Chapter 27 - Penasaran

Tidak seperti biasanya Kenan cukup antusias dengan jam istirahat kali ini. Ketika jam menunjukkan pukul 12 siang dia segera berjalan pergi menuju cafe depan dan entah mengapa dia ingin datang sendiri tanpa ditemani Alex. Kenan membuka pintu dan melihat ke arah sekeliling, belum terlihat sosok yang dicarinya.

"Ken..." Seseorang menepuk bahu Kenan.

"Eh Din.."

"Ngapain berdiri aja?" Dinda sambil memegang sebuah nampan lengkap dengan apron yang menutupi badannya.

"Ini mau pesen."

"Ngantri ya." Dinda melihat ke arah kasir yang sudah dipenuhi antrian pelanggan maklum ini kan jam istirahat.

"Iya nih, makin penuh aja."

"Ya udah mau pesen apa?biar gw yang bikinin langsung."

"Eh jangan ga papa gw ikut antri aja."

"Kebiasaan deh kaya kesiapa aja."

"Hm...kaya biasa aja deh."

"Itu aja?"

"Waktu itu lu bilang ada menu baru boleh deh sama itu."

"Oke.."

"Gw duduk disitu aja ya."

"Eh..makan disini?"

"Iya disini aja."

"Oke tunggu ya." Dinda segera pergi ke dapurnya sementara Kenan mulai duduk dikursinya. Ia melonggarkan dasinya dan melihat ke arah luar yang tampak penuh dengan mobil maupun motor yang terparkir. Sejenak dia berpikir kenapa dia kemari?kenapa harus merasa senang karena dia akan menemui Dinda?ah..ini rasanya aneh.

"Engga...gw ga aneh. Kita kan berteman, saling mengunjungi hal yang wajar." Kenan dalam hatinya mencoba menjawab setiap pemikirannya tadi.

"Nih..ada yang kurang ga?" Dinda sudah dihadapannya lalu meletakkan setiap pesanan Kenan di atas meja.

"Udah cukup."

"Ya udah selamat makan."

"Eh mau kemana?" Kenan menarik tangan Dinda membuat Dinda langsung melihat ke arah tangan Kenan. Refleks Kenan pun melepaskannya.

"Temenin gw ngobrol kek." Kenan berbicara lagi.

"Oh..o..oke.." Dinda sedikit terbata. Dia lalu duduk dan meletakkan nampannya di samping meja.

"Tumben ga sama Alex."

"Dia kayanya dibekelin sama istrinya." Kenan mulai melihat donat taburan greentea dengan isian cream di dalamnya.

"Enak nih. Apalagi rasanya green tea gw kan paling suka sama green tea."

"Bohong, pasti ada yang kurang kasih masukan dong."

"Engga, gw seurius enak." Kenan melahap lagi donatnya.

"Nih gw gorengin kentang supaya lu kenyang. Lu kan jarang makan nasi."

"Tau aja.." Kenan tersenyum.

"Lagian kenapa sih sama nasi anti banget."

"Engga, gw ga anti malah sekarang-sekarang gw sering makan nasi."

"Kalo gitu ntar gw bikinin menu nasi buat lu."

"Apaan sih ga usah."

"Masih ga suka saos?ga suka mayonaise?"

"Kalo itu jelas gw masih anti." Kenan langsung melirik ke arah saos sebelah kentang gorengnya.

"Engga, itu saos tomat kok mau sekalian gw ambil kecap?" Canda Dinda.

"Engga perlu." Kenan kembali melahap makanannya.

"Ngomong-ngomong gimana istri lu?gw ga pernah liat dia main ke kantor lu."

"Gitu aja, dia kan juga punya restoran sendiri jadi ya ngurus usahanya juga."

"Oh..kuliner juga?"

"Iya sama kaya lu. Lu suka full time disini?" Kenan mengalihkan pembicaraan.

"Kadang sih tapi belakangan ini emang suka disini sampe malem. Kenapa emang?"

"Pantes kalo gw pulang malem mobil lu masih diparkiran."

"Lu suka lembur?"

"Iya lembur sendiri."

"Ya udah lemburnya disini jadi ditemenin." Perkataan Dinda tanpa sengaja membuat Kenan menatapnya.

"Maksud gw ditemenin sama makanan."

"Masa sama makanan doang." Kenan malah membalas perkataan Dinda dengan godaan.

"Maunya sama apa?"

"Hm...sama yang bisa ngomong."

"Nanti ga kelar-kelar lagi kerjaanya."

"Ga papa jadi besok lembur lagi." Kenan tambah berani untuk menggoda Dinda. Mereka pun mengobrol asyik sampai Kenan lupa waktu untuk kembali bekerja di kantornya.

***

Kenan melihat layar ponselnya yang menampilkan foto profil WhatsApp Dinda.

"Dia emang udah beda." Gumam Kenan kecil. Saat ini dia sedang di ruang kerjanya yang ada di rumah sementara Jesica sedang asyik dikamarnya menonton drama kesukaannya.

"Duh ngapain sih gw mikirin Dinda." Kenan segera menutup teleponnya dan kembali bekerja tapi dia masih saja kepikiran tentang Dinda. Ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk.

- Iya sayang.

- Mas ke atas.

- Iya, Mas ke atas sekarang.

Kenan segera merapikan mejanya dan menemui Jesica di kamar.

"Kenapa belum tidur?" Kenan menaikin tempat tidur dan berbaring disana.

"Mas nya lama, aku tungguin." Jesica ikut berbaring miring memunggungi Kenan.

"Ya udah tidur sekarang, jangan nonton drama terus." Kenan mengusap lembut rambut Jesica dan memeluknya dari belakang.

"Dedenya pasti udah tidur nih." Kenan mengusap juga perut Jesica.

"Besok aku ke restoran yang Mas..."

"Iya hati-hati."

"Mas anterin aku dulu kan?"

"Iya nanti Mas anter sama jemput. Janjian sama yang lain?"

"Iya kumpul-kumpul mau ngeledekin Dena."

"Jahil banget sih."

"Mas kita belum bikin nama loh buat bayi kita."

"Oh iya siapa ya harus siapin dua nama nih." Kenan mulai berpikir.

"Carabella bagus tuh kalo cewek."

"Kepanjangan sayang."

"Apa dong?"

"Nanti Mas cari-cari dulu kan artinya juga harus baik." Kenan lebih mengambil remote yang dipegang Jesica dan memagikan tv nya.

"Tidur ya.." Bisik Kenan dan dijawab anggukan. Kenan membiarkan lengannya menjadi bantalan Jesica sementara tangan satunya memeluk Jesica sambil mengelus perut sang istri. Sesekali Kenan mengecup punuk leher Jesica. Perlahan Kenan meraih ponselnya yang ada di nakas. Sebelum membuka ponselnya dia melihat ke arah Jesica untuk memastikan dia benar-benar sudah tidur. Dia mulai mencari icon Instagram dan langsung masuk ke akunnya. Dicarinya akun bernama Dinda dan memang sebelumnya mereka sudah saling follow. Beruntung akun tersebut tak terkunci, dalam akunnya banyak sekali menampak foto kebersamaan Dinda dengan teman-temannya, moment dia sedang masak sampai dia berfoto selfie. Tidak ada tanda-tanda dia berfoto dengan seorang pria membuat Kenan tanpa sadar tersenyum.

***