memeluk Ibu tercintanya. Ia sungguh tak bisa melihat air mata itu membasahI wajah Ibunya," Apa yang Ibu katakan? Memang apa yang Odie lakukan untuk kalian? Ini sudah kewajiban Odie, dan itu semua tak bisa untuk membayar semua kasih sayang Ibu," ucap Odie yang ikut menangis juga.
Nyonya Stevany dan Diego juga ikut terhanyut dalam keadaan tersebut. Mereka tak menyangka Odie yang merena kenal mempunyai sisi yang berbeda. Bagi Nyonya Stevany, ia merasa tak salah jika Odie menjadi pendamping putranya. Sosok seperti Odie lah yang selama ini ia cari. Ia semakin yakin jika semua ini memang takdir Tuhan.
"Nyonya, baiklah jika Anda meyetujuinya, saya akan segera mengurusnya. Saya tak mau menunggu lama pernikahan ini," ucap Nyonya Stevany penuh kegembiraan.
"Ya Nyonya terserah Anda, saya hanya berdoa semoga hubungan ini bisa langgeng. Dan Tuan Diego, saya titip Odie. Sayangi dan cintai dia, jagalah dia Tuan. Sejak kecil ia sudah di tinggal Ibu kandungnya ke sisi Tuhan. Sedang Ayahnya tak tahu entah kemana. Dan sampai sekarang kami tak mengetahui keberadaanya, jadi saya mohon, jangan buat dia menderita lagi," pesan Ibu panti pada Diego.
"Aku janji Bu, aku akan menyayangi dan mencintai Odie. Dan akunjuga berjanji akan terus menjaganya, aku akan pastikan dia hanya merasakan kebahagiaan. Jadi Ibu tak usah khawatir," jelas Diego mencoba menenangkan Ibu panti.
"Terimakasih Tuan, saya percaya pada Anda."
Suasana yang menyedihkan pun berlalu, kini hanya tawa yang mengiringi percakapan sesama Ibu itu. Sementara Odie mengajak Diego berkeliling panti. Anak-anak di sana mencoba mendekati kakak kesayangan mereķa. Diego ikut tersenyum melihat kedekatan Odie dan anak-anak panti.
"Kakak itu siapa?" tanya anak-anak.
"Kenalin ... kakak calon suami kakak Odie, nama kakak Diego. Apa kalian mau berteman dengan kakak? Jika kalian mau, nanti ku beri banyak hadiah, bagaimana?" Diego mengenalkan diri sambil menghibur mereka.
Odie tak menyangka jika Diego akan mengatakan jika ia adalah calon suaminya. Dan yang membuatnya lebih kaget, bosnya itu bisa bersikap baik juga pada anak-anak.
BERSAMBUNG...