Chapter 31 - Tumbang

Dengan sigap Troy mengelak dan kakinya langsung menyelengkat satu-satunya kaki tumpuan TJ yang belum berputar sempurna. Namun TJ sangat gesit dengan tubuh kurusnya. Ia tampak akan terjatuh, namun kedua tangannya berganti menopang tubuhnya dan ia kembali berputar dengan cepat. Hal itu membuat kedua kaki jenjangnya berhasil mengenai pelipis dan tulang pipi Troy.

"Sialan! Mereka tidak ada habisnya!" Gumam Ian.

Martin tertawa lalu membanting seorang pria dengan tubuh satu setengah kali lebih besar darinya "Ayo kita selesaikan dengan cepat. Aku baru ingat film pornoku masih sedang diunduh. Nanti adikku melihat." Wajahnya nampak agak khawatir.

"Bocah gila." Gumam Ian.

"Cepatlah Troy!" Teriak Nico pada Troy yang baru saja bangkit dari lantai.

Pria itu menyentuh tulang pipinya yang berdarah terkena tendangan sepatu mahal yang dikenakan TJ. Troy menjadi semakin kesal karena ia memang menginginkan sepatu pantofel hitam seperti itu sejak dulu. Namun ayahnya selalu mengatakan bahwa ia tidak cocok mengenakan pakaian formal. Ia lebih cocok mengenakan sepatu bengkel atau sepatu bot untuk melaut. Bodohnya, ia tetap termakan omongan ayahnya itu meski sebenarnya ia tidak setuju.

"Sepatu berengsek!" Dengan kecepatan penuh, Troy langsung menarik kerah kemeja TJ yang hendak kembali menyerangnya.

Bagusnya, Troy dapat membaca gerakan TJ yang sepertinya sejak awal selalu ingin mengincar wajahnya. Dengan perbedaan berat badan dan model bertarung, seorang TJ tidak mungkin mengincar pertahanan kuda-kuda kaki Troy yang sangat kuat. Karena kekuatan pejudo adalah di kedua kaki mereka. Berusaha mematahkan kaki Troy ibarat mematahkan sebongkah batu beton. Bukannya kaki Troy yang akan patah, melainkan tulang kaki TJ yang akan remuk.

TJ dengan licinnya terlepas dari cengkraman tangan Troy. Ia langsung menunduk dan bergerak menyamping untuk bisa berpindah ke samping Troy. Ia mengincar sisi samping tubuh Troy, mengarahkan tangannya melewati lengan atas Troy dan mencengkram kepala pria itu. Lalu dengan tubuhnya yang ringan, ia berpegang pada batang leher Troy yang besar dan melayangkan tubuh bawahnya ke atas. TJ langsung membenturkan lututnya pada wajah pria tersebut.

Seluruh anggota The North Viking hampir habis. Mereka sudah babak belur, hanya tersisa beberapa yang terkuat yang masih dalam pertarungan dengan Ian, Martin dan Frank.

Ian yang dari tadi sudah menyadari kondisi Troy. Ia kira pria itu akan dengan mudah mematahkan tulang TJ seperti tusuk gigi. Namun kelihatannya pria kurus yang dulu sempat dikalahkan oleh Ogre yang kini menjadi ketua kolompok Ladger, itu menjadi sangat kuat. Dia bukanlah hanya seorang pria kurus tinggi yang jago berakrobat dan berpidato lagi. Namun ia sudah menjadi petarung sungguhan.

Darah menetes di permukaan lantai dingin. Emma yang dari tadi menyaksikan segala pertarungan di depan kedua matanya mengerjap kaku. Memang dari semua pertarungan, yang dari tadi paling sengit adalah Troy melawan TJ. Mereka berdua adalah ketua kelompok yang sangat kuat.

Namun jika diperhitungkan secara benar, Troy bisa dikatakan lebih kuat ketimbang TJ. Bayangkan saja, Troy harus mengalahkan pria itu di tengah-tengah serangan anggota kelompok The North Viking lainnya. Seperti yang Martin bilang, mereka berada di dalam sarang tawon.

Tidak ada yang tau siapa yang menang. Troy atau TJ. Keduanya menunduk dengan wajah tertutup oleh bayangan rambut mereka yang sudah acak adul. Namun darah yang menetes itu memperlihatkan siapa yang akan segera tumbang.

3, 2, 1 Pria kurus tinggi dengan kemeja hitam itu tersungkur ke depan. Hidung dan mulutnya terus mengelurakan darah.

Apa yang terjadi tadi sangatlah cepat. Emma selalu mengingat kata-kata Jonas. Dalam pertarungan, kekuatan tidak selalu menjadi penentu kemenangan. Karena itu ada yang namanya ilmu bela diri. Itu sebabnya mengapa ia tetap harus berlatih, bukan hanya memperbesar otot dan kekuatan. Tekhnik dalam bertarung itu sangatlah penting. Bahkan seekor burung pipit bisa mengalahkan seekor beruang besar dengan cara mematuk bola matanya.

Troy bukanlah petarung sembarangan. Bukan otot, berat badan, dan kekuatannya saja yang sudah terlatih. Selama bertarung di arena mau pun jalanan, Troy selalu mempelajari gerak gerik lawannya. Ia sudah menghadapi banyak tipe orang dan bervariasi cara menyerang mereka. Pria seperti TJ, bukanlah tandingan satu lawan satu yang tepat untuk seorang Troy Roner. Karena ia pasti kalah.

Petarung judo memang mengandalkan kekuatan kaki mereka. Namun bukan berarti kedua tangan mereka tidak berguna. Troy mengerti dan menyadari dengan jelas bahwa kecepatan itu sangat penting. Memang karena bentuk tubuhnya, gerakan tubuhnya jadi lebih lambat ketimbang TJ. Namun ia bisa menyiasatinya dengan baik dengan cara memprediksi pola penyerangan TJ yang menurutnya sangat mudah terbaca. Sehingga Troy bergerak satu langkah terlebih dahulu sebelum TJ bergerak. Dan bodohnya, hal itu tidak disadari oleh TJ yang terus menyerang berdasarkan emosi belaka.

Begitu TJ melayang bagai seekor monyet untuk membenturkan lututnya pada wajah Troy. Pria itu sudah menyiapkan tinju kanannya yang dari tadi sengaja ia sembunyikan di sisi tubuh kanannya ketika TJ terlalu fokus hendak menyerangnya dari sisi kiri. Belum lutut TJ menyentuh wajah Troy, pria itu melayangkan tunjunya dari arah bawah dan langsung menyasar rahang bawah TJ.

Mungkin pria dengan alis tipis itu tidak menyangka serangannya akan meleset dan malah mendapat sebuah pukulan telak keras yang membuat seluruh rahangnya jadi mati rasa. Bahkan pukulan itu menggelincir mengenai batang hidung kecilnya juga.

Jatuhnya TJ menandakan siapa yang pulang membawa mendali kemenangan. Seperti yang seharusnya, Jita Kyoei tidak akan terkalahkan. Mau mereka sudah fakum atau masih beroperasi, mereka layaknya pasukan yang bangkit dari kubur. Jita Kyoei akan menggetarkan lutut musuhnya.

"Ini adalah permulaan.. Kau yang memintanya.." TJ bergumam sambil terbatuk-batuk.

Ia meratapi seluruh anggota kelompoknya yang sudah berceceran di atas lantai bagai ayam sekarat. Pemandangan ini membuat TJ kesal bukan main. Sudah bertahun-tahun ia mengasah kemampuannya, namun masih kalah oleh kelompok yang berjumlah tidak seberapa itu. Dan lagi, pekerjaan yang ia kira sudah hampir selesai, ternyata diacak-acak oleh kelompok sial itu.

Padahal Jita Kyoei yang datang bagai sekelompok penyusup rendahan ke dalam sarang The North Viking. Namun dengan jumlah kelompok sebanyak ini, mereka masih kalah.

"Ini artinya perang, Troy." Lanjut TJ lagi. Meski ia sudah tidak sanggup mengangkat kepalanya lagi.

Troy berdiri di hadapan TJ dengan wajah datar. Ia menyisir sekeliling dengan kedua matanya. Pemandangan yang sudah sangat lama tidak ia saksikan. Pemandangan yang sesungguhnya tidak ingin ia saksikan lagi. Sampai kapan mereka harus bermain-main di dalam lingkungan seperti ini?

"Kita lihat saja nanti." Jawab Troy. Lalu ia menghela nafas berat sebelum berbalik punggung. "Aku sudah bilang tidak ingin mencari keributan. Kau saja yang tidak memberiku pilihan." Lanjutnya.

Pria itu melirik Emma yang masih memperhatikannya dalam diam. Gadis itu melirik TJ yang akhirnya menyerah dengan menutup kedua matanya. Sepertinya pria itu pingsan.

"Ayolah. Aku sudah muak berada di sini." Ucap Troy dengan berjalan keluar dari bangunan itu.

Emma membopoh Calvin yang jalan terpincang-pincang. Ia juga dibantu oleh Ian.

"Kau bisa pakai jaketku," Nico melemparkan jaket baseballnya pada Calvin yang sudah entah dimana bajunya berada.

"Trimakasih." Ucap pria itu.

Calvin melepas lengannya dari pundak Emma. Ia lebih memilih berpegangan pada Ian yang jelas lebih mampu menahan bobot tubuhnya yang sudah semakin lemas.

Akhirnya mereka sampai pada gerbang besi dimana mereka meninggalkan motor di sana. Jok motor mereka sudah diduduki salju tipis yang turun malam itu.

"Syukurlah motornya baik-baik saja." Gumam Emma. Ia teringat pada apa yang terjadi pada motor Calvin waktu itu.

"Untuk saat ini.." Timpal Nico.

Emma langsung menatap pria itu dengan tanya. "Ah.." ia melepaskan kacamatanya dan memberikan kepada pria itu, "Trimakasih."

Nico menerima kacamatanya kembali "Sama-sama."

"Sebelumnya, apa kita tidak perlu membicarakan ini?" Ucapan Calvin menghentikan aktifitas semua yang hendak menaiki motor mereka.

"Ohya.. Dimana motormu?" Tanya Emma.

"Sepertinya sudah dibuang ke laut oleh mereka." Jawab Calvin mengambang.