"Nichol itu mantan kamu ya Dhi? Apa dia jahat sama kamu?" ucap Kahfi tanpa sadar yang menggenggam tangan Dhifa.
"Kahf, belum muhrim. " ucap Dhifa.
"Aaa? Apa Dhi?" tanya Kahfi
"Tangan aku. " ucap Dhifa sembari melirik ke tangannya.
"Ooo, sorry-sorry." ucap Kahfi melepas tangannya.
"Udah duduk sana!" Pinta Dhifa.
Kahfi pun duduk dibangkunya, dengan Dhifa yang jauh didepannya.
Maafkan Hamba Ya Allah-gumam Kahfi.
"Dhi? Soal pindah nya Nichol lo udah tau?" Tanya Rebecca yang duduk disamping Dhifa namun berbicara dengan suara berbisik.
"Iya, tadi udah ketemu. " ucap Dhifa bete.
Bu Dina datang memasuki kelas Dhifa. Dengan anak baru yang mengenakan seragam putih abu-abu. Nampaknya ia sengaja, membuatnya agar terlihat mencolok.
"Selamat pagi anak anak. " ucap Bu Dina Yang baru saja memasuki kelas.
"Pagi bu, "
"Mungkin sebagian dari kalian udah tau, sama David. Dia kembali kesini, setelah pindah dari Inggris. " ucap Bu Dina sembari duduk.
Tanpa disuruh, Nicholas segera memperkenalkan dirinya. "Kenalin, nama gue Nicholas David Fresko, gue biasa dipanggil David gue murid lama disini yang pindah ke Inggris dan kembali ke Indonesia."
"Silahkan duduk, David. " ucap Bu guru.
Nicholas berjalan melintasi meja Dhifa dan Rebecca yang tepat berada didepan meja guru. Adinda dan Embun yang duduk dibelakangnya. Rey yang berada disamping kanan barisan mereka dan Kahfi yang duduk di meja ke-2 dari belakang.
"Oh! No, ini bener-bener perang dunia ke-3. " ucap Dinda menepuk jidatnya.
"Ssttt sssttt, Rey! Hoi bule. " ucap Rebecca sembari berbisik ke arah bangku nomer 3 disebelah kanan tepat pada barisan Kahfi.
"What?"menoleh cool.
"Itu mantan Dhifa, duduk sama doi Dhifa. Yang sabar yah bule!" ucap Rebecca.
"No problem, gue udah punya lo ondel ondel. " ucap Rey.
"So sweet, bule!!" ucap Rebecca.
Maaf Ca, gue nggak bermaksud buat bohongin lu, tapi gue akan berusaha jadi orang yang nggak akan nyakitin hati lu, cukup gue yang rasain jangan lu. Ya Allah engkau yang membolak-balikkan hati manusia, maka buatlah hamba agar tetap berada pada batasan yang engkau berikan. -batin Rey.
Saat jam istirahat. Nicholas memang menjadi pusat perhatian. Disaat semua siswa mengenakan seragam pramuka, kecuali kelas yang sedang melaksanakan pelajaran Penjas. Ia duduk diantara ratusan siswa dengan seragam abu-abu satu-satu nya di hari Kamis.
"Mau ke kantin nggak?" Tanya Kahfi mendekati meja Dhifa.
"Yuk. " sahut Dhifa sembari berjalan mengiringi temannya.
Saat dikantin. Nicholas lagi-lagi mencari perhatian saat Dhifa dan teman-teman datang.
"Gue pesenin makanan dulu, yah. " ucap Rebecca.
"Gue temenin, yah. " ucap Rey.
"Beneran jadi nyamuk deh, kita. " ucap Embun dan Dinda yang sok sibuk menatap layar ponsel.
"Apasih kalian. " ucap Dhifa.
"Oh iya, ntar temenin cari modul buat UN ya. " ajak Dhifa.
"Boleh. " jawab Kahfi.
Dengan sengajanya Nichol datang untuk menabrak Rebecca yang dulu pernah ia tolak cintanya.
Bruk!!
"Ups, sorry, " ucap Nichol.
"Kalo jalan itu pake mata, jangan pake dengkul. " teriak Dhifa kesal.
"Loh, loh! Kok kamu sih yang marah, sayang, " ledek Nichol.
"Stop bertindak kampungan, Nichol. " ucap Dhifa tegas.
"Udah, Dhi. " tahan Kahfi.
Nicholas menaikkan satu alisnya. "Pak Ustadz, cuma bisa tahan amarah pacarnya doang nih?" Ledek Nichol.
Rebecca menarik kerah baju putih Nichol. "Berhenti buat gangguin kita! Ngerti loh!" ucap Rebbeca.
Nicholas hanya terkekeh. "Terus kalo gue tetap mau gang-"
Tanpa ragu, Rebecca menyiramkan air lemon ke wajah Nicholas.
"Bisa diem kan, anak mami. " ucap Rebecca. Ia lalu berjalan kearah kasir kantin.
"Strong aja yah bro, karma itu ada karena Allah itu ada. " ucap Rey menepuk pundak Nichol dengan keras.
Raut wajah tidak terima diperlakukan seperti ini. Dipermalukan di kantin yang ramai. Nicholas geram bukan main. Ia sampai berteriak kesal.
Sementara itu, Embun mengajak teman-temannya kembali ke kelas.
"Parah! Lo keren banget Ca, sumpah deh!" ucap Dinda.
"Dia pernah nyakitin gue, jadi gue bales dong nggak salahkan? Yang penting impas. " ucap Rebecca.