Dan entah mengapa hari itu Odie merasakan hal yang berbeda saat bersama bosnya, yang dalam hitungan hari akan sah menjadi suaminya.
Rombongan keluarga Jouller pun pergi meninggalkan panti. Suasana mobil pun hening, baik Diego maupun Odie tak mengeluarkan sepatah katapun. Mereka terus sibuk dengan ponsel masing-masing. Sampai di mansion pun mereka masih diam.
"Semuanya sudah Ibu urus, dan ingat lima hari lagi. Jadi persiakan diri kalian," beritahu Nyonya besar pada Odie dan Diego.
Mereka mengangguk sebagai jawaban. Dan mulai hari itu semua penghuni mansion di sibukan untuk mengurus semua persiapan pernikahan Odie dan Diego.
♡♡♡♡
Seorang wanita terlihat begitu sangat cantik sedang memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Wajah yang biasa polos, kini terlihat sangat cantik dengan polesan make up. Tubuhnya yang biasa terbalut pakaian Bodyguard, kini nampak anggun terbalut sebuah gaun pengantin yang menambah kecantikanya.
Ia masih tak percaya, jika hari ini. Bahkan beberapa menit lagi ia akan menyandang status baru menjadi Nyonya Diego Kenath Jouller. Lelaki yang selama beberapa bulan ini menjadi bosnya.
Seorang pelayan mendatangi Odie yang masih berdiri di depan cermin, "Maaf Nona, acara sudah di mulai, mari ikut saya."
Odie pun berjalan mengikuti pelayan itu memasuki tempat di mana ia dan Diego akan saling mengucapkan janji. Di depan pintu masuk seorang lelaki paruh baya sudah menunggunya, ia adalah kerabat jauh Diego, yang akan mengantarkan Odie menuju altar.
Odie melangkah memasuki ruangan itu dengan menggandeng lengan lelaki itu. Alunan musik pun mengiringi langkah Odie, meski wajahnya tertutup veil. Namun itu tidak menutupi kecantikanya, semua orang mulai membicarakan kecantikan calon istri Diego itu.
Kini Odie sudah berdiri di samping Diego. Dan ini adalah waktunya kedua calon pengantin itu mengucapkan janji setia, sehidup semati di hadapan Tuhan. Setelah di nyatakan sah sebagai suami istri, mereka pun saling bertukar cincin. Kemudian Diego membuka veil yang menutupi wajah Odie.
Betapa kagetnya Diego saat melihat wajah wanita yang kini telah sah menjadi istrinya itu. Matanya bahkan tidak berkedip memandang kecantikan istrinya. Ia sungguh tak mempercayai jika bodyguard nya itu memiki wajah secantik ini.
Dengan perlahan ia membuka penutup itu dan kini adalah waktu yang di tunggu oleh para tamu. Yaitu acara public kissing. Diego memberikan isyarat pada Odie, dengan anggukan menandakan jika Odie pun menyetujui apa yang akan Diego lakukan. Sebuah kecupan lembut pun mendarat di bibir Odie. Agar semua nampak nyata Odie berusaha membalas kecupan itu. Dan membuat semua tamu bertepuk tangan dengan keras.
Acara pun usai, semua tamu mulai meninggalkan ruangan itu, begitu juga pasangan pengantin baru itu. Mereka beristirahat di salah satu kamar di hotel tersebut, mereka beristirahat mempersiapkan diri untuk acara nanti malam, yaitu acara resepsi.
Setelah menunggu beberapa jam, Odie dan Diego kini sudah siap untuk acara resepsi. Kedua pasangan pengantin ini sudah memasuki ruangan yang kini sudah di sulap menjadi sebuah taman dengan bunga-bunga yang begitu indah mehiasi setiap sudut ruangan.
Odie pun tak percaya jika pernikahnya akan semeriah ini, dari tempat, makanan dan juga para tamu. Para penyanyi terkenal pun membuat acara itu semakin meriah.
Senyum Odie merekah saat melihat Ibu dan juga adik-adik pantinya datang di sana. Pagi tadi memang Ibu panti tak bisa hadir, di karenakan mobil yang mereka tumpangi mengalami sedikit masalah di jalan. Namun malam ini Ibu dan anak-anak panti sudah ada di sana, menyaksikan kebahagiaan salah satu keluarga mereka.
Di sela-sela acara sang MC pun mempersilahkan pasangan pengantin baru itu untuk berdansa di lantai dansa. Diego mengulurkan tangan pada istrinya untuk berdansa, dengan senyum manisnya Odie menerima uluran tangan Diego. Mereka lalu berjalan menuju lantai dansa, Diego meletakan tanganya di pinggang sang istri, sedang Odie mengalungkan tangan pada leher suaminya.
Musik pun mengalun mengiringi pasangan pengantin baru itu. Senyum manis mereka tebar kepada semua tamu, keromantisan mereka benar-benar menipu semua orang yang ada di sana kecuali Nyonya Stevany dan dua rekan bisnis Diego, Antony dan Leon.
Diego dan Odie berakting layaknya aktor dan aktris terbaik, sehingga mampu menipu semua orang. Di saat semua orang bertepuk tangan menyambut pasangan pengantin yang sedang berbahagia, tidak dengan Leon. Ia merasa sangat marah, mengingat kebodohan para anak buahnya.
"Andai saja malam itu mereka tidak ceroboh, mungkin hari ini aku lah yang akan berada di sana. Bukan si brengsek itu!" ucap Leon dalam hati. Tanganya pun mengepal menahan semua emosinya, wanita yang ia puja harus di miliki oleh lawan bisnisnya.
Setelah dansa selesai pasangan itu kembali menuju singgahsana mereka untuk menyalami semua tamu yang ingin memberi ucapan selamat. Acara pun berjalan dengan lancar Odie sampai kelelahan menyalami para tamu undangan yang berjumlah ribuan.
Malam pun semakin larut, dan acara pun telah usai. Diego dan Odie kembali menuju kamar hotel yang sudah di pesan Nyonya Stevany, tetapi berbeda dengan kamar yang tadi siang mereka tempati. Sebuah kamar yang sudah di hias khusus untuk pasangan pengantin baru seperti mereka. Dengan bunga mawar yang bertaburan menambah kesan romantis di sana.
Namun itu tak ada artinya bagi pasangan pengantin ini. Karena kesalahan lah mereka terikat dalam hubungan ini, tak ada rasa apalagi cinta. Diego memilih tidur di sofa, meski ia telah menikahi Odie tapi ia tak mau menyakiti wanita itu untuk kedua kalinya. Ia akui Odie sangatlah cantik, dan tidak bisa di pungkiri jika Diego sangat tertarik padanya, karena ia adalah lelaki normal. Namun sebisa mungkin Diego menahanya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan menyakiti Odie untuk yang kedua kalinya, tapi ia sendiri tidak berjanji bisa menahanya untuk waktu yang lama.
Dengan perlahan Odie melepas semua akseoris yang menempel pada tubuhnya, dari hiasan kepala, anting, kalung dan masih banyak lagi. Ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi saat melepas gaun yang ia kenakan Odie mengalami kesulitan, resleting gaun itu macet. Odie berusaha agar bisa melepasnya. Namum semua caranya gagal. Dengan terpaksa ia meminta bantuan suaminya.
"Maaf sir, Anda bisa membantu ku?" Suara Odie dari dalam kamar mandi.
"Apa?"
"Membantu ku menarik resleting ini?" terang Odie.
"Ya."
Diego pun melangkah menuju kamar mandi, setelah mengetuk pintu Odie membukanya. Odie berdiri membelakangi Diego dengan memegang erat bagian depan gaunya. Diego mulai mencoba menarik resleting itu dan ahirnya gaun itu bisa terbuka. Pemandangan indah pun terpampang di depan mata Diego. Ia hanya bisa menelan salivanya, menahan gejolak rasa yang menyengat akal sehatnya. Diego langsung berbalik dan meninggalkan kamar mandi.
Odie sendiri kebingungan karena Diego tiba-tiba pergi. Namun Odie tak menyadari jika Diego tengah berjuang melawan sisi lain dari dirinya yang kini sedang menguasainya.
Odie keluar dari kamar mandi. Namun ia tak melihat Diego di kamar, ia pun mencarinya di semua sudut kamar, tapi masih tak menemukanya. Saat Odie membuka pintu menuju balkon, ia melihat Diego sedang bersandar di bangku balkon. Diego nampak begitu kacau, penampilanya pun sudah berantakan.
Odie yang belum menyadari keadaan Diego dengan perlahan mendekatinya.
"Sir," panggilnya lirih.
Diego membuka matanya, ia makin kacau saat melihat Odie ada di dekatnya. Sedari tadi ia berusaha mati-matian menahan rasa yang sudah menguasainya.
"Odie ... pergi dari sini, jangan mendekat!"
"Apa! Anda mengusirku? Jangan karena aku sudah menjadi istrimu, Anda bisa mengusirku!" teriak Odie dengan lantang.
"Odie jangan berdebat kali ini. Aku mohon pergilah," mohon Diego pada Odie agar menuruti perkataanya.
"Tidak! Aku tidak akan pergi memangnya kenapa aku ada di sini hah!" Tolak Odie yang semakin mendekat. Bahkan dia sudah berada di depan Diego.
"Odie ... aku sudah meperingatkanmu. Jadi jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu," terang Diego yang masih menahan rasa itu.
"Huft ... apa yang akan terjadi? Jangan mengaturku Sir," ucap Odie sambil menekan dada Diego yang tak terhalang sehelai kain.
Sentuhan Odie bagai sengatan listrik yang mengalirkan tegangan listrik ke seluruh tubuh Diego. Tanpa aba-aba, Diego berubah menjadi seekor singa yang kelaparan dan langsung menerkam mangsa yang ada di hadapnya.
Diego mendorong tubuh Odie hingga menempel pada tembok. Dengan rakus ia mencium istrinya. Odie tak bisa berbuat apa-apa lagi, tenaganya kini tak bisa menandingi gairah Diego. Setelah puas dengan bibir sang istri, ia menggendong tubuh Odie menuju ranjang, dalam sekali tarikan gaun malam Odie terlepas dari tubuhnya. Diego juga langsung menanggalkan semua pakaiannya. Tanpa pemanasan ia langsung mencunbu istrinya, menuntaskan gairah yang sudah menyiksanya.
BERSAMBUNG.