ReBirth 48
Chapter 24: Belajar kekuatan baru.
Shin menatap bocah laki-laki itu dengan tatapan heran, entah kenapa sepertinya menghela nafas telah menjadi kesehariannya.
Shin kemudian sedikit melakukan trik pada katananya dan kemudian memasukkan katana tersebut ketubuhnya. Bersamaan dengan itu beruang besar di belakang Vein menghilang.
"Lalu, apa tujuanmu kesini?" tanya Shin dengan cuek.
"Hey, hey tenang kawan. Kau tak perlu sewaspada itu. Seperti yang kubilang sebelumnya, aku datang kesini karena merasakan ledakan aura yang besar, seperti seseorang yang melakukan Evolusi (terobosan). Yang membuatku semakin kaget adalah ledakan itu berkali-kali, mustahil bagi seseorang untuk terus berevolusi seperti itu." Vein menancapkan pedangnya ke tanah, lalu dengan mengangkat tangannya berjalan kedepan.
"Yang barusan kau rasakan adalah ledakan kekuatan, bukan evolusi. Karena alasanmu kesini sudah terjawab, bisakah kah pergi?" Shin dengan acuh berbalik dan berjalan menuju daerah ia mencoba kekuatan barunya tadi.
"Yah, justru karena itulah alasanku disini bertambah." Vein tetap berjalan menuju Shin yang terus menjauh darinya.
"Hey, hey. Bukankah yang tadi itu adalah senjata jiwa? Kekuatan kebangkitan dari 5% orang lainnya yang bangkit dengan kekuatan sebelum portal terbuka? Orang yang bangkit di dunia lama sangatlah sedikit, tapi orang yang bangkit dengan senjata jiwa jauh lebih sedikit. Dan sekarang senjata jiwa tidak mungkin muncul lagi. Hanya bisa diwariskan, atau di rampas. Karena itu, aku sangat tertarik dengan senjata jiwa milikmu," ucap Vein yang terus mengikuti Shin.
"Sigh, kau sangat menyebalkan ya. Bisakah kau pergi? Kau sangat mengganggu. Atau kau ingin aku yang mengusirmu?" Shin melirik kebelakang dengan kesal.
"Haha, jangan kejam begitu padaku dong. Aku tidak meminta secara sia-sia. Aku melakukan pertukaran." Vein mulai menyeringai.
"Hooo, menarik. Pertukaran seperti apa itu?" Shin ikute menyeringai dan menghentikan langkahnya.
"Kalau begitu, darimana kita mulainya ...."
***
"Baiklah, jadi kau ingin aku mengizinkanmu mengobservasi senjata jiwaku untuk di teliti? Dan sebagai balasannya kau akan mengajarkan kekuatan Magicraft?" Shin memegang dagunya berfikir.
"Ya, itu benar. Jangan meremehkan kekuatan Magicraft, karena ini adalah kekuatan yang membangun Zakaerta," balas Vein dengan menyombongkan dirinya.
"Baiklah, tapi kau harus mengajariku dulu baru ku pinjamkan senjata jiwaku untuk kau observasi."
Shin menyeringai licik.
"Yah, lagian juga senjata jiwanya sudah mengakui ku sebagai tuannya. Dia tidak mungkin bisa melakukan sesuatu padanya." Shin bergumam di dalam hatinya.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita mulai dari ini." Beberapa saat kemudian, ia mengeluarkan tigas kertas persegi kecil dan tipis dari kantongnya. Di atas kertas itu terdapat pola-pola aneh.
Tak lama setelah Vein mengeluarkan kertas tersebut, ia seperti mengaktifkannya dan kertasnya terbakar, lalu dari dalam kertas itu muncul beberapa jenis material. Yaitu bongkahan besi, tembaga, dan emas. Masing-masing bongkahan itu sebesar bola kaki.
"Baiklah, mari kita mulai dari tembaga ini. Lihat dan perhatikan baik-baik." Vein kemudian memegang bongkahan tembaga bulat itu, lalu secara perlahan bongkahan tersebut berubah menjadi cairan yang naik ke atas, dan beberapa kebawah. Hanya membutuhkan waktu tak lebih dari semenit, sebuah degger tercipta.
"Bagaimana, keren kan," ucap Vein dengan membanggakan dirinya sendiri.
Shin saat itu benar-benar kagum, bukankah dengan cara ini ia bahkan akan bisa membentuk semua alat-alat canggih seperti di anime dan komik yang ia baca.
"Lalu, bagaimana caramu membuatnya?" tanya Shin yang langsung to the point.
"Hey-hey sabar. Aku tak bilang kau akan bisa langsung melakukannya. Pertama, kau harus merasakan materialnya, dan merasakan setiap atom-atom yang ada. Lalu kemudian secara perlahan meleburkan dan menghancurkan setiap hubungan atom, lalu setelah itu menyalurkan setiap masing-masing bahan penyusunnya. Saat sampai proses ini, semuanya sudah berubah menjadi benda cair yang bisa kau rubah dengan sesuai keinginanmu. Setelah selesai, tinggal bayangkan benda apa yang akan kau buat. Dengan begitu kau akan bisa membentuk alat yang kau inginkan," jelas Vein dengan menutup matanya dengan bangga.
"Tapi, jangan terlalu terburu-buru. Untuk merasakan atom saja biasanya membutuhkan waktu 5 tahun, dan 5 tahun lagi untuk menghancurkan hubungan setiap satu atom dan yang lainya. Lalu 5 tahun lagi untuk membuat sebuah jaringan hubungan ke semua atom, dan yang terakhir membentuknya membutuhkan waktu 10 tahun. Karena itulah, kau bisa mulai dari sekarang dan lakukan setiap hari," jelas Vein lagi yang kemudian melirik ke Shin sambil melihat ke arah Shin.
"Gilaaa, kekuatan yang sangat menakjubkan!" teriak Shin yang saat itu sudah merubah bongkahan besi tadi menjadi sebuah bat pemukul dalam kasti.
"Apaa! Tunggu! Bagaimana kau bisa melakukannya! Tidak mungkin bagi manusia untuk langsung melakukannya. Lebih mustahil lagi karena jumlah atom dalam suatu benda itu tak akan bisa di kendalikan oleh tenaga(energi) manusia yang baru mempelajarinya. Bagaimana kau bisa melakukannya bahkan tanpa kelelahan!?" seru Vein yang benar-benar kaget melihat Shin dengan mudah mempelajarinya.
"Tenaga? Aku tak tau apa yang kau maksud, aku hanya membuat semua atom di benda ini mengikuti keinginanku," balas Shin lagi yang saat itu dengan mudah merubah Bat pemukul yang ia bentuk tadi menjadi sebuah pedang tipis.
Vein Masih tak memahami, ia menatap Shin dengan wajah yang tak mempercayai apa yang ia lihat.
Saat itu juga Shin memunculan Katana jiwanyabdj tangan kanannya.
"Ini, ambil. Ku beri waktu 3 jam untuk mengobservasikannya," ucap Shin yang melempar katana petir itu ke arah Vein.
"Ah, iya!" seru Vein yang langsung menangkap katanya.
Ia pun mencoba berfokus pada tujuan utamanya saja saat ini. Ia terus meneliti seperti apa senjata jiwa yang sebenarnya.
***
"Yo, apakah sudah selesai?" tanya Shin yang saat itu melirik cahaya sore hari.
"Haaah, aku hanya memahami beberapa saja. Tapi aku masih tak memahami tujuan utamaku," desahnya dengan memasang wajah kecewa.
Shin kemudian mengambil kembali senjata jiwa miliknya.
"Memangnya apa yang tak kau pahami?" tanya Shin yang berjalan mendekatinya.
"Aku masih tak paham bagaimana cara memunculkan dan menghilang senjata jiwa. Bagaimana ia bisa berubah menjadi sesuatu yang bahkan bukan unsur lalu menyatu dengan tubuh. Andai saja aku bisa memahaminya maka aku tak perlu lagi membakar kertas pemanggilan lebih banyak, karena itu sangat boros."
Shin memiringkan kepala sambil memegangi dagu, ia tak memahami apa maksud Vein.
"Aku tak mengerti maksudmu, kau ingin membuat sesuatu yang dapat menghemat kertas pemanggilan? Keapa kau tak membuat suatu benda terikat dengan benda lainya agar salah satu benda bisa memanggil benda yang terikat tersebut?" saran Shin yang bahkan sebenarnya ia tak memahami apa yang ia ucapkan.
Tapi, mendengar ucapan Shin. Vein langsung memasang wajah senang, ia seperti mendapatkan suatu pencerahan.
"Itu benar! Kenapa aku tak memikirkannya sejak seratus tahun yang lalu ya. Terima kasih teman!" soraknya yang begitu senang karena mendapatkan pencerahan.
Tapi, ia kemudian terdiam saat melihat banyak sekali patung-patung monter dan hewan besar di belakang Shin.
"Hey, apa yang kau buat itu?"
Shin berbalik ke belekang, ia kemudian melirik ciptaan Shin yang di maksud.
"Ah itu, tadinya aku ingin membuat golem-golem dinasaurus. Tapi kenapa mereka tetap saja seperti Vena mati dan tak bergerak yah?" ucap Shin yang memasang tanda tanya di kepalanya.
"Yah, tentu saja mereka tidak bisa bergerak. Semua Golem ciptaaan itu memiliki inti, tanpa inti ia hanya seperti benda mati yang tak akan bisa mematuhi perintah apapun," jelas Vein lagi yang menyentuh monster-monster besar ciptaan Shin. Jumlahnya bahkan ada sekitar 20-an.
"Huuum, begitu ya. Kalau begitu aku akan mencoba membuatnya lain kali," balas Shin sambil memegangi dagunya.
"Oke, kalau begitu perjanjian berakhir di sini, aku sudah tak sabar untuk menciptakan sesuatu setelah mendapatkan pencerahan. Aku duluan!" serunya yang langsung berlari dengan sangat cepat meninggalkan Shin.
"Okey."
Shin kemudian menunduk.
"Kekuatan Magicraft ya? Sungguh kekuatan yang menakjubkan. Dengan begini aku bisa menciptakan sesuatu semauku. Walau aku tak bisa menggunakannya ke mahkluk hidup seperti pepohonan, atau mahluk hidup yang baru saja mati," gumam Shin mengagumi kekuatannya sendiri.
Shin kemudian melirik ke arah matahari yang sudah hampir terbenam.
"Wah, sudah malam ya."
Shin kemudian dengan santai mengenakan form(perubahan) senjata jiwa panah. Sayap yang keluar di pundaknya terlihat lebih indah dan cantik. Warnanya pun berubah menjadi kuning kemerah-merahanan.
"Saatnya pulang," ucap Shin yang langsung mengepakkan sayapnya dan terbang dengan sangat cepat.
Tapi, saat baru saja tebang ia merasakan sesuatu yang aneh, di bawah. Seperti salah satu portal yang masih terbuka tiba-tiba menjadi terbuka lebar dan mengeluarkan aura yang mengerikan. Pasti ada monster yang kuat baru saja keluar
"Tapi, bukan urusanku juga kan," ucap Shin yang mengangkat kedua bahunya dan lanjut tebang dengan cepat.
Tapi, sebenanya Shin salah. Itu bukanlah suatu monster saja. Itu adalah iblis laki-laki lainya yang baru saja keluar. Dan yang mengerikannya lagi.
Iblis itu menemukan ciptaan (karya) sempurna milik Shin.
"Golem-golem setengah jadi yang sangat berkualitas, sangat detail dan tentu saja keras. Bagaimana bisa ini berada di sini? Yah, karena aku yang menemukannya itu berarti ini menjadi milikku," ucap iblis laki-laki itu yang menyeringai seram.
Beberapa saat kemudian, iblis itu memasukkan inti Golem yang sangat kuat ke 24 Golem. Mata golem-golem itu langsung menyala, mereka pun hidup.
>>Bersambung<<
~Higashi