ReBirth 48
[Arc 2] Chapter 6-(37) : Seseorang yang dihormati
3 tahun kemudian~
Hari ini, adalah hari Shin dimana berusia tepat 18 tahun. Namun juga bertepatan dengan penjara pembunuh yang kedatangan para tahanan baru, jumlahnya ada sekitarnya 2,3 ribu. 6 ratus lebih banyak daripada yang tahun lalu.
Shin yang memasang tatapan dingin di atas bangunan sel miliknya yang berlantai 4, terus mengamati semua para tahanan baru.
Hawa membunuh lagi-lagi di keluarkan oleh leader. Hasilnya kini juga terlihat.
"Gunakan skill -Penyaringan- di gabung dengan skill -Inspect-."
[>> ›Sistem‹ <<]
-Penyaringan- dan -Inspect- telah di gunakan.
Mulai mengumpulkan data para tahanan baru <•>
Selesai√
Hasilnya adalah :
Para tahanan tahun ini 56% lebih kuat daripada tahanan tahun sebelumnya.
Sebanyak 27% dari tahanan, kekuatannya sama dengan kekuatan tuan saat pertama kali disini.
♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦
Shin menyeringai, tampaknya mereka bisa menjadi bahan Shin untuk meningkatkan kekuatannya lebih lagi.
Pengumuman berjalan sama seperti tahun lalu, bahkan kerusuhannya juga sama.
Shin menguap dengan santai, tiba-tiba saja sebuah pisau di terbangkan ke arahnya. Shin dengan santai menangkap pisau itu dengan dua jari.
[>> ›Sistem‹ <<]
Skill -Melempar pisau level rendah- telah berevolusi menjadi -Melempar pisau level menengah-
Skill -Ketepatan- telah di pelajari
♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦
"Uy Shin, ngapain di sini? Orang-orang uda pada turun tuh," tegur salah seorang tahanan.
"Duluan aja, nanti aku nyusul," gumam Shin tanpa berbalik.
"Oh, okey."
"Jangan lupa utang lu 5 tempe di bayar!" tegur Shin sebelum dia pergi.
"Ya, ya, ya."
Disaat semuanya sudah berkumpul di lapangan untuk mempersedikit jumlah tahanan lagi. Shin masih menatap ke arah para tahanan baru.
Lebih tepatnya ia fokus kepada suatu hal aneh.
"Kenapa bisa-bisanya ada wanita di sini? Bukankah wanita memiliki bangunan penjara pembunuh lainnya di ujung kanan yang berlawanan dengan bangunan penjara pembunuh untuk laki-laki di pulau ini?" gumam Shin di dalam hati karena kejanggalan ini terasa sangat aneh.
Shin lalu mulai berjalan turun, saat ia sampai di dasar langsung bergerak menuju lapangan. Disana sudah ada banyak orang.
Saat ini para senior berjumlah 8,3 ribu. Di tambah dengan tahanan baru artinya jumlah tahanan laki-laki disini ada 10,6 ribu. Jumlah yang sudah cukup untuk mengadakan suatu event, pikir Shin.
Shin yang berjalan ke tengah kerumunan langsung di beri jalan oleh para tahanan lainnya.
"Dengarkan, untuk kalian tahanan lama(senior). Tugas kalian saat ini adalah berlari menuju ujung pulau lainnya sambil membawa bobot seberat 70kg sambil menerobos setiap monster yang ada. Saat sampai di lokasi penyerahan bobot, kalian akan di beri makanan yang enak dan istirahat selama 12 jam sebelum akhirnya kalian harus berenang ke pulau seberang yang berjarak sekitar 1.000 km sambil menghindari atau melawan monster lautan. Di pulau yang baru kita akan mengadakan sebuah event menarik. Aku yakin kalian semua akan suka!" perintah leader itu dengan lantang, meski itu adalah misi bunuh diri. Tapi perintahnya adalah mutlak bagi parah tahanan.
"Hah, si psikopat sialan ini. Apa lagi rencananya? Dengan begini sudah di jamin akan ada ribuan yang mati," gumam Shin di dalam hati dengan tertawa kecil.
"Tapi tunggu, sesuatu yang menarik? Maksudnya apa?" gumam Shin lagi.
Tak lama kemudian, seseorang di sebelah Shin langsung menyaut.
"Permisi leader, memangnya hal yang kami suka itu maksudnya apa?" tanya salah seorang tahanan.
Si leader menyeringai, dengan lantang ia berteriak.
"WANITA!"
Mendengar itu, suasana langsung hening selama 3 detik. Hingga suara teriakan langsung mengisi seluruh penjara.
"Uwooooo!!"
"Yeeesss!"
"Ini yang kita tunggu!"
"Gaaassss!"
Semua tahanan langsung merasa sangat bersemangat. Misi bunuh diri? Apa itu? Kita semua setiap hari di kirim untuk merasakan kematian. Mati itu adalah keseharian, tapi jika imbalannya mendapatkan hal seperti ini. Bukankah akan sangat menarik.
"Semuanya bersiap, kita akan berangkat 3 jam lagi. Semua orang dipersilahkan untuk makan dulu bersama para tahana baru," tambah si leader yang langsung melangkah keluar dari kerumunan.
"Tunggu? Makan? Bukankah mereka baru saja tiba? Apa-apaan perlakuan spesial ini?" deru Shin di dalam hati dengan kesal.
Shin lalu membuang rasa kesal itu dan dengan sunyi berjalan menuju tempat pengambilan makanan.
Seperti biasa, sangat ramai disana. Semua posko sudah penuh dengan orang, tapi jika itu Shin. Para senior akan memberikan jalan untuknya.
Tanpa berbicara atau memandang Shin, mereka fokus mengambil makanan masing-masing. Memang mereka memberikan jalan tapi mereka seperti menganggap kehadiran Shin tidak ada. Aneh? Memang, tapi Shin sendiri adalah orang yang membuat peraturan ini.
Disaat Shin sedang mengambil makanannya, tiba-tiba saja seseorang menembakkan sebuah es tajam ke arah kepala Shin dari belakang.
Shin menghela nafas panjang, ia dengan santai mengeluarkan pisau di kantongnya dan dengan mulus memotong es itu menjadi 2.
Clink!
Semua tahanan terdiam dan fokus melihat ke arah shin.
"Oh, ayolah. Meski peraturannya sudah ku tetapkan, tetap saja ada yang menyerangku setiap hari. Yah aku tau masih ada yang bisa bersaing kekuatannya denganku, tapi tidak bisakah aku bebas untuk sehari saja? Jika bukan karena kalian harusnya hukumanku hanya tinggal beberapa bulan lagi. Tapi karena selalu membunuh masih ada 18 tahun yang belum terbayar, sial," gerutu Shin di dalam hatinya dengan kesal.
"Mari lihat, senior tahun keberapa yang menyerangku. 11? 12 tahun?" tambahnya lagi.
Tapi, seberapa kagetnya ia saat tahu bahwa yang menyerangnya adalah para tahanan baru.
Melihat itu, Shin mengerutkan dahinya dan langsung berbalik mengabaikan bocah baru itu. Meski tampaknya ia berumur 23 tahun atau lebih, di depan mata Shin dia hanya bocah yang tidak tau bahwa yang sedang ia permainkan itu api.
"Bermain dengan api itu tak masalah, tapi yang paling bermasalah adalah dia tidak tahu bahwa ia sedang bermain dengan api."
Shin yang mengabaikannya lanjut memilih makanan yang akan ia makan hari ini. Begitu juga semua tahanan yang tadinya terdiam kembali berebut makanan.
"Jangan mengabaikan ku bocah!" Orang yang tadi menyerangnya langsung maju menggunakan pedang yang berlapiskan es.
Duuaarrr!
Terlihat Shin menahan serangan itu dengan pisau menggunakan 1 tangan.
"Eh? Pedang? Tunggu, bukankah mustahil membawa sesuatu seperti ini?" gumam Shin di dalam hati lebih pedang itu.
Laki-laki itu kemudian berjalan mundur, ia tiba-tiba saja menyeringai membuat semua tahanan menatapnya.
"Hey, apa yang kalian lakukan? Menghormati seorang bocah seperti ini? Bukankah ini adalah penjara yang berisi kriminal-kriminal terkuat!" serunya yang tampak sangat membanggakan dirinya.
"Hah, bocah rendahan seperti dia akan sangat mudah membunuhnya. Jika tidak ada yang mau melakukannya karena harus menambah waktu tahanan 1 bulan, biar aku saja," tambahnya lagi, yang sangat terlihat sedang merendahkan Shin.
Shin dengan sunyi menaruh sendoknya di oiring, lalu menaruh piring miliknya. Melihat itu, semua orang langsung bersorak dan berpencar membentuk lingkaran. Para tahanan membiarkan tengah area kosong agar mereka bisa bertempur, tidak maksudnya. Agar Shin bisa leluasa menyiksanya.
"Uwooo!"
"Yeeess!"
"Ada orang bodoh lagi yang berani menantang Shin, assiiikk!"
Para tahanan langsung bersorak dengan riang gembira melihat akan ada keributan lagi. Apalagi kali ini adalah orang yang menjadi momok di penjara ini, terakhir kali Shin di serang secara terang-terangan waktu makan adalah sebulan yang lalu. Sisanya secara tiba-tiba atau serangan diam-diam agar bisa membunuh Shin. Jadi tontonan seperti ini sangat jarang terjadi.
"Akhirnya!"
"Gelud!"
"Bunuh!"
"Gelud!"
"Bunuh!"
Semua orang terus bersorak-sorai.
"Hah, lihat bocah. Lihat semua sorakan itu, itu memberiku motivasi untuk membunuhmu dengan kejam," ucapnya sambil memasang kuda-kuda menyerang.
Shin belum mengangkat wajahnya, ia secara pelan mengucapkan sesuatu.
"Siapa namamu?" tanya Shin dengan datar.
"Hah? Apakah kau ingin mengingat namaku agar saat mati kau bisa bereinkarnasi dan membalaskan dendam?"
"Hahahaha, bocah. Dengar ini, namaku adalah Teka! Baren Teka Dari keluarga Baren, keluarga yang menguasai dunia bawah!" jawabnya dengan lantang.
Mendengar itu, semua orang langsung terdiam. Suasana benar-benar sunyi sampai-sampai saja suara orang yang sedang mengunyahnya gorengan dapat terdengar.
"Haha, lihat itu. Setelah mereka semua tau kekuatan keluargaku,mereka terdiam. Harusnya kau merasa terhormat bisa mati di tanganku."
Namun, yang sebenarnya terjadi adalah ....
"Hey, Shin .... Apakah dia baru saja menanyakan nama?"
"Aku tak salah dengar kan?"
"Benar! Dia baru saja menanyakan nama."
"Bukankah ini berarti ...."
"DIA AKAN MEMBUNUHNYA DENGAN KEJAM!" sorak semua tahanan yang memenuhi seluruh penjara saat ini.
Teka hanya mendengar kalimat terakhir dari para tahanan. Teka berfikir bahwa semua sorakan itu adalah dukungan untuk dirinya.
"Akhirnya aku bisa bertaruh lagi! Aku sudah menyimpan hartaku ini! Aku bertaruh 3 sosis Shin akan membunuhnya dengan memotong semua tubuhnya!"
"Hahaha! Aku bertaruh 3 batang coklat bahwa Shin akan mengambil jantungnya!"
"Aku bertaruh Shin akan meremukkan kepalanya dengan 2 buah es krim yang ada di kamarku, selama ini selalu kubekukan menggunakan sihir es ku untuk saat-saat seperti ini."
"Es krim, sosis, dan coklat. Beneran tuh? Harta kaya gitu bakal di ikutin taruhan?"
"Uwoooo! Asik! Ikut! Aku bertaruh 3 putu ayu bahwa Shin akan memotong semua bagian tubuhnya."
"Harus ikut! Aku bertaruh 4 molen bahwa Shin akan membekukan dirinya lalu menghancurkannya."
Mendengarkan bahwa harta Karun seperti es krim, sosis dan coklat ikut bertaruh. Semua tahanan langsung memasang taruhannya masing-masing. Tak ada yang mau melewatkan harta seperti itu.
Disisi lain, Shin dengan sunyi mengeluarkan 1 lagi pisaunya.
[>> ›Sistem‹ <<]
Skill -Penguasaan Es- telah di gunakan. Membuat dua buah dagger beku yang ukurannya setengah dari pedang di tangan Teka dengan pisau tersebut sebagai pondasi utama.
Membekukan<•>
Pembekuan selesai√
♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦
"Teka yah, aku akan mengingat nama itu," jawab Shin dengan datar. Shin lalu mengangkat wajahnya dan menatap dengan tatapan yang sangat tajam dan bola mata yang memerah.
[>> ›Sistem‹ <<]
Nama Teka Baren telah di masukkan kedalam daftar -Dead Name- di sistem
♦→♦→♦→♦←♦←♦←♦
Zaps!
Shin menghilang dengan cepat seperti di telan udara, rupanya Shin sudah ada di samping kiri. Bersamaan dengan itu Teka langsung maju sambil merapal sihir penguatan di tubuhnya.
Shin ikut maju dan kedua senjata mereka pun beradu. Saat itu, Shin terdorong mundur sebentar. Teka mengangkat salah satu ujung bibirnya.
Krank!
Krink!
Plank!
Jduuaarr!
Suara besi, percikan api, dan daerah sekitar yang terus hancur mengisi suasana. Setiap pedanag beradu maka para tahanan akan mulai bersorak. Teka masih berfikir bahwa dia lebih kuat dari Shin, namun.
Shin menyeringai ....
"Upgrade, speed, exchange," ucap Shin singkat yang langsung menggunakan 3 sihir penguatan sekaligus.
Tiba-tiba saja muncul aura di sekitar Shin yang berwarna kemerah-merahan. Menandakan ia sedang fokus dengan kekuatan, kekuatannya meningkat berkali-kali lipat.
Kring!
Dua besi tajam itu kembali beradu, kini Teka yang tersudutkan. Ia tak bisa mengikuti kecepatan Shin sama sekali.
Langkah kaki mereka berdua terus menapak disana dan disini, sampai-sampai membuat debu menutupi pandangan sekitar.
Hingga ....
Duuaarrr!
Teka terpental jauh ke belakang dan di tangkap oleh para tahanan, ia yang sudah terluka dan seluruh tubuh bagian depannya penuh sayatan di lempar kembali ke dalam area tempur dengan Shin oleh para tahanan.
Teka tertunduk di tanah sambil batuk darah, ia secara perlahan bangun.
"Hah, apa kau pikir ini sudah berakhir?" ucapnya yang masih percaya diri.
"Memangnya kau bisa apa?" Shin melempar-lemparkan pisaunya sambil meremehkannya.
Teka tiba-tiba tersenyum dan melemparkan sesuatu, itu sebuah bola kecil berjumlah 3 buah ke arah Shin.
Dan, duuuaarrrr!
Bahka efek ledekannya harus membuat semua tahanan menutup mata. Kini padangan smeua tertutupi oleh debu.
"Hahahaha! Lihat, akhirnya dia mati! Dasar bocah, siapa suruh kau berani melawanku," tawa Teka dengan begitu bangga.
"Oh? Benarkah?" balas Shin yang tiba-tiba saja jatuh dari atas.
Sebelum bom itu mengenainya ia telah mengganti ke mode kecepatan dan loncat ke atas setinggi 10 meter.
Saat Shin hampir menyentuh tanah, tiba-tiba saja ia menghilang. Dan secara cepat Teka langsung kehilangan kedua tangannya.
"Aarrgghhh!"
Shin yang ada di belakang Teka sambil membawa salah satu tangannya, melemparkan tangan itu kebawah.
Shin dengan sunyi berjalan ke arahnya.
"Ka-kau, apakah kau berani membunuhku? Ayahku adalah penguasa bawah tanah. Kau tidak hidup jika membunuhku!" seru Teka dengan ketakutan.
"Oh? Iyakah?" Shin menyeringai lalu menghilang, ia muncul di depannya Teka.
Tak lama kemudian, Shin menggenggam erat kepalanya Teka.
"Ka-kau! Apakah kau tidak takut dengan ayahku!"
"Hah? Takut? Yang paling ku takutkan di dunia ini adalah tak bisa melakukan apapun yang ku sukai," balas Shin yang langsung meremukkan kepala Teka menggunakan tangannya sendiri.
Tak lama kemudian, saat tubuhnya hampir jatuh tiba-tiba saja semua tubuhnya membeku. Shin langsung meninjunya dan menghancurkan semua bagian tubuhnya yang lain.
"Uwoooo!"
"Yeees!"
"Aku menang!"
Sorak-sorai para tahanan yang menang taruhan kembali mengisi suasana setelah suasana tegang tadi.
Shin yang mengehela nafas langsung kembali berjalan menuju piringnya. Seakan-akan di abaikan oleh semua tahanan lain, Shin berjalan menuju tempat duduk biasanya.
Disisi lain~
Seorang wanita di kerumunan yang daritadi terus menyaksikan, menahan rasa ingin muntahnya.
"Siapa, siapa dia? Kenapa semua tahanan disini memuja-mujanya? Bukankah semua tahanan disini adalah kriminal elit yang kuat? Kenapa mereka hormat pada seorang bocah? Terlebih lagi dia sangat kuat, aku harus melaporkan ke tuan bahwa tuan muda telah mati!" seru wanita itu di dalam hati yang langsung mundur dari kerumunan.
***
"Apa kalian semua sudah siap!" seru Leader dengan Lantang.
"Siap leader!" teriak para tahanan yang sudah membawa tas berisi batu seberat 70 kg di pundak mereka.
"Kalau begitu, saatnya mati!"
"Baik!"
Semua tahanan senior langsung lari melewati gerbang barat daya memasuki hutan yang penuh monster itu.
Tak lama kemudian, Sebuah helikopter mendatangi di leader. Leader lalu berpegangan pada tangga yang di turunkan helikopter itu, dan helikopter pun terbang.
"Aku tunggu di pulau!" teriaknya dengan kuat.
"Hah, sungguh licik. Kenapa kau tak ikut lari bersama kita saja," gumam Shin di dalam hati yang langsung lari.
[Bersambung]
≥Higashi≤