Chereads / Bintang Angkasa / Chapter 6 - Chapter 06

Chapter 6 - Chapter 06

Keadaan canggung mengiringi langkah Bintang dan Senja yang tengah pulang ke apartemen. Pembicaraan dengan Kesyan tadi masih menganggu pikiran mereka. Bintang berat menerima keputusan Kesyan karena dia tidak ingin memaksa Senja dan juga terlalu takut mereka akan saling menyakiti. Sedangkan Senja masih bingung sendiri walaupun dia telah menerimanya.

"Bintang...woi.... Bintang." Panggilan itu membuat Senja dan Bintang tertarik ke alam nyata. "Berhenti dulu ba**sat!"

Bintang tidak langsung berhenti dia melirik dari spionnya siapa yang sudah menyadarkan dia dari alam pikirannya. Mungkin dia harus mengucapkan terimakasih karena sudah menyelamatkan nyawa dia dan Senja. Namun, jika itu musuh dia harus menghindar dulu.

"Leon?"

"Woi berhenti lo!"

Perlahan Bintang menepi motornya. "Bentar ya."

Bintang membuka helm dan turun dari motornya. "A***g lo, mentang-mentang lagi bawa bini lo ngindar dari gue." Mendengar kata 'bini' yang keluar dari mulut Leon membuat rona merah muncul di pipi keduanya.

"Lo Kenapa ada di wilayah sini?" penasaran Bintang dengan kehadiran salah satu anggota geng Cobra.

"Ah tadi ada tauran sama geng Naga hitam, gue kabur pas ada polisi." Kata Leon dengan santainya. "Bos gue nginep di apartemen lo ya? Malas pulang ke rumah, jauh." Tambah Leon santai.

"Kagak, gue malas ladenin orang yang baru pulang tauran." tolak Bintang cepat.

"Lah kenapa? lo insyaf?"

"Dah lo balek sana!" Bintang langsung melangkah kembali ke motornya dan tanpa pamit dia meninggalkan tempat itu.

"Bos, gue gimana?" Bintang melambaikan tangannya tidak peduli dengan Leon.

Senja dengan muka kasian menoleh kebelakang menatap Leon yang tiba-tiba menyengir dan melambaikan tangannya pada Senja. Kehadiran Senja mungkin membuat Leon penasaran dengan wajah cantiknya yang tertutup helm.

"Pelit banget punya bos. Enggak diizin nginap di tempatnya sih enggak masalah tapi gue penasaran sama wajah ceweknya diaaaa." Kesal Leon, percuma dia kejar Bintang tapi targetnya hilang dalam genggaman.

***

Senja turun dari motor milik Bintang, melihat tatapan tidak bersahabat itu membuat mereka mengurungkan niat untuk tidur satu atap malam ini. Senja menatap iba Bintang yang harus pergi meninggalkan tempatnya lagi malam ini.

"Kakak hati-hati di luar." terlihat jelas Senja merasa bersalah dengan apa yang tengah mereka alami saat ini.

"Paling gue ke rumah paman Kesyan jadi lo enggak usah khawatir." Bintang mengacak-acak rambut Senja.

"Hmm, selamat malam."

"Selamat malam, jangan lupa tutup jendelan yang rapat. Jangan tidur di luar, jangan bergadang." nasehat Bintang membuat Senja tersenyum karena perhatian kecil itu.

"Iya Kak Bintang." Dada Senja terasa hangat ketika kata-kata penuh perhatian itu terucap dari mulut Bintang.

***

Senja masih memikirkan tentangga dan satpam aparteman Bintang, mereka seakan memandang keduanya sangat menjijikan. Usulan menikah yang dibilang Kesyan mungkin harus mereka lakukan untuk menjaga nama baik keduanya terutama Bintang. Namun, Bintang yang tidak memberikan jawaban membuat Senja bingung.

Ting....

Senja membuka pesan yang baru saja dia terima. Senja tersenyum membaca isi pesan yang dikirimkan Bintang. Pemuda yang sudah menolongnya itu seakan tahu apa yang tangah dipikirkan Senja.

"Ya apa yang dibilang Kak Bintang benar. Aku tidak usah memikirkan hal itu dulu. Lebih baik saat ini fokus sama sekolah dulu."

Dilain tempat Bintang tersenyum melihat ponselnya. Malam ini lagi dia kembali ke club malam untuk menikmati alunan musik dan meminum seteguk minum keras untuk menenangkan pikarannya. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran Pamannya yang dengan gampang menyuruh dia menikah dengan Senja. Padahal Bintang sangat takut dengan sebuah pernikahan, dia takut jika dia dan istrinya nanti akan menyakiti anak mereka. Bintang adalah korban dari keluarga yang tidak harmonis.

"Bos lo udahan minumnya, Lihat sudah seberapa banyak." Kesal teman Bintang.

"Lepas gue mau seteguk minuman." Bintang mendorong tangan yang menghalanginya.

"Seteguk mata lo copot, noh lo liat sudah habis 3 botol. Itu enggak baik untuk kesehatan lo setan." Kesal Angga.

"Lepas!"

"Lo kenapa sih Tang?"

"Sialan." Bukan menjawab Bintang malah mendorong Angga.

"Woi lo mau kemana?" Garu berteriak kesal, melihat Bintang pergi begitu saja. "kebiasaan tu bocah."

"Jaga jarak sama gue." Mereka langsung bungkam dan membiarkan Bintang pergi sendiri.

"Apa enggak apa dia sendiri?" Satria khawatir pada sahabatnya itu.

"Gue rasa dia cukup sadar untuk tidak melecehkan anak gadis orang." Mendengar perkataan Fajar mereka menganggukan kepala setuju.

Bintang yang berlalu tanpa kata itu menarik napas lalu pergi tanpa arah. Dia tidak tahu cara apa yang harus dia gunakan untuk menenangkan kepalanya. Bahkan mabuk saja dia masih ingat dengan jelas permintaan Kesyan. Setelah berkeliling tidak jelas dengan keretanya dia berhenti di depan pati asuhan. Dengan langkah gontai dia berjalan ke depan pagar dan memenjan santai. Bintang tidak ingin menganggu siapapun dan pada akhirnya dia memilih untuk diteras panti asuhan.

***

"Bundaaaa." Teriakan itu membuat Amelia langsung berlari ke teras depan.

"Ada apa Adit?"

"Bang Bintang Bun." Tunjuk Adit.

Amelia jongkok di pinggir Bintang dan membangunkan pemuda itu, aroma alkohal tercium di tubuh Bintang. Hal ini membuat Amelia sangat marah. "Bintang.... Bintang bangun kamu!" Nada lembut itu digantikan dengan nada tegas yang penuh dengan amarah yang di tahan.

"Selamat pagi Bunda." Bintang yang belum sepenuhnya sadar menyengir melihat Amelia.

Tanpa mengatakan apapun Amelia pergi meninggalkan Bintang. Bintang yang sadar dengan kesalahannya hanya meringis.

"Senang banget buat Bunda marah." Bintang melirik sekilas pemilik suara.

"Diam lo!" Dengan gusar Bintang berlari mengejar Amelia.

"Bunda, Abang minta maaf Abang terlalu banyak pikiran." Bintang berusaha membujuk Amelia.

"Sana kamu mandi!"

"Setelah mandi Bunda maafkan Abang ya." Amelia tidak menjawab dia barlalu begitu saja, Bintang menarik napas lelah dan berlalu ke kamar mandi.

Amelia yang menyibukan dirinya untuk menyiapkan sarapan pagi, melirik Bintang yang masuk ke kamar yang biasa dia tempati bersama adik-adik Pantinya. "Sebenarnya apa yang terjadi ya?" Bingung Amelia.

"Coba kamu telpon Kesyan mungkin dia tahu." Amelia mengangguk setuju dengan usulan temannya itu.

Di lain sisi Kesyan tengah menyisir rambutnya, pagi ini dia menyiapkan diri untuk ketempat kerja. Masalah Bintang akan dia lupakan sejenak. Walaupun dia sangat berharap Senja dan Bintang menikah tetapi dia tidak bisa memaksa keduanya.

Dreet..

.

"Siapa yang menelpon?" Kesyan mengambil ponselnya dan wajah cerah langsung terukir ketika dia melihat nama si penelpon. "Hallo."

"..."

"Kenapa Mel?"

"..."

"Aku menyuruh dia menikahi temannya."

"..."

"Tidak...tidak jangan salah paham, dia tidak melakukan hal itu. Aku hanya melihat jika gadis itu bisa mengurangi kebandelan Bintang."

"..."

"Iya aku tahu Bintang trauma dengan pernikahan Papa dan Mamahnya, tapi aku rasa bersama Senja dia akan bahagia."

"..."

"Makasih sudah mau membantu."

Amelia mematikan telponnya dengan sendu dia menatap kearah Bintang yang baru selesai mandi. Pemuda itu melakukan mandi ekspresnya. Ketika Bintang melangkah kearahnya Amelia langsung melihat kearah lain. "Bunda."

"Kenalkan calon istri kamu sama Bunda!" Mendengar perkataan tiba-tiba Amelia, Bintang langsung kaku. "Paman kamu sudah cerita."

"Bunda, kalau menikah apa kami akan bahagia?" jelas ada keraguan dan ketakutan di hati Bintang.

"Sebelum suami Bunda meninggal, Bunda sangat bahagia. Tidak semua pernikahan itu berakhir dengan tidak bahagia. Kamu mau melindungi gadis itukan?" Amelia berusaha memberi pengertian pada Bintang jika dia tidak perlu takut.

"Iya, Bintang tidak ingin melihat dia menangis dan menderita."

"Nikahi dia dan kalian bahagia bersama-sama. Kamu akan punya hak lebih untuk membahagiakan dia." Bintang diam. "Bunda akan mendukung apapun keputusan kamu." Tambah Amelia.

***

Setelah tiga minggu berlalu dengan sangat cepat bagi mereka, kini dengan berani Senja membawa Bintang untuk bertemu dengan Pamannya. Di sana juga terlihat Amelia dan Kesyan yang ikut dalam pertemuan itu. Muka Senja sudah sangat memerah dia tidak pernah membayangkan jika dia akan sangat cepat berada di posisi ini. Bintang yang sangat mudah menaklukan jalanan juga terlihat sangat gugup. Dia sudah beberapa kali menyeruput jus alpukat.

"Jadi apa ini pertemuan keluarga?" Perkataan santai itu membuat mereka berdua makin tegang.

"Maaf sebelumnya jika ini terkesan buru-buru. Hmm Bintang hanya ingin menjaga Senja. Saat ini mereka tinggal satu atap. Itu bukan hal yang baik dilihat orang." Kesyan mulai membuka pembicaraan mereka.

"Senja kamu...." Paman dari Senja itu terlihat terkejut mendengar perkataan Kesyan.

"Tidak tuan jangan salah paham dengan Senja, mereka tidak melakukan hal yang buruk. Jika anda tidak percaya kita akan liat hasil tes pranikah nanti." Kesyan dengan sangat tegas menaruh kepercayaanya kepada Senja.

Ridho paman dari Senja itu, mendengar penjelasan dari Kesyan. Dia ikut bahagia ketika mendengar ketika keponakannya akan dijaga dengan baik oleh seseorang. Dia tidak akan punya banyak waktu untuk Senja karena telah berkeluarga. Namun, kehadiran Bintang dia berharap sangat banyak pada Bintang untuk dapat menjaga keponakannya yang selalu menderita.

"Baik setelah mendengar semuanya saya setuju dengan pernikahan ini dan saya akan menikahkan Senja untuk Bintang." keputusan yang keluar dari mulut Ridho membuat mereka lega.

"Terimakasih paman." Senja tersenyum tipis.

Kesyan melirih keponakannya, dia bisa melihat jika ada kelegaan di mata Bintang tetapi terlukis ketakutan di wajah Senja. Ini hal yang wajar, dia akan menikah dengan orang yang baru dia kenal. Namun, Kesyan sangat yakin jika mereka berdua akan bahagia.

"Semua ini keputusan yang terbaik dan tidak terlalu cepat." Ujar batin Senja.

***