Vote sebelum membacašš
.
.
Sarapan kali ini Sophia sangat bahagia, dia ditemani dua orang yang disayanginya. Malam tadi Edmund ikut menginap dengannya karena mengkhawatirkan Sophia.
Setelah insiden semalam Edmund tidak berhenti mengejeknya. Bahkan ketika hendak tidur, Edmund terus saja menggodanya hingga Sophia hampir menangis. Perempuan itu berakhir tidur dalam dekapan suaminya yang tidak berhenti minta maaf karena menggodanya.
Namun, saat bangun di pagi hari Sophia mendengar suara tawa Edmund dan Martina. Dia mendengar apa yang mereka bicarakan, tentang kebodohannya semalam. Mereka tertawa lepas dan membuat Sophia mengerucutkan bibir sepanjang pagi.
"Berhenti mengejekku," ucap Sophia dengan kesal.
"Maaf, Sophie, tapi kau sangat lucu." Martina mengusap air mata yang hampir menetes karena tertawa.
"Aku tidak bisa berpikir jernih saat mengandung."
Edmund mengangkat alisnya. "Oh, benarkah?"
"Iya, benar. Aku tidak bernafsu lagi untuk sarapan," ucap Sophia meninggalkan meja makan, dia masuk ke kamar untuk merias wajah.
"Bagaimana pernikahan kalian?"
"Baik, Sophia mulai menerima pernikahan ini," ucapnya menyuapkan roti yang dibuatkan Martina.
"Bagaimana denganmu, Nak?"
"Aku mencoba membuka hatiku untuknya."
"Jaga mereka baik-baik, hanya kau yang bisa melakukannya," ucap Martina sembari berdiri lalu mengusap bahu Edmund.
Setelah selesai sarapan, Edmund menunggu Sophia di kursi panjang yang ada di halaman depan. Hingga beberapa menit terlewatu, Sophia akhirnya keluar dari rumah memakai pakaian formal untuk bekerja.
Semalam Edmund juga membawa pakaiannya dan Sophia cukup banyak, dia sengaja menyimpan di rumah Martina, karena Edmund tahu istrinya pasti akan sering menginap di sana. Dan dia tidak ingin berjauhan dengannya apalagi kondisinya sedang mengandung buah hatinya.
"Di mana, Ben?" Sophia mengedarkan pandanga. Dia hanya melihat mobil milik Edmund dengan Nicholas yang menyetir.
"Kita akan berangkat bersama," ucap Edmund menarik pelan tangan istrinya untuk mengikutinya masuk ke dalam mobil.
Sophia tidak menolak, dia masuk saja kedalam mobil yang sama dengan suaminya. Apalagi kini dia secara tiba-tiba merindukan aroma suaminya, beruntungnya dia Edmund ada di sampingnya.
Perjalanan sangatlah hening, hanya terdengar suara mesin mobil dan kendaraan lain dari luar. Edmund sibuk dengan ponsel, dia melupakan istrinya yang sekarang sudah cemberut karena kesal.
Tidak ingin kalah dari sang suami, Sophia mengambil ponselnya yang ada di dalam tas. Dia menghela nalas pelan saat tidak mendapatkan notifikasi apa pun, membuatnya bertambah kesal saja.
Tiba-tiba perut Sophia terasa sakit, dia memegang perut dan mengusapnya pelan. Ini bukan sakit perut biasa, ini sakit perut ingin ke kamar mandi. Sebelum Edmund datang semalam, Sophia makan mie instant dengan cabai yang menyebabkannya merasakan mulas sekarang
Sophia ingin menyuruh Nich menghentikan mobil, tapi dia terlebih dulu buang angin dengan suara kecil.
Matanya membulat.
"Sial! aku buang angin," batinnya berteriak tidak percaya.
Dia berdoa dalam hati semoga Edmund tidak mendengar. Sophia melirik suaminya yang masih terfokus pada ponsel, membuatnya tenang karena dia pikir Edmund tidak menyadarinya.
Rasa panik itu bertambah saat bau tidak sedap memasuki hidung setiap orang yang ada di dalam mobol. Ini bau telur busuk. Keringat Sophia bercucuran saat suaminya berhenti memainkan ponsel dan mengendus bau itu.
"Nicholas kau kentut?!" Sophia mengeluarkan suara dengan cepat saat Edmund mulai mengendus ke arahnya.
"T-tidak, SeƱora." Nich menggelengkan kepada. Dia juga mengendus bau ini sejak tadi, hanya saja Nicholas memilih diam agar tidak mempermalukan salah satu majikannya.
"Carilah tempat yang bagus untuk buang angin, Nicholas," ucap Sophia berpura-pura memainkan ponsel.
Edmund menggelengkan kepala, dia membuka kaca mobil untuk menghilangkan aroma bau kentut.
Perjalanaan kembali hening hingga mereka sampai di parkiran pribadi Edmund.
Saat turun dari mobil, Sophia terburu-buru hendak lari. Namun, tangannya terlebih dahulu ditahan oleh Edmund.
"Mau ke mana?"
"Tentu saja bekerja, lepaskan aku," ucap Sophia dengan kesal, dia ingin sekali mendorong Edmund dan berlari ke kamar mandi untuk menuntaskan masalahnya.
"Tidak usah terburu- buru, ayo kita ke ruanganku dulu."
"Tidak mau, lepas!"
"Baik, baik, tapi jangan sampai kelelahan, ya?"
Sophia mengangguk keras. "Iya, aku tahu, sekarang lepas."
"Dengar, jika ada salah satu dari mer-
"Astaga, Edmund, lepaskan aku! Aku mau poop!" Sophia membungkam mulutnya saat sadar apa yang diucapkannya.
Nicholas yang baru saja keluar dari mobil tersenyum.
"Carilah tempat yang bagus untuk buang angin, SeƱora" ucap Nicholas tegas dan dihiasi nada gurauan hingga Edmund tertawa.
Sophia menghempaskan tangan suaminya, sakit perutnya semakin menjadi-jadi. Doa berlari kecil menuju kamar mandi.
"Tu esposa es muy Ćŗnica, SeƱor, (Istri yang unik, Tuan.) " ucap Nicholas sambil menahan tawanya.
"Begitulah." Edmund tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam, dia disambut sapaan dari bawahannya.
Sophia yang sudah menuntaskan masalahnya itu mendesah lega, dia merapikan panampilan di depan cermin. Suara ponsel menghentikan gerakannya sesaat, dia membuka tas untuk mengambil ponselnya.
08.01 A.M
Edmund : Apa kau baik-baik saja?
Sophia mendengus, dia segera mengirim pesan balasan.
08.02 A.M
To : Edmund
Me : Ya, aku baik-baik saja. Perutku juga.
Dia segera memasukan ponselnya ke dalam tas, Sophia tidak ingin membaca balasan dari Edmund yang pasti mengejeknya. Pria itu sekarang suka sekali mencari kesalahan Sophia lalu membuatnya sebagai bahan lelucon. Dan itu membuatnya kesal.
Saat Sophia keluar dari lift, dia melihat Nicholas yang sedang berbicang dengan orang lain. Mengingat kejadian di mobil membuat Sophia malu, tapi akan lebih memalukan jika dia tidak meminta maaf.
Dirinya melangkah mendekati Nicholas, menghela nafas dalam sebelum memanggil pria tua yang telah selesai bicara itu.
"Nicholas," panggil Sophia dengan pelan hingga pria tua itu tidak mendengarnya.
"Nicholas." Sophia menepuk pelan punggungnya, tapi dia masih diam sambil menunduk menatap ponselnya.
"Nicholas!" Teriaknya dengan tangan menepuk lebih keras.
Nicholas terperanjat, dia membalikan badannya. "SeƱora, ada apa?"
"Hmm...,begini...." Sophia menghela napasnya dalam. "Aku ingin minta maaf atas kejadian di mobil tadi. Aku tidak berniat menuduhmu, kata itu keluar begitu saja dari mulutku."
Nicholas tertawa hingga keriputnya terlihat lebih jelas. "Tidak apa-apa, SeƱora. Saya mengerti, anda ingin terlihat baik di depan Tuan Edmund."
Dia mengangguk setuju. "Ya, memang, aku ingin terlihat sempurna di depannya."
"Anda lebih dari sempurna, SeƱora. Lepaskan saja, jangan ditahan."
Mengerti dengan ucapan Nich membuatnya tertawa. "Baiklah, aku pergi dulu." Dia melangkah lebih dulu.
***
ig : @ALZENA2108