Di saat Odie dan Diego mulai berjuang dengan tabtangan yang mereka buat, tidak dengan Leon. Kini hidupnya sedikit berbeda. Rasa kecewanya karena pernikahan Odie, wanita pujaannya dengan lawan bisnisnya Diego sedikit berkurang dengan hadirnya wanita yang mulai mengalihkannya dari sosok Odie.
****
Seorang gadis nampak begitu berhati-hati saat turun dari ranjang. Ia takut bahkan sangat takut membangunkan lelaki yang sedang terlelap di sampingnya, ia meraih pakaiannya yang tercecer di lantai. Ia pun melangkah ke kamar mandi dan segera mengganti kemeja sang lelaki dengan pakaiannya kembali. Ya, entah sebutan apa yang harus di sandang sang gadis? pelayan atau pemuas napsu sang majikan? Namun, tak ada pilihan lain baginya. Untuk saat ini hanya ini yang bisa ia lakukan agar bertahan hidup dan bisa membiayai pengobatan sang Ibu yang tengah sakit.
Bukan niatnya untuk menjual tubuhnya pada sang majikan, tetapi malam itu sang majikanlah yang melakukannya dengan cara paksa. karena ia pikir pelayannya adalah sang wanita pujaannya, dan dari sanalah menjadi awal dari tugasnya sekarang.
****
Leon yang merasa kecewa akan pernikahan Odie dan Diego, melampiaskannya dengan mendatangi klub untuk menghilangakn kekecewaannya. Ia menikmati minuman yang sudah ia pesan, hingga ia mabuk berat. Ia pun segera pulang saat kepalanya terasa pusing, sesampainya di rumah Leon berjalan menuju kamarnya. Saat membuka pintu ia memicingkan mata karena melihat seorang gadis sedang sibuk di kamarnya. Nampak dari belakang sosok itu persis seperti wanita yang sedang memenuhi kepalanya. Perlahan ia mendekat dan mencoba mengenali siapa gadis itu? Namun, karena pengaruh alkohol Leon tak bisa sepenuhnya mengenali wanita di depannya. Karena otaknya sudah penuh akan bayangan Odie, maka ia pikir gadis di depannya adalah Odie.
"Odie?"
Gadis itu pun menoleh, "Tuan? se-selamat malam. Maaf, malam-malam begini saya ada di kamar Anda. Saya hanya sedang menyimpan pakaian Anda," jelas gadis itu.
"Odie ..., apa kau menyesal menikahi Diego? apa kau ke sini untuk menghabiskan malam pertamamu denganku?" suara Leon lirih, tetapi masih bisa di dengar oleh gadis itu.
"Maaf, Tuan saya bukan Odie. Saya Sarah," ucapnya menjelaskan.
Namun, semua itu tak di dengar oleh Leon. Matanya memancarkan hasrat yang tak mampu lagi ia bendung. Ia memeluk gadis yang ia kira Odie itu, di lumatnya bibir ranum Sarah tanpa ampun. Sarah terus berusaha melepaskan diri, akan tetapi tenaganya tak mampu melawan majikannya itu. Ia terus meronta berharap Leon melepaskannya. Mungkin tak ada harapan lagi untuk Sarah. Leon menuntun tubuhnya ke atas ranjang, di belainya seluruh lekuk tubuh Sarah dengan bibirnya. Si pemiliknya hanya terus menangis, melawan pun tak ada arti. Dia hanya terus memohon agar majikannya itu tak berbuat melewati batas.
"Tuan ... saya Sarah, bukan Odie," ucapnya memelas.
"Jangan menipuku, Sayang. Kali ini aku tak akan membiarkanmu lepas dari tanganku," ucap Leon yang langsung menanggalkan pakaian Sarah dan miliknya.
Sarah semakin menangis saat tak ada lagi kain yang menutupi tubuhnya. Tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut yang teramat sangat. Namun, semua itu tak membuat Leon menghentikan kegiatannya. Ia terus menyerang Sarah dengan cumbuannya. Dengan rakus ia melumat bibir Sarah kembali.
Sarah mencengkram kuat di bahu Leon, saat lelaki itu berhasil membobol pertahannanya. Air matanya terus mengalir seiring dengan setiap gerakan Leon yang masih belum mencapai kepuasan. Tanpa ampun Leon terus menghujani Sarah dengan hentakan-hentakan yang membuat wanita itu tak kunjung berhenti menangis. Lenguhan panjang terdengar dari bibir Leon, saat mencapai klimaks. Tubuhnya ambruk di samping Sarah yang masih menangis. Perlahan keduanya memejmkan mata, Sqrah yang lelah karena terus menangis pun tanpa sadar memejamkan matanya.
***
Sinar Mentari menyusup melalui celah jendela. Menyapa mereka yang masih terlelap, perlahan Leon membuka matanya. Ia pun mengeliat dan mencoba merenggangkan tubuhnya. Namun, ada sesuatu yang menindih lengannya, ia menoleh. Alangkah terkejutnya Leon saat melihat seorang wanita, bukan tepatnya seorang gadis. Karena dari wajahnya terlihat masih sangat muda. Ia pun memutar rekaman di kepalanya, berharap mengingat kejadian semalam. Namun, ia hanya mampu mengingat sampai ia datang ke klub. Selebihnya Leon tak bisa mengingatnya.
"Siapa dia? Apa yang sudah ku lakukan dengannya semalam?" pertanyaan-pertanyaan pun memenuhi kepalanya.
Leon memilih beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementra di ranjang Sarah terbangun saat angin pagi menyapa punggungnya yang tak tertutup selimut. Berkali-kali ia mengerjapkan mata, berharap semua yang ia alami semalam adalah mimpi buruk. Namun, semua nyata saat Sarah memandangi langit-langit kamar yang memang bukan kamarnya. Air matanya kembali meluncur di wajahnya. Saat ia hendak beranjak dari ranjang, Leon keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian lengkap.
"Kau sudah bangun? Maaf, apa kau bisa menjelaskan apa yang terjadi semalam?" Leon melontarkan pertanyaan yag sedari tadi mengganjal di hatinya.
"Maaf Tuan, saya Sarah. Putri dari salah satu pelayanmu, sekarang Ibu sedang sakit karena itu saya yang menggantikannya bekerja. Dan semalam ... Anda mengira saya adalah nona Odie. Dan semalam Anda telah merenggut kehormatan saya ... hiks hiks," jelas Sarah diniringi isak tangis.
Dada Leon seperti tertimpa batu yang begitu besar. Ia merasa sangat bersalah, mungkin melewati malam bersama berbagai jenis wanita hal yang amat sangat biasa baginya. Namun, ia tak pernah memaksa para wanita itu.
"Maaf," hanya kata itu yang meluncur dari bibirnya.
Leon berlalu menuju lemari dan terlihat mengambil sesuatu. Dia pun kembali lagi ke arah Sarah.
"Ini, ambillah. Anggap semua ini sebagai permintaan maafku," Leon lalu memberikan salah satu kemejanya untuk di pakai Sarah. Karena pakaian wanita itu sudah tak berbentuk.
Sarah hanya diam terpaku, saat majikannya memberikan sebuah cek yang tak ternilai jumlahnya, sebagi permintaan maaf. Untuk sesaat ia bahagia karena dengan uang itu dia bisa memberikan pengobatan yang terbaik untuk Ibunya. Tetapi hati kecilnya menolak, karena dengan menerima uang itu sama saja ia telah menjual tubuhnya. Sarah pun bingung apa yang harus ia lakukan?
Namun, kenyataan yang di hadapinya mengalahkan hati kecil dan pemikirannya. Untuk sekarang ia hanya butuh uang, terserah jika orang akan menganggapnya apa?
Setelah kejadian malam itu, Sarah pikir semua sudah berakhir. Dan ia akan melupakan malam itu, tetapi ... pikiran Sarah salah. Leon menginginkannya lagi, pastinya dengan sejumlah uang yang ia janjikan sebagai bayarannya. Tak ada pilihan lagi bagi Sarah. Mungkin ia harus mengakui jika kini ia adalah wanita pemuas nafsu sang majikan.
Mungkin karena kemiripan secara fisik antara Sarah dengan Odie lah yang membuat Leon menjadikan wanita itu sebagai simpanannya. Dengan itu kekecewaannya pada Odie sedikit bisa terobati.
Bersambung...