"Akhirnya kamu mengatakan sesuatu …" Mendengar suara dalam pikirannya sendiri, Arman menggaruk hidungnya. Mulutnya bergetar ke atas menjadi senyum yang menyenangkan ketika dia berbicara, maksudnya mengatakan begitu banyak sehingga dia bisa memaksa kakek tua itu untuk mengatakan sesuatu yang menenangkan dirinya.
"Heh … dasar kamu bocah kecil, mencoba untuk menipuku …" Sebuah gema keluar dari dalam pikiran Arman. Guru Indra tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis dan malah berkata, "Anak nakal, terus berlatih Kultivasi Aura. Tehnik Aura Atribut bukanlah sesuatu yang perlu Kamu khawatirkan. Aku tidak akan kalah. Di masa depan, pencapaian Kamu tidak akan lebih rendah daripada gadis kecil itu. Keluarganya hanya … Ahem."