Pertengkaran dengan Bintang membuat Senja tidak tidur dengan lelap. Pertengkaran mereka membuat Bintang tidak pulang semalam. Senja menarik napas lelah mengingat apa yang sudah terjadi semalam. Bahkan Bintang tidak mengantar dirinya ke sekolah.
"Senja." Tepukan di bahunya itu membuat Senja keluar dari lamunannya.
"Apa sih Naya kalau aku serangan jantung gimana?" Sebel Senja.
"Hehe sorry deh Senja, lagian lo kenapa melamun di tengah jalan sih." Senja kembali diam, dia sadar semenjak kenal Bintang banyak kebohongan yang dia lakukan. "Senja."
"Eh enggak apa-apa kok. Ayok masuk." Senja menarik tangan Anaya mengajak gadis itu untuk segera masuk ke kelas.
Anaya diam mengikuti langkah Senja dalam diam. Lama mengenal Senja, dia sadar jika temannya itu menyembunyikan sesuatu. Anaya akan menunggu Senja sampai dia mau cerita. Anaya tidak akan memaksa Senja.
***
Wajah cantik otak encer membuat Senja selalu menjadi pusat perhatian kaum adam. Mereka melakukan beberapa cara untuk dekat dengan gadis polos itu. Senja tidak sadar jika para pemuda itu Ingin memiliki hubungan lebih dari teman dengan dirinya.
Kelin dan Anaya sebagai teman yang sangat peka hanya menarik napas dengan kelakuan Senja. Senja terlalu polos untuk tahu tatapan memuja itu, sudah kelas dua SMA dia bahkan belum pernah pacaran.
"Senja sepertinya Lando memperhatikan kamu." Kata Kelin.
"Lando itu yang mana?" Bingung Senja.
"Kapten basket yang baru." Anaya ikut menimpali.
Senja diam dia tidak tahu yang mana Lando. Matanya tengah mencari keberadaan Lando yang dimaksud oleh kedua temannya. "Senja."
Senja menoleh pada asal suara, dia menatap Lugu dia tidak mengenal siapa orang yang tengah menatapnya saat ini. Anaya dan Kelin saling melirik.
"Kemarin kamu menjatuhkan ini di lapangan basket." Dia tersenyum manis.
Senja mengambil ikat rambut yang diberikan Lando. itu ikat rambut yang dijatuhkan ketika sedang menonton latihan basket. "Oh terima kasih." Senja mengambil ikat rambut itu.
"Bukankah lo tidak mengenal Lando?" Bisik Anaya.
"Aku memang tidak mengenal Lando." Jawab Senja dan dapat didengar oleh si pemilik nama.
"Hay Aku Alando Saputra Kapten tim basket sekolah kita." Kenalnya.
"Alando, jadi dia Alando yang kalian katakan tadi?" Anaya dan Kelin hanya bisa menepuk jidat dengan kelakuan mereka. "Hay aku Senja, teman Anaya dan Kelin. Senang berkenalan denganmu."
"Aku tahu kamu Senja." Senja tersenyum manis.
"Wah benarkah? Apa aku terkenal?"
"Lando apa lo mau gabung sama kita?" Ajak Anaya mengalihkan pertanyaan tidak berbobot Senja.
"Bolehkah?"
"Tentu, Kitakan teman."
Alando tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Sudah lama dia menghayal duduk bersama Senja dan ini kesempatan yang dia miliki. Hal selangka ini akan membuat banyak hati yang kecewa tentunya. Duduk bersama Senja banyak yang menginginkannya.
"Kamu suka makan apa Senja?"
"Apa aja yang bikin kenyang."jawaban polos Senja sungguh menggemaskan di mata Alando.
"Hahaha kamu lucu."
"Aku tidak melawak." Santai Senja.
Anaya melirik Kelin, kedua sahabat Senja itu sudah mengerti dengan kondisi ini. Alando sedang mendekati Senja saat ini. Menurut mereka Alando adalah pemuda yang baik maka mereka akan memberikan kesempatan untuk mereka menikmati makan siang berdua.
"Ya ampun aku lupa ada rapat dengan anggota OSIS." Anaya memulai dramanya.
"Rapat? Aku juga ada rapat sama anak-anak Pramuka." Heboh Kelin. "Senja kami pamit untuk pergi bentar ya, kalau sudah makan lo langsung balik ke kelas aja."
"Iya Senja, maafkan kami." Sendu Anaya.
"Ya baiklah, lagian ada Alando kok. Kalian tidak perlu khawatir." Senja memasang senyum terbaiknya.
Alando yang mendengarkan pembicaraan mereka hanya menggelengkan kepalanya. kebohongan kedua sahabat itu terlihat sangat jelas. Namun, dia memilih diam, ini kesempatan yang bagus untuk berduan dengan Senja pasti dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka ini.
"Tenangah senja aman bersama gue, kalian bisa ikut rapat dengan tenang." Kata Alando.
"Oke gue pegang kata-kata lo awas kalau sampai sahabat gue kenapa kenapa gue hajar lo sampai mampus." Kata Kelin kasar.
"Tenang aja gue pasti jaga Senja baik-baik kok nggak akan lecet sedikitpun."
"Apaan sih aku itu bukan barang aku kan orang aku bisa menjaga diriku sendiri." Protes Senja cepat.
"Iya iya percaya deh Senja kan sudah dewasa, bisa menjaga diri sendiri."
"Ya sudah kalian pergi sana jangan sampai terlambat." usir Senja tanpa kerugian sedikitpun.
"Baiklah, kita titip sahabat kita."
"Oke tenang saja."
Setelah kelin Dan Anaya pergi, makanan yang mereka pesan tadi pun datang. "Wah makanannya banyak sekali, aku enggak akan sanggup menghabiskannya. Seharusnya mereka makan dulu tadi."
"Sudahlah, nanti aku bantu habiskan."
"Oke."
Alando tersenyum melihat Senja yang sangat semangat menghabiskan makanannya. Namun, Senja yang terlalu asyik tidak sadar jika ada tatapan tajam yang mengarah padanya. Bahkan banyak tatapan kebencian dari para gadis. Alando sendiri terkesan tidak peduli pada mereka semua.
Dengan tenang tanpa gangguan mereka menikmati makan siang. Ketenangan itu hanya berlangsung sesaat, sebelum gangguan yang tidak bisa di hindari menghampiri.
"Yo Lando apa kabar?" Senja sangat mengenal suara itu.
"Bang Bintang, ngapain ke sekolah Bang?" Sapa Alando akrab.
"Mau liat lo selingkuh sama cewek gue." Santai Bintang dan duduk di samping Senja.
"Haha bisa aja lo, itu apaan ijazah Bang?" Alando melihat berkas ditangan Bintang.
"Hn. Lo berdua pesan makan sebanyak ini?" Bintang memperhatikan makanan di atas meja.
"Ini makanan Anaya dan Kelin, cuma mereka buru-buru pergi untuk rapat." Senja memberanikan diri untuk menjawab. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman.
"Yok ikut makan sama kita." Ajak Alando.
"Oke." Alando hanya bisa tersenyum kecut karena dengan santainya Bintang ikut makan bersama mereka. Tatapan iri juga makin banyak pada Senja
***
Bintang menunggu Senja ditempat yang sedikit jauh dari sekolah. Dia telah menghubungi Senja dan akan menunggu di sini. Setelah beberapa Saat Bintang bisa melihat Senja yang tengah buru buru lari padanya.
"Maaf kak."
"Hn."
Tanpa banyak nanya Senja langsung naik ke motor Bintang. Bintang melaju dengan kecepatan sedang. Senja mulai sadar jika ini bukan ke arah apartemen mereka, tapi dia memilih diam dan ikut saja ke mana Bintang membawanya. Pertengkaran semalam membuat dia tidak ingin membantah Bintang. Bintang adalah orang yang menolongnya mungkin sudah saatnya dia ikut apa kata Bintang tidak membantah.
"Ayo turun!" Senja turun dan membuka helm dia menatap restoran yang bergaya kekinian itu.
Masih setia dengan diamnya hanya ikut ke mana Bintang melangkah. Entah mau makan di sini atau sekedar membeli makan siang, Senja tidak bertanya apapun.
"Pak Kesyan telah menunggu di dalam." Bintang hanya menganggukkan kepalanya.
"Ayo." Bintang menggenggam tangan Senja dan mengajaknya untuk masuk ke dalam.
Melihat kedua insan manusia itu Kesyan yang sudah berada di dalam tersenyum pada keduanya. Walaupun menerima usulan sang Paman Bintang tetap was-was dengan ide gila yang akan keluar dari mulut Kesyan.
"Jadi ini yang namanya Senja?" Senja tersenyum canggung. "Duduklah! Aku pamannya Bintang. Perkenalkan namaku Kesyan."
"Hallo paman saya Senja te...."
"....teman satu atapnya Bintang." Bukan hanya Senja tetapi Bintang juga ikut kaget dengan perkataan Kesyan.
"Paman!." Nada Bintang penuh dengan peringatan.
"Apa? bukankah tinggal satu atap tanpa ikatan bukan hal yang baik." Di tatap serius dan tajam oleh Kesyan, Senja hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Paman sudahlah itu ja...."
"....paman tidak ingin dibantah Bintang!" Seketika Bintang bungkam seribu bahasa. Kesyan kembali menatap Senja. "image Bintang itu sudah sangat jelek dia itu brandal tengik. Tapi dengan kehadiran kamu di apartemen dia makin membuat dia terlihat buruk." Bintang tidak suka dengan kata tajam itu tetapi dia tetap memilih diam.
"Maaf Paman saya akan segera keluar." Kata Senja tidak berani menatap Kesyan. Dia terlalu takut saat ini.
"Paman!" Sanggah Bintang tidak suka, ini bukan solusi yang dia mau.
"Apa kamu pikir dengan pindah semua akan kembali seperti semula? tidak Senja. Pandangan orang tidak akan kembali seperti semula. Kamu tidak boleh pindah!Jika kamu tidak ingin Bintang terus di cap buruk maka kamu harus menikah dengannya!" Tegas Kesyan, membuat Senja dan Bintang sama kagetnya.
"Paman, Senja tidak perlu mengikuti kemauan Paman. Ayo Senja." Bintang menarik tangan Senja.
"Apa kamu keberatan menolong orang yang telah menolong mu?" Senja diam. "Kamu senang hal buruk terus melekat padanya?" Keysan sangat lihai dalam menakan lawannya.
"Paman jangan mendesak Senja!" terlihat jelas Bintang tidak suka gadisnya ditindas dan itu makin menggemaskan di mata Keysan.
"Jika saya mau apa Kak Bintang mau?" Akhirnya gadis yang berada diantara keponakan dan Pamannya itu buka suara.
"Dia mau." Jawab Kesyan cepat.
"Paman Bi...."
"Ayo kita makan dulu. Silahkan kalian duduk lagi." Bintang menatap tidak suka, dia akan menyelesaikan hal ini nanti dengan Pamannya.
Kesyan sangat sadar tatapan keponakannya itu. Dia tahu jelas Bintang tidak setuju, tapi ini sudah menjadi keputusannya dan dia berjanji pernikahan itu akan tetap terjadi.
"Ini demi kamu Bintang" Bisik batin Kesyan.
***