Chereads / Antariksa [ Dari Angkasa ] / Chapter 7 - 8. Terpuruk

Chapter 7 - 8. Terpuruk

Esoknya Rinai di caci oleh beberapa siswa yang melewatinya.

"Kalau kak Antariksa tau gimana ya reaksinya?"

"Bakal di benci lah, Rinai kan kemarin ke klub. Hampir dibawa ke kamar loh,"

"Yang ngerekam gak asik, masa adegannya ke potong? Rinai gak mau masuk kamar,"

Hidup tanpa di nyinyirin itu hampa, makanya Rinai tak meladeninya nanti mulutnya lelah sendiri.

Saat masuk kelas pun Rinai di tanyai hal kemarin.

"Rin, gimana kemarin? Dapat uang berapa? Pasti banyak dong,"

"Wah, gue kira dia polos tapi apa? Main sama om-om,"

"Hati-hati Rin, nanti ketauan kepala sekolah di keluarin,"

"Mending langsung pindah sekolah aja, kan malunya gak keliatan Rin."

Rinai duduk, meletakkan tasnya kasar. Lagi-lagi hidupnya tak tenang, apalagi semenjak kenal Antariksa. Mulai saat ini lebih baik ia menjauhinya.

☁☁☁

Rinai di kelas saja, memilih kantin? Makan hati iya bukan makan jajan. Adel menemaninya.

"Rin, kalau ada masalah curhat aja. Emang bener ya gosip yang beredar tadi?" tanya Adel ragu, Rinai tak banyak gerak layaknya patung. Tatapannya pun kosong. "Rinaii!" teriak Adel, takutnya Rinai di rasuki hantu.

Rinai melirik Adel. Masalah kecil tapi membuat pikirannya resah. "Apa?"

"Gimana sama videonya? Apa ketauan guru?"

"Gue males del ngurusin itu, percuma kan. Semuanya aja gosipin gue,"

"Kita cari pelakunya siapa,"

"Kalau sampai ketemu, gue jadiin perkedel tuh anak." Emosi Rinai naik, menggebrak meja.

"Giliran habisin orang semangat,"

"Iyalah, daridulu gue suka berantem del,"

"Bagus Rin, gini ya. Kalau diemin mereka malah seneng Rin liat lo menderita, lawan aja! Tunjukkin kalau lo gak takut sama mereka. Kayak istilah kalem tapi gampang di mainin, galak pun takut. Ya, walaupun nantinya lo di cap cewek tomboy sih, gak apalah daripada cupu di injek-injek loh." pencerahan dari Adel membuat kesedihan Rinai hilang, benar. Sudah pernah ia kalem dan ramah tapi masih ada yang benci.

☁☁☁

Cica tertawa senang, akhirnya cewek itu mendapatkan balasannya.

"Bagus sya, tapi simpen baik-baik ya."

"Aman, gue punya cadangannya kok."

Adel yang sudah lama di dalam toilet mendengarkan percakapan itu, siapa ya?

"Balik ke kelas yuk, pesta jamkos." teriak Cica, sangat bahagia hari ini.

Setelah keduanya keluar, Adel kembali ke kelasnya. Pelakunya sudah ketemu.

Sampai di kelas Rinai mengomelinya. "Lama banget, ngitung lumut lo?" Rinai tak ada teman bicara, pergaulannya di kelas terbatas, lebih tepatnya di jauhi semenjak gosip itu beredar.

"Sabar Rin, lama gini dapat informasi baru loh. Tentang pelaku di balik video itu,"

"Serius? Siapa?" Rinai tebak pasti cewek yang sama waktu itu.

"Tau, cuman namanya aja. Tenang Rin, gue kenal suaranya kok. Dia pinter, punya cadangan lagi. Jadi percuma kalau nyari bukti,"

Rinai ada ide, biasanya cewek suka ke toilet lama-lama kan? Entah berunding atau nongkrong dandan pasti cewek itu kesana lagi. "Kalau dia ke toilet lagi, coba rekam suaranya. Atau, buat lubang aja di pintu. Kecil del, kalau besar nanti ketauan."

"Pinter lo Rin, waktunya jamkos kelasnya."

"Gak usah nunggu jamkosnya, misal ya, setiap dua jam pelajaran ke toilet del, mau istirahat kesana lagi, istirahat selesai mau masuk kesana juga, pelajaran terakhir juga del."

"Sekalian aja Rin nginep di toilet," kesal Adel.

"Maaf, kan nyari bukti."

"Demi sahabat gue, jangan sedih lagi ya Rin." Adel merengkuh Rinai, tapi cewek itu tiba-tiba menangis. "Kok nangis Rin? Kenapa?"

Sekuat apapun dirinya, tapi jika menyangkut sekolah Rinai tak bisa apa-apa. Sok kuat demi menutupi lemah, marah menutupi yang menyerah, marah tak bisa nangis pun penggantinya. Hati tak akan kuat.

Rinai menatap Adel. "Lo gak bakalan ninggalin gue kan del?"

"Gak akan, gue cuma percaya lo Rin."

"Makasih, kalau ada apa-apa cerita ya,"

"Pasti,"

Rinai seperti menemukan sosok baru dalam hidupnya setelah ayah dan ibunya, Adel hadir membela.

☁☁☁

Saat istirahat Adel mengajak Rinai ke kantin lalu perpustakaan sebagai markas baru untuk berunding.

"Terus kalau lo tau pelakunya?"

"Kalau dia mau berubah jadi baik ya gue maafin aja del."

"Semudah itu? Inget kelakuannya yang bikin malu lo Rin,"

Antariksa yang mendengar suara Rinai pun mencari, di balik rak buku. Rinai berdiri dengan mengunyah cirengnya, lihat saja jika tertangkap basah olehnya. "Rinai?"

Kepergok ketos? Makan di perpustakaan adalah pelanggaran. Rinai menyembunyikan cirengnya, Adel memakan semua donatnya hingga pipinya menggembung.

Antariksa tertawa. "Kalian lucu, santai aja. Aku gak bakalan lapor,"

Rinai berbisik. "Tukeran, gue mau jauhin kak Antariksa." posisinya memang bersebelahan dengan Antariksa.

Adel mengangguk.

"Kenapa pindah nai? Aku mau ngomong sebentar,"

Jangan sampai video itu. 'Apa udah tau ya?'

Antariksa menyuruh Adel pergi, tak ingin membantah ketos. "Lagi ada masalah ya?"

Rinai mengambil buku sebagai pengalihan.

"Kalau gak mau ngomong aku bakal bikin kamu ketawa," Antariksa menggelitiki pinggang Rinai, cewek itu tertawa lepas.

Antariksa melihat senyum rekah cantik itu. "Kalau masih gak mau, terus berlanjut."

Rinai lelah. "Oke, aku bakal ngomong. Tapi jangan kaget ya,"

"Kejutan?"

"Bukan, aku..."

☁☁☁