Laki-laki itu berdiri di samping jendela. Ia nampak termenung sembari memperhatikan gadis di depannya. Ia menunggu apa kata-kata yang akan dilontarkan dari bibir yang terasa semanis madu itu.
Tasia menggeleng lesu, matanya basah dan seluruh permukaan di wajahnya menampakkan bercak-bercak berwarna merah. Ia terduduk di atas ubin dingin kamarnya, menangis tanpa mengeluarkan suara sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Hadyan, tidak bergerak sedikitpun, masih mematung sambil menyaksikan gadisnya menangis sesedih itu.
"Aku tidak akan menekanmu. Mungkin kau butuh waktu sendiri." Ucap Hadyan setelah setengah jam menontoni Tasia yang masih menangis di posisi yang sama.