Chereads / ReBirth48 / Chapter 29 - Chapter 25.3 : Membangun kembali Silence Sistem (3)

Chapter 29 - Chapter 25.3 : Membangun kembali Silence Sistem (3)

ReBirth 48

Chapter 25.3 : Membangun kembali Silance Sistem(3)

Di salah satu atap bangunan tertinggi di safe zone Maidan. Sebuah pesawat yang cukup besar secara perlahan mendarat. Terdapat ratusan prajurit berseragam besi yang terlihat sangat canggih. Mereka semua langsung berbaris dan hormat dengan tegap saat pintu terbuka.

Semua orang sangat kaget saat orang yang pertama kali keluar memiliki aura yang sangat mengerikan. Warna kostumnya yang gelap pekat dan matanya yang sangat tajam seperti iblis membuat para prajurit langsung merasa terancam.

"Gilaa! Kenapa harus disambut seperti ini, ini hanya membuatku merasa tegang!" sorak Shin di dalam hati yang sedang melangkah dan merasa dirinya bergerak dengan kaku.

"Jadi, apakah disini markasnya?" tanya Shin dengan begitu santai tanpa menatap para prajurit. Padahal ia hanya menghindari kontak mata yang tak perlu.

"Ya tuan, apakah tuan ingin saya siapkan ruangan?" balas seseorang yang di belakangnya baru saja turun, Andi.

Dia adalah salah satu ketua yang paling di hormati dan memiliki pengaruh besar dalam pertahanan kota Maidan.

"Tentu, serta bawakan baju ganti untukku," balas Shin yang masih tak menatap siapapun dan terus berjalan menuju pintu masuk lantai teratas gedung itu.

"Siap tuan!" balas Andi dengan tegap.

"Fiuuh! Baguslah, tak ada yang membuat masalah untuk sementara. Tapi bener saja, aura yang dikeluarkan oleh sosok itu sangatlah mengerikan. Ia bahkan tak menatap satupun dari kami termasuk aku, itu artinya ia sangat yakin bisa mengalahkan semua orang yang ada di sini dengan mudah. Terlebih lagi ia berjalan menuju pintu masuk dengan santai, apakah ia juga sebenarnya bisa membobol pertahanan salah satu cabang bangunan pasukan militer Maidan?" gumam Andi yang menatap Shin sambil terus berjalan.

Andi tertegun saat mereka hampir memasuki pintu masuk, dengan cepat Andi berlari kecil menuju pintu terlebih dahulu lalu membukakannya.

Shin saat itu mencoba tersenyum ke arah Andi sebaga isyarat terima kasih. Tapi entah kenapa Andi merasakan aura membunuh dari senyumannya.

Saat Shin masuk kedalam bangunan, Andi langsung menghela nafas berat.

"Apakah tadi itu adalah sebuah peringatan? Seperti ia mencoba mengatakan, jika sikapmu terus bagus maka keselamatanmu akan terjamin. Baiklah aku akan menerima peringatan ini dan menanamkannya dalam pikiranku." Andi berkeringat dingin lalu mencoba menenangkan dirinya.

Beberapa saat kemudian, Andi melirik ratusan prajuritnya.

"PERHATIAN SEMUANYA! DIA ADALAH TAMU YANG SANGAT PENTING! JANGAN PERNAH MENYINGGUNGNYA ATAU KEPALA KALIA AKAN LANGSUNG MELAYANG. KALIAN PAHAM!" teriak Andi dengan sangat lantang ke arah para prajuritnya.

"PAHAM PAK!"

"Bagus, jika begini aku hanya perlu mengatasi beberapa permasalahan. Untuk sekarang, Bubar!" tambah Andi menekankan. Kemudian semua pasukan mulai berpencar dan masuk ke lift untuk kembali ke pekerjaan bagian mereka masing-masing.

Salah satu prajurit disana, saat baru turun dari lift di lantai ia bekerja. Ia langsung berlari menuju kamar mandi dengan terburu-buru.

Ia menatap kaca dengan wajah yang begitu kebingungan. Ia langsung menekan tombol di leher dan itu melepas armor yang menyelimuti seluruh kepala, beberapa saat kemudian ia langsung menekan suatu tombol di bahu kirinya. Yang membuat armornya melepaskan bagian tangan kiri. Disana terdapat logo AC-34 yang beberapa saat kemudian bersinar.

"Permisi nyonya Ella. Salah satu dari fourty eight berkode AC-32, Abil. Ingin melapor," ucapnya dengan terburu-buru namun masih dengan nada hormat.

Seorang wanita yang sedang duduk di atas sebuah kursi yang tampak seperti singgasana melirik ke kanan lalu mengambil cangkirnya.

"Silahkan," balas Ella singkat.

"Saya disini ingin melaporkan tentang master Silance. Bagaimana ia bisa tiba-tiba muncul di Maidan dengan di antar salah satu dari 5 jendral tertinggi disini. Terlebih lagi master Silance membuat jendral tersebut membukakan pintunya? Sebenarnya apa yang terjadi, saya sangat percaya diri dengan pengumpulan informasi dan pengamatan dalam seluruh Maidan. Tidak pernah sekalipun master Silance berkontak dengan jendral. Bagaimana situasi ini terjadi?"

Mendengar itu, raut wajah Ella berubah. Ia langsung mengerutkan dahinya dengan kesal.

"Hey, apa kau pikir ... Master itu setara denganmu? Kata-katamu itu seperti merendahkan tuan Silance dan aku juga karena aku saja tidak bisa menebak sedikitpun rencananya," balas Ella dengan nada yang sangat berubah. Walau hanya dari suara, Abil juga dapat merasakan aura membunuhnya.

Beberapa saat kemudian, Abil langsung menunduk dengan tatapan pasrah.

"Maaf nona, tampaknya saya sudah melakukan dosa besar. Saya saat ini juga akan menghukum diri sendiri." Abil terus menatap kosong sambil meratapi dosanya.

Beberapa saat kemudian, Ella menyeringai.

"Tidak perlu, lanjutkan saja pekerjaanmu."

"Ta-tapi! Saya sudah melakukan dosa besar!"

"Apa kau ingin menentang perkataanku sekali lagi?" Ella mengeluarkan hawa membunuhnya lagi.

Abil tersentak dan tak dapat bergerak.

"Ma-maaf, tentu saja tidak. Saya akan dengan senang hati menuruti kemauan anda."

"Bagus, jangan sia-siakan kesempatan yang sudah ku berikan."

Abil mendapatkan kembali semangatnya. Ia langsung menatap dengan mata penuh api dan berniat menebus dosanya barusan.

"Baik nona!"

"Sekarang, kau tidak perlu mengamati pergerakan master. Karena kau tidak mungkin bisa mengetahui tindakan selanjutnya. Lakukan apa saja yang kau bisa untuk membantunya," perintah Ella sambil menggoyang-goyangkan cangkirnya yang berisi air berwarna merah. Ella memasang senyum bahagia dan terus merasa bangga akan masternya.

"Akan saya lakukan sekarang juga, kalau begitu saya mohon undur diri."

"Silahkan."

Biiip, hubungn langsung terputus. Beberap saat kemudian Ella meminum cairan yang ada di dalam gelas tersebut hingga habis.

"Haaaah, master. Memikirkan aksimu yang terus tak tertebak membuatku semakin semangat. Kalau begitu aku juga tidak boleh kalah." Sesaat kemudian, Ella melirik pelayan yang ada di depannya.

"Berikan laporan tentang anggota baru, dan berapa orang yang sudah mendapatkan kekuatan pertama mereka dalam senjata jiwa di kota Abantern ini," perintah Ella dengan nada yang masih senang.

"Baik, menurut hasil data barusan. Ada sekitar 300 orang dari anggota baru dan 57 anggota lama. Jumlah orang yang sudah mendapatkan kekuatan mereka ada 232 dan 100 nya sudah bisa membangunkan warna dalam Kostum Silance Sistem mereka." Perempuan berseragam maid di depan Ella menjelaskan dengan tenang.

"Bagus, perkembangan yang sangat bagus. Jika seperti ini maka kebangkitan Silance Sistem yang lebih kuat daripada sebelumnya dapat terjadi." Ella bangkit dari atas kursi, lalu berjalan melewati karpet merah menuju pintu keluar, para maid yang berdiri di depannya tadi mengikut langkahnya dari belakang.

***

Disisi lain, Abil yang baru saja keluar dari kamar mandi dan mengenakan seragam armor canggihnya. Berleri dengan cepat menuju lantai terasa, salah satu tempat orang-orang berstatus tinggi berada. Namun, saat baru saja tiba. Ia sangat kaget karena melihat master Silance memakai baju compang-camping. Tunggu, kenapa di balik kostum Silance Sistemnya ia memakai baju yang terlihat seperti pengemis itu? Tanda tanya besar melayang di atas kepalanya.

Beberapa saat kemudian Abil tersadar dari renungannya setelah melihat seorang wanita mendorong Master Silance hingga terjatuh.

Shin, bangun dengan tatapan yang sangat kesal. Ia berdiri menatap wanita tadi dengan marah.

"Aaaahhh! Gawat! Jangan sampai master Silance meratakan seluruh bagian dalam gedung ini!" seru Abil di dalam hatinya dengan sangat khawatir.

Namun, jarak Abil yang masih agak jauh. Tak dapat menghentikan tinju Shin yang sudah melayang dengan cepat menuju wanita itu. Shin sengaja hanya meninju di bagian sebelah kiri kepalanya dan tidak mengenainya, Shin hanya berniat mengintimidasi. Agar wanita itu nanti bisa menjaga sikapnya.

Namun, semua orang sangat kaget. 2 pengawal wanita itu, Abil, 2 penjaga yang baru saja masuk dan berdiri di belakang Abil setelah mendengar keributan, dan juga Shin sendiri.

Karena, tinju yang memang berniat tidak mengenai wanita itu. Rupanya mengenai sesuatu yang selama ini mengendalikan tubuh wanita tersebut. Seorang laki-laki yang mengenakan jubah dari sekte kegelapan terlempar keluar dan melesat dengan cepat menghantak dinding setelah terkena pukulan shin. Wanita itu yang dirasukipun langsung jatuh pingsan.

"Apa!" teriak Abil dan Shin di dalam hati dengan begitu kaget.

>>Bersambung<<

~Higashi