Sekarang lomba tarik tambang, kelas Ips 5 menyoraki Caca, mendukungnya.
"Semangat ca! Menangin lombanya," teriak Syila yang duduk di belakang Adel.
Adel menoleh. "Gak usah teriak, emang Caca budek?"
Syila melotot. "Biasa aja dong, kan dukung Caca."
Sambil mencuri perhatian Antariksa yang kini fokus pada ponselnya. Sayang sekali, waktu Rinai tampil antusias.

Tia menepuk bahu Caca, cewek itu melamun. "Heh, mau di mulai. Kok ngelamun sih, nanti kalah." kesal Tia, ia tau Caca memandang lekat Antariksa.
"Oke, ganggu aja lo. Antariksa ganteng tau,"
"Iya ganteng, tapi lo kosentrasi dong."
Caca berdecak. "Kan ada Daniel, pasti menang lah,"
Antariksa meniuo peluitnya. Lomba tarik tambang untuk kelas 10, Antariksa kira Rinai ikut juga.
Caca berusaha kuat menarik talinya, di bantu Daniel. Cowok itu santai saja, jika ia lepas kalah sudah. Daniel kasihan Caca, ia menarik kuat hingga lawannya teejatuh. Caca bersorak senang. "Yeyy, menang,"
Tia mendengus. "Daniel yang bantu, bukan lo doang."
Lomba demi lomba sudah berlalu bagi kelas 10 sampai 12. Sekarang giliran para OSIS, termasuk Antariksa yang ikut lomba balap karung, semakin menambah riuh para siswi. Pesona Antariksa menyedot perhatian.
Saat di mulai pun rambut Antariksa bergerak kesana kemari, teriakan histeris bersahutan. Antariksa di posisi terdepan, sedangkan yang lain terjatuh dan kewalahan melompat.
"Ya ampun kaka Antariksa ganteng banget,"
"SUAMIKUUU"
"Rela di madu deh, asal Antariksa nikah lagi nanti,"
Antariksa melewati garis putih. Kini lomba berganti memukul air dengan mata tertutup. Brian dan Antariksa menyiapkannya, plastik yang di isi air di letakkan di tali. Untuk pemukulnya menggunakan batang pisang, harus kuat agar plastiknya bocor.
Dan kali ini semakin seru, kolaborasi OSIS dan panitia turut serta. Antariksa ikut lagi.
Mata di tutup menggunakan kain, lalu tubuhnya di putar 3 kali dan mencari plastik berisi air yang di gantung.
Rafi yang paling lucu diantara mereka, bukannya memukuk malah bertambah ganas saja. Rafi mengarahkan batang pohon bisang yang di potong berukuran sedang itu tak tentu arah, hingga para penonton mulai menjauh takut terkena amukan Rafi.
Lalu Agung entah berjalan kemana, ia malah di pinggir batas garis perlombaan. "Mana sih? Susah amat," gerutunya.
Sedangkan Brian berkosentrasi. Hampir saja mengenai, tapi Antariksa mengambil alih plastiknya. Ia memukul keras hingga mengenai para penonton. Bukannya marah malah bahagia.
"Aw, kena hatinya kaka Antariksa nih. Kan kalau matanya tertutup pakai perasaan,"
"Olahraga gue gak bakalan dicuci deh, biarin bau asal ada kenangan Antariksa."
Antariksa membuka penutup matanya. Ia menatap Brian. "Gue menang,"
Brian menarik senyum. "Menang lomba, bukan hatinya Rinai."
Lomba yang di ikuti semua kelas telah selesai, kini pengumuman pemenangnya dengan hadiah menarik seperti buku, novel, kaos kaki bertanda tangan Antariksa atau Brian.
Antariksa melihat daftar pemenang, fokus pada nama Rinai. "Untuk lomba bakiak, kelas 10 di menangkan oleh Rinai, 10 Ips 5. Silahkan maju di sebelah saya," Antariksa sengaja, Brian menghela nafas kesal. Modumu keliatan sekali.
Dengan langkah di hentakkan dan membiarkan nyinyiran yang ada. Rinai berdiri sesuai intruksi Antariksa. Rinai biasa saja, Antariksa tak bisa menahan rasa bahagianya.
"Dan lomba tarik tambang di menangkan oleh Caca, 10 Ips 5." Btian menyebut, andai itu Antariksa.
Caca mulai berjalan, pasti di sebelahnya Antariksa juga. Dengan percaya diri Caca mengambil posisi di sebelah Antariksa. Sang empu mengusirnya. "Di sebelah Brian," tekannya, Caca menuruti, Antariksa harus dalam keadaan mood baik.
Antariksa meraih paper bag, istimewa sekali jika untuk Runai. Sedangkan yang lain hanya di bungkus kertas kado. "Buat kamu," Antariksa mengulurkannya. Rinai terpaku, apa ini termasuk kemodusan tersembunyi?
Rinai menerimanya, tanpa menatap mata elang Antariksa. Yak ada yang berguna, Rinai kembali di posisi duduknya dengan Adel.
Ada bisik-bisik yang tak terima.
"Sombong banget, emang gak mau sama Antariksa?"
"Eh, gak adil banget. Apa tuh isinya, pakai paper bag lagi,"
"Kalau gue jadi Rinai nih, ya foto sama Antariksa. Kapan lagi punya pacar halu? Di kelas lain ganteng, kelas gue? Mukanya berminyak, gak ada glowing-glowingnya."
Rinai muak, ia mengajak Adel ke kantin. Duduk disana lebih aman. Adel menggerutu, ia masih ingin melihat wajah Brian, diam-diam ia juga mengagumi cowok itu.
"Gak seru lah disini, kenapa Rin? Perasaan tiap hari sekarang, lo ganas ya pingin makan orang." Adel mengeluarkan makaton yang yadi dibelinya sebelum masuk.
"Iya del, lo juga sekalian." Rinai mengambil makaron rasa strawberry. Menurunkan amarahnya, andai ia tak mengenal Antariksa. Cowok ganteng itu saingannya banyak, wajar asa yang syirik dan iri, ujung-ujungnya di maki atau bully. Klasik sekali cara mereka, terobsesi paras tampan saja.
"Bagus sih, emang lo harus jauhin kak Antariksa,"
"Bukan harus, tapi wajib bagi siapa aja." Rinai marah tapi gemas, sampai Adel mencubit pipi Rinai yang menggembung lucu.
☁☁☁