Nyonya Almira mencoba menekan beberapa angka di layar ponselnya. Ini kali ketiga wanita berusia nyaris setengah abad itu mencoba untuk menghubungi lelaki yang dulu pernah meninggalkan ia dan ketiga buah hati mereka.
"ya.. dia harus tahu.. walaupun ia sudah kehilangan haknya" nyonya Almira coba meyakini dirinya.
Suara dering ponsel terdengar, seorang pria yang usianya juga sudah lebih dari setengah abad mengerenyitkan dahi. Ia coba melihat tak ada nama dipanggilan itu.
"ya hallo..." pria itu bersuara sambil melanjutkan pekerjaan di layar laptop yang berada dihadapannya.
Tak lama terdengar suara wanita yang tidak asing. Seorang wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya dulu!
"HH..hai.. halo.." pria yang kini rambut nya mulai memutih menjawab gugup.
"Ng... aku Almira"
"ya.. Almira... apa kabar mu??"
"aku baik... bagaimana denganmu Derry ??"
Pria bernama Derry itu menghentikan pekerjaannya. " aku baik" ia menghela nafas " apa yang membuat mu menghubungi ku"
Jeda sejenak.
"baiklah aku tidak akan basa basi,, aku hanya ingin memberitahu bahwa Zara akan menikah Minggu depan"
"za.. Zara...??" perasaan getir menyerang dada Derry seketika, ia teringat wajah polos gadis mungil berusia tiga tahun mengangis tersedu memanggil dirinya yang tak bergeming tetap meninggalkan bocah itu menangis dalam dekapan Almira.
Waktu seakan cepat berlalu kini gadis itu akan menikah.
"kau ingat kata-kata mu... kau sudah kehilangan hak atas anak-anak kita... aku hanya ingin kau tahu bahwa putri kecilmu akan menikah, aku minta izin Raihan yang akan menjadi walinya..."
Derry mengerjabkan mata yang mulai basah, sesuatu yang tak pernah ia pikirkan akan sangat menyakitkan kini, saat kau kehilangan hakmu karena ulahmu sendiri.
"ya.. baiklah...aku memberikan ijin..." Derry pasrah
"kau boleh datang jika kau mau melihat wajah anakmu..."
"ya.. tentu..."
-bagaimana bisa aku disana secara tiba-tiba,, aku yakin Raihan akan menolakku, seperti saat ia tak ingin aku hadir di pernikahannya- batin Derry nelangsa.
Sambungan telpon itu terhenti, tinggallah Derry dengan perasaan penuh sesal di dada!!
***
Sekelebat bayang seorang gadis berlari kearahnya.. tertawa riang menyambut kedatangan sang ayah yang berdiri di ambang pintu.
"ayah..." suara mungil itu memanggil-manggil ayah lalu mencium wajah yang yg masih peluh karena baru pulang mencari nafkah, lalu seorang wanita cantik penuh kesabaran mendekati mengambil putri kecilnya
"ayo Zara ikut bunda dulu, ayah mau bersih-bersih badan dulu ya"
si bungsu malah merengek tak mau lepas
"biarkan bunda.. ini anak kesayangan ayah..." Derry balas mencium pipi mungil Zara.
Tawa riang dari gadis kecil yang tak terlupakan lalu ia tukar dengan derai air mata yang tak hentinya. Yah!! ia tukar segala suka itu dengan duka.
Saat dirinya kepincut wanita lain yang menawarkan segudang kenikmatan dunia, tidak hanya cantik wanita itu juga seorang janda kaya.
Derry memilih pergi meninggalkan keluarga kecil sederhana yang ia bangun dengan dasar cinta!! Namun cinta itu sirna ketika surga dunia yang ditawarkan terasa lebih indah.
"dengar mas.. satu langkah kamu pergi itu artinya kamu kehilangan hakmu atas anak-anak kita..." tegas Almira dimalam kelam dimana Derry menarik kopernya hendak pergi meninggalkan keluarga kecilnya.
Zara menangis, meratap hendak ikut sang ayah. Namun hati laki-laki itu sudah dipenuhi oleh cinta yang lain hingga cinta seorang gadis tak berdaya pun sudah tak berarti!!
"maaf Almira... ini mungkin salahku.. tapi suatu hari aku harap kamu bisa mengerti,, " Derry mengucapkan kata terakhir tanpa menoleh kepada mereka yang masih berharap kesadaran dari pria yang mereka sebut ayah, seorang pria yang jadi panutan Raihan, seorang pria cinta pertama shanum dan Zara !!
Luka itu terlanjur tertoreh... Almira sendiri berjuang menghidupi ketiga buah hatinya, kembali ketanah kelahiran!
***
"bunda sudah bicara pada ayahmu,, kau yang akan jadi wali Zara " nyonya Almira bicara pada Raihan saat mereka kumpul dimeja makan, kebetulan nyonya Almira kembali lagi ke Jakarta untuk persiapan pernikahan Zara.
"baiklah bunda... lebih baik memang laki-laki itu tidak pernah datang..." sinis Raihan
"tapi bunda..." zara coba menyela... "apa.. Zara tidak punya kesempatan untuk bertemu ayah?"
"apa yang kau katakan dek... dia tidak pantas disebut ayah.." protes Raihan tak ingin Zara bersedih. "kakak yang akan gantikan posisi ayah" Raihan mengelus rambut panjang Zara
"dia boleh datang jika dia mau.. tapi tidak untuk jadi walimu..." Nyonya Almira tahu dari ketiga anaknya cuma Zara yang tak tahu bagaimana sosok seorang ayah, saat itu Zara masih sangat kecil. Dan tak ada satu pun foto kenangan yang disimpan Almira untuk diketahui Zara. Sementara Raihan berusia 9 tahun, dan Shanum berusia 6 tahun.
sibungsu menyelesaikan makannya dengan wajah manyun penuh kecewa. Bagaimana pun ia ingin bertemu ayah yang wajahnya samar-samar ia ingat!
.
.