ReBirth 48
[Arc 2] Chapter 2-(32) : Penderitaan
Byuurrr!
Shin yang sedang tertidur sambil menyender di dinding di siram dengan air dingin dari luar sel. By
"A-apa!" Karena terbangun secara paksa ia langsung memasang kuda-kuda waspada.
Bersamaan dengan itu, badannya yang bergerak sendiri langsung merasakan banyak sekali perih ditubuhnya. Luka memar tampak menyelimuti hampir seluruh tubuh Shin.
"Lihat budak rendahan ini, masih saja tertidur meski matahari sudah terbit," ucap wanita itu dengan pakaiannya yang tampak mengkilap, sepertinya ia akan pergi ke suatu acara.
"Nona Rie, bisakah anda memberikan keringanan hari ini? Badan saya terasa sangat sakit lebih dari baisanya," pinta Shin sambil memegangi memar di tubuhnya. Shin menatap kebawah dengan pasrah.
"Apa? Apakah kau pikir aku akan mengizinkanmu?" respon Die yang menatap Shin dengan tajam.
"Berlutut!" tambahnya lagi, mendengar perintah itu. Jika Shin tak segera menurutinya, maka kalung budak di lehernya akan mencekik dirinya juga menyetrum dengan kuat. Akhirnya, Shin dengan terpaksa menempelkan lutut kanannya ke lantai sambil menunduk.
"Maafkan kelancangan saya nona, apakah Nona membutuhkan bantuan saya?" tanyabshin sambil terus menunduk dan mencoba menahan emosinya sebisa mungkin.
"Baguslah kau sudah paham, pelayan. Mandikan dia, lalu beri dia pakaian yang bagus," perintah Rie ke dua pelayan laki-laki di belakangnya. Rie lalu berbalik dan berjalan menjauh dari sel kurungan budak milik Shin.
Kedua pelayanannya menunduk patuh, lalu membuka pintu sel milik Shin dan membawa Shin berjalan menuju kamar mandi.
"Apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi saat ini?" Tanda tanya besar muncul di dalam hati Shin.
Shin pun dimandikan, seperti biasa agak kasar dan dia juga harus menahan semua luka memarnya yang terus di tekan. Beberapa saat kemudian, kedua pelayanannya keluar untuk menyiapkan baju. Sedangkan Shin masih berdiri di bawah shower membilas badannya.
Ia menatap ke atas, sambil membayangkan apa yang telah ia lewati. Hari-hari yang sangat berat dan penuh penderitaan. Selama 3 bulan ini tak ada hari dimana Shin tidak di pukuli, di tendnagi, di cambuk, di hina oleh For setiap hari.
Shin lalu melihat seluruh badannya yang penuh memar, luka, dan bekas sayatan. Shin kemudian terbayang salah satu momen dimana ia paling tersiksa. Saat dimana Shin sengaja difitnah oleh Rie bahwa ia mencuri permata dari rumah keluarga bangsawan milik Rie, yaitu Bernhad.
Shin tak bisa melakukan apa-apa karena ia di perintah untuk menutup mulutnya dan mengakui semua fitnah itu. Alhasil, Shin di siksa 2.000 cambuk setiap hari selama 8 hari lamanya. Akibatnya banyak sekali tulang Shin yang hancur, akal sehat Shin juga hampir hancur karenanya.
"Sialan! Lihat saja, saat sudah tiba waktunya aku akan membalas semua perbuatan ini," deru Shin sambil menatap tajam ke bawah dan menggenggam tangannya. Tatapannya gelap dan penuh hawa mengerikan.
Tak lama kemudian, para pelayan tadi sudah menyuruh Shin keluar. Shin pun mengeringkan tubuhnya dengan handuk lalu melangkah menuju ruangan ganti.
Shin di pakaikan pakaian yang sangat mahal, pakaian laki-laki yag mirip dengan pakaian tuxedo. Rambut Shin juga di rapikan oleh para pelayan.
Semakin kesini, Shin semakin merasa khawatir. Ia tau bahwa ini bukanlah tanda-tanda hal baik. Ini merupakan tanda hal yang sangat buruk akan terjadi.
Shin pun selesai, saat ini ia terlihat begitu tampan dan semua luka di tubuhnya sama sekali tak terlihat. Bersamaan Shin yang berkaca, seseorang membuka pintu ruangan ganti.
"Bagaimana? Apakah sudah selesai?" tanya Rie yang masuk kedalam ruangan. Shin pun berbalik dan melirik kearahnya.
Shin menatap tajam dengan penuh kebencian, serta kewaspadaan. Namun, fokusnya buyar saat melihat angka di atas kepala Rie, yang tadinya -9 naik menjadi 0
"Tunggu, apa! 9 poin sekaligus? Jangan bercanda! Saat aku melihat dia pertama kali itu memiliki poin -49, aku harus menggunakan coruption setiap hari sejak pertama saat itu hanya menambah 1-2 poin setiap hari. Sepertinya aku harus menyusun recana," ucap Shin di dalam Shin dengan tatapan tajam.
"Heh, kau tidak terlihat seburuk yang kuperkirakan," ucap Rie menyeringai senang.
"Kemari, ikut aku," ajaknya yang lebih sepertinya perintah.
"Aghhh! Sebenarnya ada apa ini," gumam Shin di dalam hati yang sebenarnya tak kuat jika suatu hal buruk akan terjadi.
Shin dengan terpaksa mempercepat langkahnya untuk memperpendek jarak dengan Rie. Rie berjalan di lorong yang lurus dan Shin pun berjalan di belakangnya. Secara perlahan, Shin mendengar suatu keributan yang semakin dekat semakin kuat.
Rie, lalu membuka pintu. Di depannya banyak sekali orang-orang yang menatap ke arah Rie. Rie berjalan maju sambil melambaikan tangannya.
"Baiklah, apakah semuanya sudah di sini? Mari kita mulai acaranya!" ucap Rie dengan wajah yang penuh semangat.
"Eh? Apa? Acara apa ini? Tanya Shin dengan kebingungan."
Rupanya, saat ini adalah acara ulang tahun Rie yang ke-15. Banyak sekali bangsawan yang ada di sekitar sini. Karena sangat jarang ada saat-saat seperti ini, Shin memasang telinganya dengan benar ke sekitar. Ia menggunakan kesempatan ini untuk mencari tau kondisi dunia luar. Shin pun akhirnya tau bahwa keluarga Bernhad adalah keluarga bangsawan yang paling berkuasa di kerajaan ini. Bahkan posisinya di bawah keluarga kerajaan.
Mendengar banyak sekali informasi, Shin pun mulai memikirkan rencana apa yang akan dia lakukan sambil terus mengikuti setiap langkah Rie dan berjalan di belakangnya.
Selain itu, salah satu hal yang sama sekali tak Shin duga adalah. Rie memiliki banyak sekali koneksi, bahkan ada beberapa putri dari kerajaan lain berada di sini. Namun, hanya Shin lah satu-satunya di sini yang mengetahui wajah asli Rie.
Saat sedang disini, Rie benar-benar terlihat seperti sosok yang sangat berbeda. Seorang putri yang humoris dan murah senyum, ia juga terlihat sangat baik pada semua orang.
"Hey Shin, bisakah kau mengambilkanku beberapa minuman?" pinta Rie sambil tersenyum lembut ke arah Shin, Shin juga tau bahwa senyuman itu sebenarnya karena terpaksa.
"Baik nona," balas Shin sambil menunduk dengan wajah dingin, lalu berbalik dan melangkah menuju meja terdekat. Shin masih mencoba tak merubah ekspresinya semenjak ia melangkah masuk kedalam sini.
"Hey-hey, dia siapamu Rie? Dia terlihat sangat tampan! Apakah ia benar-benar hanya pelayan?" tanya salah seorang teman Rie yang merupakan teman satu akademi dimana dia belajar.
"Ah, itu ... Aku tak bisa menceritakannya pada kalian," balas Rie sambil tersenyum canggung.
"Hey, ayolah! Jangan-jangan kau memiliki hubungan dengannya ya! Hey, bagaimana dengan Brian tunanganmu?" tambah salah seorang lainnya dengan wajah begitu penasaran.
"Oh, hey. Ayolah kalian, aku sudah bilang tidak ada apa-apa di antara kami kan?" timpa Rie lagi yang mulai merasa risih.
Namun, tiba-tiba saja seorang laki-laki yang lebih tinggi darinya berdiri di belakang Rie. Memang dia memiliki wajah yang agak tampan dan badan yang kekar, namun sikapnya itu yang selalu semena-mena dan tak pernah memperlakukan hal lain selain dirinya penting membuat Rie risih.
"Hey, apa maksudnya laki-laki tampan? Bukankah kau tunanganku? Apakah kau selingkuh?" tanya Brian dengan tatapan tajam ke arah Rie.
Rie reflek berbalik, dia menggenggam kesal karena orang yang paling ingin dia tidak temui, malah di temui di awal. Namun, tiba-tiba saja Rie tersenyum licik karena terpikirkan sebuah rencana
"A-ah, hey. Jangan dengarkan mereka ya Brian, mereka hanya berbicara omong kosong," jawab Rie mencoba menenangkannya. Sedangkan teman-teman Rie yang lain mulai menggigil ketakutan.
"Cih, dasar jalang!" seru Brian dengan kuat yang mencoba menampar Rie karena kesal.
Disisi lain~
Shin yang menggunakan kesempatan ini untuk berkeliling ke sekitar dan menyebarkan poin positif ke orang-orang dengan penampilannya yang begitu layak untuk mendapatkan perhatian. Selain itu, dia dengan sengaja bertanya pada seorang wanita yang memakai pakaian yang terlihat sangat mewah dimana ia bisa mendapatkan beberapa gelas minuman. Shin pun membuat poin positif ke sosok perempuan itu menjadi 9, dan dia menggunakan coruption yang memakai 1/4 mana miliknya kepada wanita itu. Itu membuat poinnya naik menjadi 14.
Shin mulai merasakan kalung di lehernya yang tertutupi kerah mulai mencekiknya. Itu terjadi karena perintah dari Rie tak segera di laksanakan. Shin lalu buru-buru kembali ke tempat Rie dengan 3 gelas anggur.
Namun, saat ia kembali ia melihat seorang laki-laki mencoba menampar Rie. Shin pun tak dapat melewatkan kesempatan itu.
Ia langsung maju dan menahan tangan laki-laki itu, saat Rie kaget dan emosinya berantakan.
"Coruption!" seru Shin di dalam hati, ia tak bisa melepaskan kesempatan ini. Poin di atas kepala Rie yang tadinya -2 naik menjadi 2. Namun, hal tersebut membuatnya hanya memiliki setengah mana yang tersisa
"Apa yang ingin kau lakukan pada Nona Rie?" tanya Shin dengan tatapan tajam.
"Apa? Kau siapa sialan!" Brian langsung melepaskan tangannya. Sesaat kemudian, ia langsung sadar siapa Shin.
"Jadi, apakah kau laki-laki yang di bicarakan itu? Selingkuhan tunanganku!" tambah Brian yang langsung mencengkram kerah Shin.
Shin yang panik kalau Kalung budaknya terlihat langsung melepaskan cengkraman yang harusnya sangat kuat itu dengan mudah.
"A-apa?" Brian kaget dan menatap tajam Shin.
Saat itulah Brian langsung mencoba memukul Shin. Shin mencoba menangkis tapi tiba-tiba saja ia mendengar perintah dari Rie.
"Jangan kau tangkis," bisiknya pelan.
Shin langsung tak bisa menangkisnya dan membuat dirinya terpukul di pipi kanan.
"Apa! Apa-apaan perintah itu Rie! Sialan kau!" Shin berteriak di dalam hati dengan panik.
"Apa ini? Kau mencoba melawanku hah!" Brian langsung mencengkeram kerah Shin lagi menggunakan tangan kirinya lalu memukul Shin lagi di pipi kiri dengan kuat.
Shin terpental mundur dan beberapa kancing bajunya putus, kalung budak yang ada di leher Shin pun terlihat.
Semua orang menatap Shin dengan kaget, tak ada yang menyangka bahwa seorang pelayan yang selalu mengikuti Rie adalah seorang budak.
"Huh, aku beruntung bahwa kalung budak yang berbentuk besi rendahan itu sudah di ganti dengan kalung budak yang terlihat lebih berkelas," gumam Shin di dalam hati sambil mengusap darah di pipinya.
Brian juga tampaknya kaget dan masih berdiri di tempat.
"Kau! Kau keterlaluan Brian! Bukankah sudah ku bilang bahwa tidak ada apa-apa di antara kami! Dia hanya budak milikku," seru Rie dengan kesal dan memasang wajah seakan dia yang menjadi korban saat ini.
"Apa kau tak apa?" tanya Rie ke Shin sambil mengulurkan tangan dan memasang wajah khawatir palsu.
Shin hanya mendesah dalam hatinya, "Aku tak apa nona."
Shin kemudian menerima uluran tangan Rie dan berdiri. Namun bibirnya saat itu masih mengeluarkan darah.
"Ah, ini tidak baik. Kita harus segera mengobatinya. Brian! Kau urus kerusuhan disini, aku tak mau tau karena kau yang menyebabkan keributan. Hingga aku kembali, kalian bisa melanjutkan pestanya saja," ucap Rie yang langsung menarik tangan Shin kembali ke pintu dimana Shin masuk.
"Tu-tunggu! Nona, apa yang sebenarnya anda inginkan!" tanya Shin yang belum bisa memprediksi apa yang di rencanakannya.
Sepanjang perjalanan menuju Ruangan pengobatan, Rie hanya diam dan terus menarik tangan Shin. Hingga mereka berdua masuk kedalam ruangan, Rie langsung melepaskan genggaman tangan Shin dan duduk di atas kasur pasien.
"Hey! Apa yang sebenarnya anda coba lakukan nona?" tanya Shin yang panik dan tak memahami situasi.
Sesaat kemudian, Rie menyeringai.
"Apa? Aku hanya menggunakanmu untuk pergi lelaki menyebalkan itu saja, sial. Andai saja pertunangan politik ini tak terjadi," gumam Rie sambil mendesah. Ia tampak lega setelah melepas semua topengnya.
Tak lama kemudian, ia melirik Shin dengan tatapan tajam. Shin pun langsung menyadari sesuatu.
"Nona! Apakah anda berniat melakukan hal yang buruk lagi pada saya!"
"Hah, bukankah kau tau bahwa wajah tersiksamu itu adalah satu-satunya hal yang membuatku bahagia di dunia ini!"
Shin tak tau lagi harus melakukan apa, ia berniat lari namun ia tau bahwa itu percuma. Lebih percuma lagi jika ia mencoba mengucapkan beberapa kata padanya.
Shin hanya bisa menatap Rie mengambil HP-nya lalu mengirin pesan pada seseorang, setelah itu Rie membuang HP-nya lalu melirik Shin.
"Mendekat," perintahnya.
Shin dengan terpaksa mendekat, selayaknya hewan peliharaan yang tak dapat melakukan apa-apa. Shin benar-benar terus mengumpulkan dendamnya menjadi satu titik hitam di hatinya.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja Rie merobek-robek bajunya, lalu sedikit membuka bagian dadanya. Shin hanya menatap dingin ke arahnya.
"Sekarang, peluk aku," ucapnya lagi. Badan Shin bergerak sendiri memeluknya, Shin menatap dingin kedepan karena sudah terpikirkan apa yang akan terjadi.
Daripada kaget karena rencananya, Shin lebih kaget saat menyadari bahwa poin di atas kepala Rie berubah menjadi 14. Ya! 14 yang berarti meningkat pesat dari 2 poin. Shin pun sadar bahwa Rie secara tipis ikut balik memeluknya.
Bersamaan dengan itu ....
Braaakk! Pintu yang terkunci di tendang secara paksa. Brian dengan wajah yang sangat marah berdiri di depan ruangan bersama beberapa penjaga.
Tiba-tiba saja Rie berteriak sambil meneteskan air mata.
"Tolong Brian! Dia mencoba memperkosaku!" teriak Rie dengan wajah yang begitu polos dan ketakutan.
"Kau budak sialan!" Brian maju dengan tangan kanannya yang mulai berapi.
Shin dengan santai berbalik dan membiarkan tinjunya mengenai dirinya. Kebetulan, tinju tersebut mengenai leher Shin yang membuat dirinya terpental jauh sambil merasakan leher yang seperti hancur saat itu juga.
Shin dengan lemah berdiri, ia menatap ke arah Brian dan para prajurit yang ada di ruangan itu.
"Hah, dasar jalang sialan!" gumam Shin sambil melirik Rie yang tertunduk menangis di atas lantai.
[Bersambung]
≥Higashi≤