Senja sangat gugup, saat ini mereka sudah memiliki status yang berbeda. Bintang Angkasa dalam beberapa menit tadi sudah resmi menjadi suaminya. Pernikahan mereka bukan pernikahan megah. Keduanya hanya menikah di kantor Urusan agama bahkan mereka belum memiliki buku nikah resmi. Mengingat umur yang belum cocok untuk menikah mereka belum tercatat secara resmi. Senja menarik napas lelah ketika mengingat pernikahannya.
"Nanti setelah mempelai perempuan lulus sekolah, kalian datang lagi ke sini untuk mendaftarkan pernikahan secara resmi." kepala KAU menjelaskan pada mereka.
"Iya baik Pak paham." Bintang menjawab santai walaupun hatinya sangat tidak santai dengan status baru mereka.
"Selamat atas pernikahan kalian semoga menjadi keluarga Sakina Mawaddah Warrahmah."
"Amin."
Ridho menatap keponakanya dengan terharu, di sana juga ada bibinya Senja yang langsung memeluk Senja. Sebenarnya dia tidak setuju dengan pernikahan ini. Dia ingin merawat Senja sendiri. Namun, mengingat anaknya sangat cemburu dengan Senja dan sang mertua yang memandang Senja sebelah mata mungkin menikahkan Senja dengan Bintang adalah hal yang terbaik.
"Kamu harus janji sama bibi kamu akan baik-baik saja." Senja menganggukan kepalanya.
"Sudah kamu jangan bikin Senja sedih di hari bahagianya." Kata Ridho meleraikan kesedihan yang diciptakan oleh sang istri. "Nia kamu benar-bener cengeng." Tambah Ridho.
"Kamu ngerti apa sih Mas." Kesal Nia dan melepaskan pelukan itu, dia menatap Ridho kesal.
"Makin jelek kalau nangis gitu." Ridho terus menggoda istrinya dan itu tidak luput dari penglihatan Bintang.Dia akan coba percaya ada keluarga yang bahagia dengan pernikahan.
"Apaan sih menyebalkan sekali." Ridho hanya tersenyum melihat kelakuan sang istri.
"Bintang." panggil Nia membuat Bintang kembali ke alam sadar.
"Iya Bibik." Bintang menatap Senja.
"kamu harus menjaga keponakan Bibik dengan baik, jangan sakit dia."
"Sebisa dan semampu Bintang akan selalu menjaga dan membahagiakan Senja." Mendengar perkataan Bintang, Kesyan merasa lega. Dia berharap sangat besar pada hubungan keduanya supaya bisa merubah kelakuan Bintang.
"Bibik pegang kata-kata kamu, oh ya habis dari sini kalian akan ke mana?"
"Kami akan menjenguk Papanya Senja." Kata Bintang.
Kesyan dan Amelia, memperhatikan Bintang dengan bangga. Keduanya selalu ingin melihat Bintang bahagia. Kini kehadiran Senja mereka berharap jika kebahagian yang menemani kehidupan Bintang bukan lagi kebahagian semu yang selalu dia rasakan. Kebahagiaan yang selalu hilang dalam genggamannya.
"Aku bahagia melihat Bintang bisa tersenyum." Ungkap Amelia.
"Sudah kamu jangan menangis, dia masih tidak ingin melihat Bunda Intan menangis." Mendengar kata Intan yang keluar dari mulut Kesyan, Amelia tersenyum tipis. Dari Bintang lah dia mendapatkan panggilan Intan itu. Intan adalah permata berharga dan akan selalu dia jaga.
***
Senja menangis melihat Papanya yang masih terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Berbagai alat medis terpasang di tubuh yang makin kurus itu. Menahan sesak di dadanya Senja berusaha tegar di samping Papanya. Bintang yang mengerti mendekat dan memeluk Senja, tangisan yang berusaha dia tahan pecah sudah. Melihat Senja yang menangis seperti ini Bintang ikut merasakan sakit.
"Om hari ini Bintang datang bukan sebagai teman Senja lagi atau penolong Senja. Hari ini Bintang datang dengan status sebagai Suami Senja. Om ah tidak Papah, Bintang harap Papah merestui hubungan kami dan Bintang janji akan jaga Senja semampu Bintang." Senja makin erat memeluk Bintang ketika mendengar perkataan Bintang pada Papahnya.
Senja melepaskan pelukannya Bintang, lalu membalikan tubuhnya dan menatap tubuh Papanya. "Pah, Senja yakin Kak Bintang akan membahagiakan Senja.Tadi sebelum kami menikah Senja juga sudah mengenalkan Kak Bintang sama Mamah. Pah pilihan Senja tampan kayak Papah kan? Pah restui kami." Air mata itu menetes melewati pipi tubuh yang tidak bergerak itu.
"Lihat, Papah mengeluarkan air matanya. Papah pasti bahagia dengan pernikahan kita." Bintang kembali menarik Senja dalam dekapannya.
"Pah jangan khawatir pada Senja lagi, sekarang Senja sudah ada pelindung." Bintang mengecup kepala Senja, berusaha menenangkan gadis itu.
***
Muka Senja, mendadak sangat merah. Kini mereka telah kembali ke apartemen setelah makan malam dengan keluarga. Merayakan hari pernikahan mereka. Ini bukan alergi, tetapi dia terlalu malu dengan status barunya kali ini. Dia masuk ke apartemen kali ini sebagai istri dari sang pemilik. Itu sudah sangat menganggu pikirannya.
"Kamu istirahatlah di kamar biasa!" Bintang tersenyum, senyum yang sangat jarang terlihat.
"Kakak tidur di mana?"
"Sofa." Bintang melirik sofa yang berada di depan pintu.
"Hmm pasti enggak nyaman tidur di situ. Kitakan sudah nikah...Kakak tidur sama Senja aja." Senja tidak berani menatap bagaimana ekspresi Bintang mendengar perkataannya.
"Bareng lo?" Bintang memastikan pendengarannya.
"Iya...asal kakak jangan macam-macam."
"Yaudah." Tanpa pikir panjang Bintang menerima ajakan Senja. lagian tidur bersama juga bukan hal yang salah untuk mereka. Iman Bintang saja yang yang harus kuat.
***
Melalui cermin Senja melirik Bintang yang sibuk dengan ponselnya. Sedangkan gadis itu tengah menyisir rambut panjangnya. Kedua makhluk beda jenis itu tengah menenangkan hati mereka.Bagaimana pun ini pertama kalinya mereka satu kamar.
Tiba-tiba suara dering ponsel Senja memecahkan keheningan yang tercipta diantara mereka. "Telepon dari Naya." Bintang melirik ponsel yang terletak di sampingnya.
"Ah iya." Belum sempat Senja menerima telpon itu. Suara dering ponselnya sudah mati. Kini malah deringan Ponsel Bintang yang terdengar.
"Tumben?" Bingung Bintang dan dia menggeser gagang warna hijau. "Apa?"
"Lo di mana?" Samar-samar Senja mendengar suara perempuan yang menelpon suaminya itu.
"Rumah sama istri gue." Jantung Senja seakan berhenti berdetak mendengar perkataan Bintang yang sangat santai itu. Bintang yang acuh melirik Senja sebentar, dia bisa melihat jika gadis itu protes.
"Lo jemput gue di depan sekolah!" Rengekan itu membuat Senja tidak suka.
"Lah ngapain lo jam segini depan sekolah? nyamar jadi mbak kunti lo?" Heboh Bintang.
"Bangsat kalau ngomong pakek otak. Cepat lo jemput gue!" nada perintah itu kembali terdengar.
"Sorry ya gue lagi sibuk. Pulang aja diri." Bintang mematikan ponselnya.
Tanpa menatap Senja, Bintang kembali sibuk dengan ponselnya. Senja yang tidak tahu harus melakukan apa hanya diam. Lagian dia bukan maksud mendengar pembicaraan Bintang. Tapi suara ponsel Bintang memang keras dan dia bisa mendengar pembicaraan itu.
"Jar, di mana lo?" Kali ini telinga tajam Senja hanya mendengar suara bising musik di seberang sana. "Geser dulu jing! asyik benar lo remas pantat montok."
Senja melotot mendengar perkataan Bintang. Bintang yang sadar dengan tatap Senja hanya menyenggir. "Bangke lo. Paan dah telpon gue? mau nyusul?"
"Lo jemput adek gue depan sekolah!" Mendengar perkataan Bintang membuat hati Senja lega.
"Kenapa gue jing? baru juga gue tiba di club." Protes Fajar tidak terima.
"Ya kali gue suruh Garu, yang ada adik gue dibawa ke hotel sama dia." Senja makin penasaran dengan kehidupan Bintang. Dia tidak tahu seperti apa laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu.
"Tapi Tang...."
"Makasih ya. Gue mau iya iya dulu ma bini gue ." Bintang dengan cepat memotong perkataan Fajar yang ingin protes.
"Setan." Maki Fajar kesal.
Setelah mematikan sambungan telponnya dengan Fajar, Bintang melirik Senja yang sibuk dengan ponselnya. Terlihat Senja tengah mengetik pesan. "Kak Bintang."
"Hn?" respon pemuda itu saat ini dia tengah memejamkan matanya.
"Teman-teman Kakak tahu Kakak udah nikah?" sudah Bintang duga jika Senja akan bertanya tentang ini.
"Enggak kok. cuma candaan seperti itu udah sering bagi kita." jelas Bintang.
"Ohh."
"Lo lagi chatting sama siapa?" kepo Bintang dengan aktifitas sang istri.
"Balas pesan Anaya. katanya dia masih di sekolah. Belum ada yang jemput. Kasian banget." sendu Senja dengan keadaan sahabatnya. "Oh ya, adeknya Kak Bintang masih sekolah juga kan? Biar Senja bilang dulu."
"Tunggu!" Cegat Bintang. "Sebenarnya ada yang mau gue bilang sama lo." Bintang menatap Senja.
"Apa kak?" penasaran Senja.
"Nih, yang telpon gue tadi." Senja melihat layar ponsel Bintang.
Melihat ekspresi terkejut Senja membuat Bintang gemas sendiri. "Anaya?"
"Gue serah lo sih...kalau mau jujur sama Anaya juga iya kalau enggak juga enggak masalah. intinya Anaya adek gue. tepatnya sih gue kenal sama Anaya di panti." Jelas Bintang panjang lebar tentang dia dan Anaya.
"Pantas saja Anaya berani maki-maki Kakak." polos Senja dan lagi-lagi Bintang gemas dibuatnya. "Senja baru tau kalau Naya itu dari panti."
"Naya di adopsi sama keluarga Batara. dan dia diperlukan layaknya princess sama keluarga itu." cerita Bintang sekilas tentang siapa Anaya.
"Kakak sendiri diadopsi keluarga Paman Kesyan?" Bintang diam mendengar pertanyaan polos yang keluar dari mulut Senja.
"Ya begitulah. hmm ayo tidur gue lelah banget hari ini." Bintang mengalihkan fokus istrinya itu.
"Iya. selamat malam Kak Bintang."
"Selamat malam."
***