ReBirth 48
Chapter 5: Terlibat masalah.
"Siapa kalian? Dan apa yang ingin kalian lakukan!" seru Shin yang langsung berdiri di depan wanita itu.
"Ini tidak ada hubungannya denganmu, minggirlah sebelum terlambat," balas salah seorang dari kumpulan orang berbaju besi tersebut.
"To-tolong aku," pinta gadis berambut merah muda itu yang berlindung di belakang Shin.
"Ck," decit Shin kesal dan mulai memikirkan sebuah rencana.
Orang-orang berbaju besi itu yang mulai tidak sabar. Mengangkat senjata mereka kedepan. Beruntung, saat itu orang-orang mulai berkumpul di sekitar situ.
"Hey, apa yang kau lakukan! Itu tokoku. Kau harus bertanggung jawab sialan!" teriak seseorang berambut kriting dari samping kanan Shin.
Orang itu mulai banyak bicara dan mengatakan semua kekesalannya. Saat itu Shin tersenyum kecil.
"Hey! Apa kau dengar tadi penejelasanku!? Kalian harus ganti rugi!"
Orang-orang berbaju besi itu memasang ekspresi datar.
"Bacot," balas pemimpin dari kelompok itu singkat yang langsung menembakkan senjatanya ke orang itu.
Dari senjata itu keluar sebuah bola listrik yang langsung mengenai orang itu. Orang itu langsung tersetrum dan kemudian pingsan.
"Baiklah, mari kita kembali ke—."
Pemimpin tersebut langsung sadar kalau Shin dan wanita berambut merah mudah yang menggunakan baju berwarna merah dan rok hitam itu telah kabur.
"Sialan! Berpencar semuanya! Jangan biarkan mereka lolos!"
Shin dengan cepat berlari sambil menarik tangan perempuan itu. Mereka berdua masuk kedalam sebuah gang sepi untuk mengambil jalan pintas dan menghilangkan jejak mereka. Tapi di tengah pelarian ....
"H-hey, tunggu! Jangan berlari terlalu cepat, nanti aku—."
"Aaah!"
Bruk!
Perempuan itu tersungkur di tanah. Shin yang sadar langsung berbalik dan membantunya berdiri.
"Ah, maaf. Apakah kau baik-baik saja?" tanya Shin yang langsung membantunya berdiri.
"Ti-tidak masalah. Yang penting, jangan lari lagi. Aku akan mencoba menelfon ayahku. Dengan begitu kita hanya harus mengulur waktu sampai ayahku tiba," balas wanita itu sambil mencoba berdiri.
Sesaat kemudian, ia kembali terjatuh.
"Aduh," rintihnya kesakitan.
Saat itu Shin sadar, bahwa kaki wanita itu terkilir.
"Ck, kalau begitu. Kau telfon ayahmu cepat," saran Shin sambil melihat-lihat sekitar dengan panik.
"Ba-baik," balas wanita itu sambil mengeluarkan HP-nya.
"Ta-tapi, bagaimana denganmu?" tambahnya sambil menekan nomor ayahnya dan mulai menelfon.
"Tenang saja, aku akan mengalihkan perhatian mereka. Ayo!" sorak Shin sambil tersenyum kecil. Ia kemudian langsung mengangkat tubuh wanita itu, dan berlari menuju ujung gang yang satu lagi.
Sesaat kemudian Shin belok ke kiri, beruntung disana terdapat sebuah kafe.
Shin langsung masuk dan menyuruh wanita itu berbaur dengan sekitar. Wanita itu mengangguk yang kemudian langsung berbicara ke telfon. Shin keluar dan kembali berlari ke arah gang tadi. Tepat saat itu juga, ada dua orang berbaju besi dari kelompok tadi yang melihat Shin.
Shin pun terpikirkan sebuah rencana untuk memancing mereka semua ke tempat sepi. Lalu mengalahkan mereka.
Shin mulai berlari menuju area yang sepi, dan ia pun menemukanya. Yaitu di halaman belakang sebuah bangunan yang masih dalam tahap konstruksi. Tapi pembangunanya di hentikan.
"Sekarang, kau tidak bisa kabur lagi," ucap pemimpin kelompok tersebut.
"Cepat beritahu! Dimana kau menyembunyikan wanita itu!"
Shin berbalik, ia langsung tersenyum licik.
"Hahaha, siapa yang bilang aku sedang melarikan diri?" tanya Shin dengan cukup percaya diri.
"Si sialan ini! Apakah kau tidak menyadari situasimu sendiri!"
"Hahaha! Harusnya kalian yang mulai waspada. Karena aku, akan serius."
Bam!
Ledakan aura terjadi. Shin mengaktifkan merediannya. Yang membuat seluruh kekuatan di tubuhnya kembali mengalir.
"I-ini ... Kenapa dia bisa jadi sekuat ini?" desis salah satu bawahannya yang mundur beberapa langkah.
"Jangan takut! Kita ini memiliki jumlah orang yang lebih banyak. Lakukan taktik seperti biasanya, bergerak!" perintah dari pemimpin itu yang langsung maju dann mulai berpencar bersama para bawahannya.
"Tiga dari depan, dua orang ke kiri, dua orang ke kanan. Dan ada satu orang yang mulai bergerak ke belakang, baiklah. Saatnya menggerakkan tubuh!" batin Shin yang mulai bersemangat dan berlari maju.
Orang-orang itu langsung menembakkan senjatanya. Serangan-serangan datang dari semua sisi Shin. Shin dengan mudah menghindari mereka semua. Dan langsung loncat kedepan.
Ia kemudian menggunakan elemen api di kepalan tangannya. Dan dengan kuat meninju salah satu dari orang-orang itu. Ia langsung terpental jauh kebelakang.
Namun, karena semua orang yang ada di situ adalah orang-orang yang cukup berpengalaman. Mereka tidak panik, justru mereka semua maju sambil membuang senjata mereka. Mereka mengeluarkan tongkat besi yang di aliri listrik.
"Oh? Kalian tidak ingin membunuhku karena masih membutuhkan informasi kah? Keputusan yang salah!" seru Shin yang dengan mudah menahan serangan orang itu.
Shin mengaktifkan sedikit kekuatan dari tombak. Dan membuat batu menyelimuti kedua tangannya.
Setelah itu, Shin langsung meninju perut orang itu yang membuatnya juga terpental jauh kebelakang.
"Dua tumbang."
Mereka semua pun mulai kesal. Akhirnya mereka bersamaan bergerak menyerang Shin.
Shin menghindar dan terus membalas serangan mereka. Pertempuran yang sengit terjadi. Walau begitu, sepertinya pertarungan ini berat sebelah.
"Tujuh tumbang. Tinggal satu lagi," gumam Shin yang kemudian memandang orang pemimpin kelompok itu yang mulai kelelahan.
"Sialan!!" teriak pemimpin kelompok itu sambil berlari maju.
Shin dengan mudah menghindari serangan pemimpin kelompok itu. Yang kemudian membalas dengan sebuah pukulan kuat di perutnya.
Bam!
Shin menggunakan kekuatan yang lebih kuat dari yang biasanya, sehingga menciptakan ledakan angin. Orang itu langsung terpental kebelakang.
Namun tidak jauh, ia hanya terpental 3-4m. Dan masih berdiri.
"Hooo, tidak buruk juga kau rupanya," tatap Shin ke orang itu sambil tersenyum sadis.
"Haha, kau lengah. Ini kemenanganku," tawa orang itu yang agak terbata-bata setelah batuk darah.
Saat itulah Shin kaget. Ia sadar di dadanya ada suatu benda yang menempel.
"Sejak kapan?"
Shin Kemudian langsung berfikir.
"Ah, aku tau. Saat aku memukulmu tadi rupanya ya," tambah Shin.
"Selamat tinggal," ucapnya sambil menekan sebuah tombol.
Sesaat kemudian, ledakan listrik yang berasal dari benda yang menempel di tubuh Shin terjadi.
Bam!!
"Ahhh!" rintih Shin tersetrum yang langsung tertunduk kesakitan.
Saat itulah pemimpin kelompok berjalan santai ke arah Shin.
Shin mencoba mengambil benda yang menempel itu. Namun seluruh tubuhnya kaku karena menerima ledakan listrik yang terlalu besar.
Pemimpin kelompok itu langsung menyerang dengan tongkat listriknya. Dan kemudian menyerang perut Shin.
"Ahkk!!" respon Shin sambil batuk darah.
Sesaat kemudian, ledakan listrik yang lebih besar terjadi.
Bammm!!
Tubuh Shin kemudian jatuh ketanah.
"Sialan! Benar-benar membuang waktuku," decit pemimpin kelompok itu kesal yang kemudian berbalik.
Saat itulah Shin langsung bangun.
"Tunggu! Jangan bilang—."
Dengan reflek ia berbalik dan melihat Shin yang masih dalam keadaan sadar setelah menerima ledakan listrik yang cukup kuat.
"Jangan bercanda! Bahkan yang barusan sudah cukup untuk membunuh seekor singa!"
"Aahhh! Ini menyakitkan. Benar-benar menyakitkan!" decit Shin dengan kesal. Yang bangkit dan mengambil benda yang ada di dadanya, lalu di hancurkannya.
"Lihat saja, kau akan menerima balasanya," ucap Shin lagi dengan kesal yang kemudian langsung menghilang.
"Hiii! Jangan mendekat! Dasar monster!" teriak orang itu yang langsung lari menjauh.
Sesaat kemudian, Shin muncul di depan orang itu, sambil meninju perutnya.
"Ack!" pekik orang itu yang tersentak dan kemudian tertunduk kaku.
"Selamat tinggal," ucap Shin sambil menatapnya dengan penuh hawa membunuh.
Sesaat kemudian Shin langsung mengaktifkan senjata sabitnya. Yang kemudian langsung menelan dan menghilangkan kepala orang itu.
Darah langsung mengucur ke atas seperti air mancur. Shin langsung menghilang dan kembali ke tempat ia pertama berdiri.
Beberapa saat kemudian Shin langsung tertunduk lemas.
"A-apa yang terjadi?"
Shin kemudian langsung melihat kedua tangannya.
"Si-sial! Tampaknya ledakan listrik berkali-kali tadi membuat aliran aura ku terpecah," gumam Shin yang kemudian menggenggam dengan kuat.
Sesaat kemudian ia langsung bangun. Dan melihat orang-orang lainya mulai bangun dan beranjak kabur.
Shin menghilang. Sesaat kemudian, kepala semua orang langsung terbang ke atas. Dan selang beberapa detik setelah itu. Tubuh mereka semua terbakar yang membuat tubuh mereka semua lenyap menjadi debu.
**
Shin masuk kedalam kosan murah miliknya, melalui jendela kamarnya. Ia langsung berbaring di atas kasur.
"Sialan! Aku kembali melatih tubuhku agar kebal akan tekanan listrik dan lainya yang cukup besar. Selain itu aku harus membuat auraku berjalan seperti biasanya," keluh Shin yang berkeringat banyak.
Sesaat kemudian, Shin duduk di atas kasurnya. Yang kemudian langsung mulai bermeditasi.
"Hari yang sial," gumam Shin di dalam hati.
***
"Dua minggu telah berlalu semenjak kejadian itu. Sekarang aku sudah agak meningkatkan kapasitas kekuatanku, agar saat aku menggunakan senjata jiwa. Tubuhku dapat memadainya," batin Shin sambil berjalan ke arah gedung kuliahnya.
"Ouh iya, aku bahkan tidak tau nama wanita yang kuselamatkan waktu itu. Dan bagaimana kabarnya," tambah Shin yang kemudian berhenti dan melihat ke arah langit.
"Tapi, bodo amatlah. Selama kehidupan normal, dan tentram yang sangat membahagiakan ini tidak terganggu. Aku akan merasa ini lebih dari cukup."
Shin tersenyum ke arah langit. Ia kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruangan dimana ada dosen yang mengajar.
**
30 menit berlalu~
Semua pelajaran begitu mulus dan biasa saja. Dan seperti dugaan, sang karakter utama dan heroin di kelas selalu aktif seperti biasanya.
Shin menguap sambil melihat keluar jendela. Saat itulah ia tersentak, saat mendengar sesuatu yang di omongkan oleh dosen yang mengajar.
"Apakah kalian semua tau? Organisasi yang belakangan ini selalu menjadi topik pembicaraan para bangsawan kelas atas?"
Dosen tersebut menatap ke arah murid-muridnya.
"Memangnya apa itu Bu?" tanya seseorang dari belakang.
"Mereka adalah Silance Sistem," jawab dosen tersebut dengan tersenyum lebar.
Shin tersentak dan langsung melepaskan penyangga dagunya.
"Apa!" teriak Shin di dalam hati dengan sangat terkejut.
"Memang, keberadaanya belum diketahui para orang awam. Namun, mereka adalah organisasi bagi para orang-orang kelas atas. Anggotanya terdiri dari orang-orang yang sangat kuat. Dan bahkan organisasinya sudah menyebar keberapa negara-negara di Asia."
"Rumornya, organisasi ini bisa menghancurkan sebuah kota dengan mudah jika ada yang memprovokasi mereka. Jangankan kota, bahkan jika itu adalah suatu kerajaan, mereka tidak akan takut," jelas dosen berambut hitam sebahu tersebut.
"Tunggu! Apakah organisasi seberbahaya itu benar-benar ada Bu?" tanya sang karakter utama di kelas, Meron. Ia tampak begitu antusias dan bersemangat.
"Ya, tentunya. Karena itu kalian harus berhati-hati jika berurusan dengan seseorang. Atau seluruh keluarga kalian atau musnah, tidak memandang siapa kau sebenarnya."
Seseorang dari belakang Meron mengangkat tangannya, ia adalah sang heroin di cerita kelas ini. Dengan rambut berwarna ungu dan sikapnya elegan dan terlihat dewasa, ia bertanya.
"Tunggu, jika tadi ibu bilang kalau orang awam tidak mengetahuinya. Bukankah itu berarti bahwa informasi ini adalah informasi rahasia? Kenapa ibu memberitahukan hal ini pada kami semua?" tanyanya yang dengan wajah serius dan merasa bahwa sesuatu yang tidak beres terjadi.
"Wah, wah. Tidak kusangka bahwa ada yang sangat cepat tanggap di sini. Pertanyaan bagus," jawab Dosen tersebut sambil mengangkat salah satu ujung bibirnya.
"Jawabanya adalah. Kami ingin mencari tau, bahwa di antara kalian ada tidak keturunan dari para pahlawan," jawab dosen tersebut dengan santai dan mengangkat kedua tangannya.
"Tunggu! Apa?" teriak para murid yang merasa kaget.
"Ya, benar. Cara mengetahuinya mudah. Kalian hanya harus mengangkat tangan kalian ke depan. Dan katakan, ini."
"Sebagai keturunan pahlawan. Aku memerintahkan senjata milikku, untuk datang ke tanganku!" jelas dosen tersebut sambil mempraktekkannya. Sesat kemudian. Sebuah cahaya muncul, dan di depan tangan dosen tersebut ada sebuah godam yang melayang.
"Apa!! Apakah hal seperti itu nyata, kalau begitu aku harus mencobanya," satu persatu murid mulai mencoba hal tersebut.
Namun, semuanya tidak ada yang berhasil, termasuk Shin yang berpura-pura gagal.
"Heuh ...," hela dosen tersebut dengan kesal
"Kupikir menemukanya tidak semudah yang kupikirkan," helanya yang kemudian mengeluarkan sebuah bola dari kantongnya.
Sesaat kemudian ia melempar bola tersebut ke atas, dan terciptalah cahaya yang sangat terang. Cahaya tersebut membuat semua orang pingsan.
Melihat hal itu, Shin dengan reflek berpura-pura pingsan agar tidak ketahuan.
"Aahh. Usahaku berkali-kali dan sudah hampir mencapai semua kelas di sekolah ini rupanya tidak membuahkan hasil," decit dosen tersebut dengan kesal dan berjalan keluar ruangan.
Saat itu juga Shin langsung bangun.
"Apa-apaan! Apa yang sebenarnya terjadi!" teriak Shin di dalam hati dengan kuat dan panik.
***
Sepulang sekolah~
Saat ini Shin duduk di taman sambil memasang wajah kaget.
"Sejak kapan organisasi yang kuciptakan secara tidak sengaja itu berujung membesar, apalagi sampai menyebar ke negara-negara lain," tambah Shin di dalam hati yang kemudian menggaruk-garuk kepalanya karena stress.
"Ahhh! Dan apa-apaan soal menghancurkan sebuah kerajaan itu. Aku tidak paham lagi dengan semua ini. Aahhh!!"
Shin kemudian yang dalam keadaan benar-benar stress. Menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diri.
"Baiklah mari kita cerna dulu semuanya dengan benar. Ini baru 3 bulan lebih semenjak aku membuat organisasi Silance Sistem. Tapi mereka sudah menyebar ke negara-negara lain, itu benar-benar suatu hal yang tidak pernah kusangka. Malam ini aku harus memanggil kembali para Five Prefix untuk menerima penjelasan semua ini."
Shin Kemudian menghela nafas panjang pagi. Ia kemudian tersenyum dan menatap meja guru.
"Namun, bola yang berisi cahaya itu. Kupikir itu berfungsi untuk menghapus ingatan orang-orang yang ada di sini akan hal yang dibahas tadi."
"Ku akui. Hal itu cukup keren."
<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>
Info:
~Ella:
-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Merah
-Senjata: Panah Phoenix
-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 1
-Elemen: Api
-Kode: A1
~Lena:
-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Silver
-Senjata: Tombak Chimera
-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 3
-Elemen: Tanah
-Kode: M1
~Pedra:
-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Ungu
-Senjata: Pedang Typhon
-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 3
-Elemen: Bayangan/kegelapan
-Kode: T1
~Veila:
-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Emas
-Senjata: Cambuk/Pedang Hydra
-Tingkat kekuatan: Lapisan Aura ke 8
-Elemen: Air
-Kode: H1
~Kevi:
-Warna kostum: Dominasi hitam dan di seluruh bagian kostumnya ada pancaran bayangan yang membuat kostum kevi tampak seperti sedang terbakar. Namun Kavi jarang dan hanya sekali memperlihatkan kostum yang sebenarnya.
-Senjata: Sabit Khaos
-Tingkat kekuatan: Lapisan langit ke 5
-Elemen: Kahampaan
-Kode: Z1
Tingkat kekuatan:
Lapisan tubuh ===> Lapisan Jiwa ====> Lapisan Aura ===> Lapisan Langit ====> Lapisan Surgawi ====> Saint.
Dimana setiap lapisan memiliki 10 tingkat (kecuali Saint)
Jumlah anggota Silance Sistem:
5.000+
<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>
>>Bersambung<<
~Higashi