Nenek Hansa tidak mau mengaku kalah, setiap kali berada dalam posisi terdesak,
dia selalu menambah level ilmu nya.
dia selalu meneriakkan level ilmunya,
dari level satu sampai kini mencapai
level tujuh.
Demikian juga dengan kakek huntelar
berkepala botak, selalu berada dalam
tekanan oleh seorang anak muda membuat kakek huntelar semakin panas. dia juga menambah level ilmu nya, dengan berteriak-teriak. dari level satu sampai kini juga telah mencapai level tujuh.
Phoenix dengan tenang dan kalem, ikut menaikkan level ilmunya tanpa gembar-gembor apalagi berteriak-teriak.
dan sampai saat ini, dua orang tua itu, selalu kewalaha menghadapi kehebatan Phoenix.
Rayna yang melihat kehebatan Phoenix, selalu bertepuk tangan dengan pandangan penuh kagum kepada Phoenix setiap kali Phoenix berhasil membuat lawan nya keteteran. suatu saat, nenek Hansa nampak mundur ke belakang.
"Kau benar-benar membuat aku, si nenek tua, tidak punya pilihan lain."kata nenek Hansa sambil mendelik ke arah Phoenix.
Nenek Hansa kemudian mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan berteriak.
"PUKULAN MEGA MENEMBUS LANGIT
LEVEL 9."
Setelah itu, nenek Hansa menoleh ke arah
Huntelar botak tua dan berkata,"Wanggo, keluarkan kemampuan terbaik mu.
Kita habisi bocah sombong ini."
Kakek botak Huntelar yang ternyata bernama,
Wanggo itu langsung menurut. dia kemudian melakukan gerakan-gerakan dengan tangan nya dan berteriak," LINGKARAN PENEMBUS SUKMA LEVEL 9."
Cahaya lingkaran di tangan kakek huntelar yang bernama Wanggo ini kini berwana coklat
pekat dan mengeluarkan bunyi mendesing,
tanda kuat dan hebat nya ilmu yang sedang dipersiapkan nya itu.
"Jangan gegabah! ingat! level ilmu yang akan kalian gunakan ini, bisa berakibat buruk bagi kalian. kalau kalian ketemu orang yang memiliki ilmu dan level yang bisa mengalahkan kalian."kata Phoenix kalem sambil membuka telapak tangan nya.
"Hehehe, Aku tidak yakin kalau kau bisa keluar dengan selamat dari sini. aku dan Wanggo akan memastikan kehancuran mu,"kata nenek Hansa sambil ketawa dingin.
"Ya benar. aku juga tidak yakin, semuda kau ini, bisa mencapai level 9 dari ilmu tapak rembulan menyinari bumi. bahkan si tua Rukan, baru mencapai level 9, beberapa tahun yang lalu, si tua Rukan, membutuhkan waktu sekitar 10 tahun cuma untuk mencapai kenaikan level satu tingkat saja ke level 9,
dari sebelumnya level delapan. karena itu, aku tidak yakin akan kemampuan mu. paling tinggi, kamu itu cuma mencapai level delapan."kata Wanggo sambil melangkah maju dan siap menyerang Phoenix.
"Jangan jumawa! ingat! kalau dugaan kalian salah, kalau ilmu ku sudah mencapai level 9
atau lebih. maka, kalian lah yang akan menerima akibatnya."jawab Phoenix masih tetap kalem.
Tanpa terasa, Lindsay dan Rayna berpelukan erat dalam perasaan cemas. mereka sama-sama kuatir akan keselamatan
Phoenix.
"LIHAT SERANGAN!!!" teriak nenek Hansa sambil menyerang Phoenix. tubuh nenek Hansa langsung diselimuti oleh awan-awan putih yang membungkus tubuhnya.
Kakek Wanggo tidak mau kalah. diapun langsung menyerang Phoenix dengan serangan lewat lingkaran coklat pekat di tangannya.
WUSSS...
PAKKK....BRERRR
BRURRRR...
Terdengar suara-suara ribut saat ke tiga nya
bertempur dan saling mengadu ilmu. kadang-kadang terlihat gumpalan awan yang mengelilingi alam pertarungan. kadang terlihat lingkaran coklat pekat yang mendominasi. suara-suara pertarungan kian lama kian memekakkan telinga. apalagi bagi rombongan team pencari plus Rayna yang tidak mengerti kungfu kuno.
Kadangkala , Rayna terlihat memejamkan mata karena tidak sanggup mengikuti jalannya pertarungan di bawah sana, tiba-tiba, terlihat sebuah pemandangan yang luar biasa.
Wanggo nampak terlempar seperti layang-layang putus talinya. Wanggo jatuh berdebum ke tanah. dengan darah segar muncrat dari mulutnya.
Sementara nenek Hansa, terlihat terhuyung-huyung ke belakang. sambil memegang dadanya. darah segar nampak muncrat dari mulut nya.
"Kau...kau....bagaimana mungkin kau bisa
sehebat ini. level berapa yang kau gunakan tadi, untuk mengalahkan aku dan Wanggo."
kata nenek Hansa dengan mimik sangat
penasaran.
"Kalian tak perlu malu. karena kalian telah
dikalahkan oleh tapak rembulan menyinari bumi level 10."kata Phoenix yang keluar dari pertarungan tanpa luka sedikitpun.
"Bagaimana mungkin? Seorang muda bisa mencapai level 10? bagaimana mungkin?"
kata nenek Hansa sambil menggoyangkan kepalanya.
"Anak muda sekarang lebih maju dari yang dulu. kalian hanya tidak tahu saja. bahkan
ada anak muda lainnya yang kemampuan nya
melebihi kemampuan ku."kata Phoenix tenang. tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, nenek Hansa yang kemudian disusul
oleh Frence langsung masuk ke dalam pintu terbuka yang kemudian segera menutup lagi.
Phoenix mencoba mencari keberadaan Wanggo tapi ternyata Wanggo telah menghilang. Mora langsung berjalan ke arah Phoenix. Lindsay masih terdiam di tempatnya berdiri. dia tidak mau mendekati Phoenix
walaupun Rayna mencoba menarik nya untuk mendekati Phoenix.
Dalam hati nya, Lindsay masih sakit hati,
karena Phoenix pernah meninggalkan nya
begitu saja. pada delapan bulan yang lalu.
sehingga walaupun Phoenix sekarang ini
muncul sebagai dewa penolong nya namun Lindsay belum ingin berjalan mendekati Phoenix.
Melihat hal itu, Rayna akhirnya berlari turun untuk mendekati Phoenix,"Hallo...Aku Rayna, temannya Lindsay." kata Rayna sambil mengulurkan tangannya kepada Phoenix.
Mora langsung mendengus dengan lagak tidak senang disebelah Phoenix.
"Aku tahu siapa kamu. engkaulah yang membuat Lindsay terlibat dalam masalah ini."
kata Phoenix sambil meninggalkan Rayna.
Sikap Phoenix yang seperti menyalahkan nya,
membuat Rayna yang pada dasarnya adalah
cewek manja dalam keluarga nya dan cewek agak angkuh dan tidak mau mengalah dalam
lingkungan perusahaan ayahnya yang
memiliki ribuan karyawan itu, menjadi kesal tapi mengingat Rayna ingin sekali belajar kungfu kuno dari Phoenix, membuat Rayna terpaksa menekan rasa kesal di hati nya.
"Maafkan aku Phoenix. maafkan aku."
"Sudah lah. baiklah aku ingin tahu sekarang.
nengapa kau bisa sampai ke pulau sunyi ini?"
tanya Phoenix yang sikapnya mulai melunak ke Rayna.
"Akhir-akhir ini, aku memang suka sekali bela diri. suatu hari aku diajak teman untuk melihat pertandingan tinju ilegal yang memperebutkan hadiah ratusan juta. awalnya aku melihat seorang juara yang katanya tak terkalahkan selama bertahun-tahun dalam dunia tinju ilegal di Jakarta. sang juara ini, mengalahkan lawan nya hanya dalam waktu lima menit saja. setelah itu dia menantang ke hadirin untuk tampil melawan nya. kebetulan waktu itu, ada seorang pria bernama Frence yang suka menggodaku dan dia selalu mengikuti ku. tapi dari awal aku malas untuk sekedar bicara dengan nya. karena merasa sebal ke Frence ini, aku menyuruh Frence menantang sang juara. kataku, kalau dia bisa
mengalahkan sang juara, aku baru mau bicara dengan nya. Frence pun mengikuti tantangan ku, dia pun maju untuk berhadapan dengan sang juara. awalnya, aku pikir Frence akan dengan mudah dikalahkan oleh si juara. tapi perkiraan ku meleset jauh, Frence awalnya seolah sengaja membiarkan dirinya dipukuli. itu, kemudian, dia balik memukul, hanya satu pukulan saja, sudah membuat sang juara
langsung pingsan.