Carolina menatap Andi yang masih memegang pintu mobilnya.
Untuk Andi, dia tidak tahu kenapa pria yang biasanya dingin padanya kini terlihat ramah bahkan sampai mau membukakan pintu mobil untuknya layaknya seorang gentleman.
Andi memang masih muda, usianya kayaknya belum sampai 30-an, masih sekitar 25 atau 26 tahun, tapi karena kerja kerasnya dan kepemimpinannya, dia sudah diangkat menjadi project manager, yang biasanya membutuhkan beberapa tahun lagi sebelum bisa mendapatkan gelar tersebut.
Carolina kemudian menatap Ethan yang masih memegang pinggangnya yang tadi di cubit oleh Carolina.
Sama seperti Andi, Carolina juga bingung kenapa si apel merah bodoh itu hobi banget menunjukkan jarinya pada dirinya, sering berkata dengan nada memerintah tapi tetap terus ingin berdekatan dengannya.
"Apakah dia sengaja ingin menggoda gue biar dia bisa membawa gue ke tempat tidur lagi?" pikir Carolina tiba-tiba. Tadi saja si apel merah bodoh itu ingin membahas kejadian di Bali.
"Huh! Butuh 1000 tahun bagi lo untuk ajak gue ke tempat tidur lagi!"
Carolina memutuskan untuk berjalan mendekati mobil Andi, tapi sebelum masuk, dia kembali menatap Ethan dan berkata.
"Maaf ya pak Ethan, aku yang anak magang ini kurang nyaman jika harus naik di mobil CEO perusahaan tempatku magang," ucapnya sambil memasang ekspresi meminta maaf.
Ethan sedikit kecewa karena Carolina menolak naik bersamanya, dia awalnya mengajak wanita itu karena sepertinya akan seru saja jika pergi bersama.
Ethan yang mengira bahwa wanita itu tidak ingin naik ke mobilnya karena ada Andi yang merupakan atasan di timnya dan ingin menjaga imagenya, akhirnya hanya mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya.
Setelah memasukkan koordinat rumah sakit 400 batu kuasa di gps, Andi dan Ethan mulai menginjak pedal gasnya.
"Jangan lupa pakai sabuk pengamannya," ucap Andi yang melirik ke arah Carolina yang belum memakai sabuk pengamannya.
"Ah baik, pak Andi," jawab Carolina yang akhirnya menuruti kata Andi.
"Memang mungkin terasa tidak nyaman, tapi ada banyak orang yang meninggal ketika kecelakaan mobil hanya karena tidak memakai sabuk pengaman. Berjaga-jaga tidak ada salahnya," ucap Andi lagi. Carolina hanya mengangguk.
"Sejak kapan nih orang jadi banyak ngomong gini?" pikir Carolina.
Suasana di mobil kembali hening. Andi fokus dengan jalan di depan sementara Carolina sibuk membaca manga.lewat handphonenya.
"Kamu otaku*?" tanya Andi ketika hendak melirik ke arah Carolina dan melihat wanita itu sedang membaca manga.
(* istilah dari bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut orang yang betul-betul menekuni hobi, tapi di luar Jepang biasanya digunakan untuk menyebut orang yang menyukai budaya Jepang seperti anime / manga)
Carolina sedikit terkejut ketika mendengar pertanyaan Andi, biasanya jika orang-orang melihatnya nonton anime atau baca manga, mereka akan melabel dirinya dengan sebutan wibu.
Sebutan untuk orang yang tergila-gila pada hal-hal yang berbau Jepang mulai dari kebudayaan, kebiasaan dan juga yang lain. Orang-orang ini biasanya sering mencampur-campurkan bahasa indonesia dengan bahasa Jepang.
Wibu sudah pasti otaku, sementara otaku belum tentu wibu.
"Ah, bukan kok. Aku hanya suka baca komik aja," ucap Carolina yang tidak ingin di cap sebagai otaku apalagi wibu.
"Bukannya manga itu ada adaptasi animasinya, kan? Kamu juga suka nonton itu?" tanya Andi lagi yang penasaran. Biasanya wanita seumuran Carolina pasti lebih suka hal-hal yang berbau Korea dibandingkan Jepang.
"Iya, kalau penjualan manganya lancar, biasanya itu akan diadaptasi menjadi anime, ya kalau lagi tidak sibuk sesekali aku menontonnya," jawab Carolina mencoba menjaga imagenya agar tidak terlihat seperti seorang otaku.
"Biasanya wanita seumuran kamu sukanya hal-hal yang berbau Korea, apa kamu juga suka itu?" tanya Andi akhirnya menanyakan hal itu.
"Oh nggak sih, aku cuma suka nonton variety show-nya aja. Kalau soal kpop atau drama Korea, aku tidak tertarik," jawab Carolina terus terang. Kalau soal Korea, dia memang lebih suka menonton variety show karena biasanya variety show Korea bagus dan lucu, itu kadang membantu untuk menaikan moodnya yang lagi down.
"Oh, berarti kamu tidak mengidolakan pak Ethan seperti Desi misalnya?" tanya Andi lagi. Setelah mengetahui bahwa Ethan datang ke NamTech, teman-teman seangkatannya yang wanita yang mengetahui bahwa Andi bekerja di NamTech menghubunginya setelah sekian lama untuk menanyakan hal tersebut, bahkan ada yang sampai menyuruhnya untuk meminta tanda tangan Ethan.
"Ah tidak kok, aku hanya mengidolakan papaku saja. Untuk idol atau aktor yang dari Korea, Jepang, barat maupun Indonesia, aku hanya bersikap netral saja. Tidak mengidolakan ataupun membenci," jawab Carolina
Andi hanya mengangguk ketika mendengarnya. Menyadari bahwa percakapan dari tadi hanya satu arah dan dia sepertinya terlihat tidak sopan, Carolina balik bertanya,
"Pak Andi sendiri gimana? Suka Korea?" tanya Carolina.
Carolina memang pendiam dan tidak banyak mengobrol untuk orang yang tidak terlalu dekat dengannya tapi bukan berarti dia adalah orang yang pemalu. Dia hanya tidak suka bicara basa basi saja, tapi dia berusaha keras untuk mengubah sifatnya yang seperti itu.
"Aku? Gak kok, aku gak pernah nonton tayangan Korea, tapi kalau anime lumayan suka. Kamu suka genre film yang seperti apa?" tanya balik Andi.
"Gak ada genre khusus sih, selama ceritanya menarik dan bagus aja," jawab Carolina.
Andi sekali lagi hanya mengangguk dan suasana kembali menjadi hening.
"Carol," panggil Andi tiba-tiba.
Carolina yang telah kembali membaca manganya, menoleh. "Ya, pak Andi?"
"Hari jumat nanti sepulang kerja… mau nonton bareng?" tanya Andi sambil melirik ke arah Carolina.
"Frozen 2 dari Disney saat ini sedang tayang, aku ingin menontonnya tapi rasanya aneh seorang pria menonton Frozen 2 sendirian," lanjut Andi lagi.
"What the-! Apakah dia baru saja mengajakku untuk ngedate?" pikir Carolina yang terkejut. Dia awalnya sudah bisa merasakan sikap Andi padanya akhir-akhir ini berbeda, tapi Carolina pikir bahwa mungkin saja dirinya tidak seperti yang dibayangkan oleh Andi.
Tak pernah sama sekali terpikirkan olehnya bahwa Andi akan menyukainya apalagi mengajaknya untuk ngedate!
"Terus pak Andi nonton Frozen 1 nya gimana?" tanya Carolina. Jika Andi ingin menonton Frozen 2, bukankah itu berarti dia sudah menonton Frozen 1?
"Itu… sewaktu Frozen 1 tayang aku saat itu sedang skripsi, jadi aku tidak bisa menontonnya di bioskop. Akhirnya aku hanya menontonnya setelah aku akhirnya lulus, aku bahkan menontonnya sendirian lewat laptopku di dalam kamar karena takut dilihat oleh orang lain. Pria usia 20-an malah nonton Frozen," ucap Andi jujur sambil tersenyum malu.
Carolina tersenyum geli ketika mendengar hal itu, dia bisa membayangkan Andi yang memang menonton film Frozen di dalam kamarnya.
"Wah, kalau saat Frozen 1 tayang pak Andi sedang skripsi, ternyata pak Andi udah tua, ya!" ucap Carolina bercanda.
"Aku memang udah tua, kamu aja manggil aku bapak," jawab Andi sambil tersenyum, membuat Carolina sedikit salah tingkah.
"Jadi gimana? Kamu mau nemenin aku buat nonton Frozen 2?" tanya Andi lagi.
"Maaf pak Andi, aku mau-mau aja sih, tapi hari jumat aku tidak akan datang ke kantor," ucap Carolina sambil tersenyum meminta maaf.
"Ah, kamu ada jadwal kuliah ya hari jumat?" ucap Andi yang mengingat bahwa hari jumat kemarin Carolina meminta izin untuk tidak masuk.
Carolina mengangguk.
"Hmm.. hari kamis juga sepertinya gak bisa karena besok masih kerja. Kalau hari sabtu, harga tiketnya pasti lebih mahal," gumam Andi yang dapat di dengar oleh Carolina.
"Ternyata dia orangnya perhitungan juga," pikir Carolina mengangguk tanda setuju. Harga tiket untuk weekend dan weekday memang berbeda, meski di hari jumat juga harganya sedikit lebih mahal, tapi lebih mahal saat hari sabtu dan hari minggu.
"Kamu kuliah di Universitas Cerdas kan? Gimana kalau aku menjemputmu? Soalnya harga tiket saat weekend lebih mahal dan aku tidak terlalu suka keluar malam jika besoknya harus datang ke tempat kerja. Itu sih jika kamu tidak keberatan," tanya Andi lagi menawarkan.
Carolina terdiam sebentar dan memikirkan rencananya, akhir-akhir ini dia tidak lagi membutuhkan uang jadi dia tidak akan mengambil pekerjaan sampingannya sebagai FA, proposal untuk magangnya juga bisa dia selesaikan karena dia sudah mulai mengerjakannya minggu lalu, dan tugas di tempat magangnya juga tidak terlalu susah.
Jadi minggu ini sepertinya dia bebas.
Tidak ada salahnya untuk jalan-jalan keluar, kan? Lagipula mereka hanya pergi untuk menonton sebuah film animasi.
"Boleh, tapi aku gak janji ya. Soalnya sesuatu yang mendadak bisa saja terjadi," ucap Carolina yang tidak ingin menjanjikan bahwa dia bisa agar Andi tidak terlalu kecewa.
"Iya, nanti kita bicarakan lagi." jawab Andi sambil tersenyum.
"Sepertinya kita sudah sampai," ucap Carolina yang sudah bisa melihat gedung rumah sakitnya.
"Wah iya, padahal estimasi waktu di gps nya tadi 30 menit. Waktunya terasa cepat berlalu, ya!" ucap Andi yang masih menampilkan senyum di wajahnya.