Written by : Siska Friestiani
LoCC : 1 Oktober 2014
Re-publish Web Novel : 1 Oktober 2029
๐ Siskahaling
"Sudah?" tanya Mario yang kini melihat Alyssa sudah kembali memakai pakaian gantinya. Alyssa mengangguk lalu mengambil tas-nya di atas meja sofa. Dan keduanya beranjak meninggalkan butik.
"Sebentar" Alyssa merogoh tas-nya mencari ponselnya yang berdering. Ternyata Acha, sekretarisnya.
"Duluan saja, aku harus mengangkat telepon dari sekretaris ku terlebih dahulu" Mario mengangguk lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir di depan butik.
"Ada apa?" tanya Alyssa menjawab panggilan sembari melangkah menuju mobil. Alyssa masih sempat melihat Mario yang kini berdiri bersandar di pintu mobil.
Alyssa mendengus 'kenapa tidak langsung masuk ke mobil saja jika memang sudah sampai' batin Alyssa mengutuk kebodohan Mario.
"Maaf, Miss, tapi saat ini di kantor ada orang yang bernama Jonathan ingin bertemu dengan anda. Beliau berpesan ada hal penting yang ingin disampaikan." Jelas Acha membuat Alyssa menghentikan langkahnya. Tubuhnya menegang beberapa saat.
"Jonathan" lirih Alyssa, namun sepertinya Acha masih bisa mendengar.
"Iya Miss, beliau ada di ruang tunggu sekarang"
Alyssa masih diam, bahkan untuk melangkah saja kakinya terasa lemas. Mau apa lagi pria itu menemuinya, bukankah semuanya sudah selesai dari semenjak dua tahun yang lalu? Mau apa lagi pria itu menemuinya.
Mario mengernyit melihat Alyssa yang kini berdiri mematung di tengah parkiran. Tatapan wanita kosong, seperti tengah memikirkan sesuatu. Cemas terjadi sesuatu dengan Alyssa, Mario segera menghampiri wanitanya.
Namun baru beberapa langkah, Mario melihat sebuah mobil melewatinya dengan kecepatan tinggi ke arah Alyssa. Sontak membuat Mario panik luar biasa.
"ALYSSAA!!"
"Brakkkk"
Terlambat, ya Mario terlambat. Tepat saat Mario berteriak mobil itu sudah menghantam tubuh Alyssa dan menghempaskan tubuh Alyssa di jalan beraspal. Kejadian itu begitu cepat, sangat cepat.
"ALYSSA!!" Mario segera berlari secepat yang ia bisa. Tubuhnya seketika bergetar membayangkan bagaimana kondisi Alyssa sekarang.
Mario luruh tepat di depan tubuh Alyssa yang tak berdaya. Rasa takutnya seketika datang, saat melihat cairan merah itu keluar dari beberapa titik di tubuh Alyssa. Mario melepas Arm Slim-nya dengan tergesa, menghiraukan rasa sakit pergelangan tangannya.
"Arghhh" rintihan itu keluar dari bibir Mario saat ia mengangkat kepala Alyssa agar punggung Alyssa bersandar di pangkuannya.
Beberapa pengawal datang. Ingin membantu Mario membawa tubuh Alyssa. Namun Mario menepisnya kasar.
"Jangan sentuh berengsek!!!" Teriak Mario murka. Matanya memerah menahan desakan air mata yang siap menetes kapan saja.
"Kalian pikir apa yang kalian lakukan!"
"Tapi, Tuan, tangan anda-"
"Persetan! Siapkan mobil sekarang!!!"
Dua pengawal pergi menyiapkan mobil sesuai perintah Tuannya. Sedangkan dua lainnya masih diam ditempat. Berjaga, melihat sekeliling.
"Alyssa" suara Mario bergetar hebat, kini baju dan tangannya sudah penuh dengan darah Alyssa. Sedikit harapan saat Mario masih mendapat kesadaran Alyssa saat amber itu terbuka perlahan.
"Ma... ri...o..." ucap Alyssa terbata. Suaranya tercekat di tenggorokan dan membuat dadanya sesak saat mencoba mengucapkan sesuatu.
"Bertahan lah! Aku mohon." ucap Mario parau. Pria itu membelai lembut wajah Alyssa yang sudah terkena darah.
"Louis!!!" teriak Mario. Tubuhnya semakin bergetar saat melihat amber itu mulai tak sanggup untuk menopang cahaya.
"Aku mohon bertahan. Kita akan segera ke rumah sakit sayang. Tetaplah terjaga, aku mohon" Mario menyatukan dahinya dengan dahi Alyssa. Memeluk tubuh mungil itu seerat yang ia bisa.
Louis datang, dengan sigap membuka pintu mobil. Walaupun ingin sekali ia membantu Mario untuk membopong Alyssa mengingat tangan Tuannya itu sedang terluka.
Mario langsung membopong Alyssa memasuki mobil. Tangannya gemetar hebat, bahkan rasa nyeri di tangannya pun tidak Mario hiraukan.
"Ku mohon bertahanlah"
Mario merasa seperti ada pukulan keras menikam jantungnya. Begitu takut melihat kondisi Alyssa saat ini. Tangannya semakin bergetar saat mencoba membersihkan wajah Alyssa dari noda darah.
"Lebih cepat Lou!!"
Brengsek! Kenapa perjalanan menuju rumah sakit begitu lama. Padahal rumah sakit Alvin lah yang paling dekat saat ini.
Louis menekan earphone ditelinga. Lalu berdesis marah.
"Kejar pelakunya! Bawa dalam keadaan hidup atau mati!"
๐siskahaling
Dua jam berlalu bagaikan neraka bagi Mario. Kini pria itu mondar-mandir di depan pintu operasi mencemaskan keadaan wanitanya. Bahkan pria itu tak menghiraukan penampilan berantakannya saat ini. Bercak darah Alyssa yang mengotorinya pun tak ia hiraukan.
"Ahhhhh" Mario meringis saat tangan kirinya kembali berdenyut. Kali ini dua kali lipat lebih menyakitkan dari pada saat ia membopong tubuh Alyssa tadi. Pria itu mencengkram pergelangan tangannya saat sakit itu tak juga mereda.
"Tuan anda tidak papa, sebaiknya anda membersihkan diri anda dulu dan kembali mengobati tangan anda" saran Louis khawatir melihat kondisi Mario.
Bagaimana pun Mario telah berjasa padanya. Pria itu yang dulu menolongnya dari keterpurukan, pria itu yang dulu dengan baik hatinya memberikan ia pekerjaan saat semua orang mencemoohnya. Dan sekarang ini lah Louis yang kalian kenal. Pria yang akan mengabdi kepada Mario seumur hidupnya. Pria yang akan melakukan apa pun yang Mario perintahkan.
"Brengsek" Mario mencengkram kerah kemeja Louis dengan kuat.
"Bagaimana mungkin kau menyuruhku pergi saat wanita ku berjuang di dalam sana" Louis hanya diam dan menatap Mario dengan tenang. Tak sedikit pun ada tatapan takut saat membalas tatapan Mario saat ini. Ia tahu apa yang saat ini Tuan-nya rasakan. Dan ia tak sedikit pun merah saat Mario membentak dan mengumpat padanya barusan.
"Arghhhh"
"Brukkk"
Mario melayangkan pukulannya ke Louis. Rasa khawatirnya saat ini benar-benar membuatnya tidak bisa berfikir.
Mario berbalik saat mendengar suara pintu ruang operasi terbuka. Alvin dan dua orang suster keluar dari sana. Mario berbalik dan segera menghampiri Alvin yang sedang melepas topi berwarna hijau di kepalanya.
"Alvin, bagaimana dengan Alyssa?" tanya Mario tak sabar. Alvin menghela nafas lelah. Tatapannya kini menatap Mario yang sangat kacau. Bahkan kondisi pria itu masih sama dari kondisi awal ia melihat saat pria itu datang dengan membopong Alyssa.
"Operasinya berhasil" Mario menghela nafas lega. Ia baru menyadari bahwa ia dari tadi menahan nafas.
"Tapi-" ucap Alvin menggantung. Mario mengerenyitkan menangkap raut wajah Alvin saat ini.
"Tapi??" tanya Mario mengulang ucapan Alvin. Hatinya sudah ketar-ketir saat ini.
"Tapi Alyssa berada pada fase koma saat ini. Benturan yang terjadi di kepalanya cukup keras sehingga membuat beberapa syaraf terganggu. Di tambah dengan Alyssa yang kehilangan cukup banyak darah sehingga membuat kita sempat kehilangan detak jantungnya dan beruntung masih bisa di atasi. Dan kita hanya bisa menunggu, apakah ia berhasil melewati masa kritisnya atau tidak."
Jelas Alvin yang membuat jantung Mario kembali di pukul dengan keras sehingga melemaskan seluruh kinerja ototnya. Tubuh Mario kembali bergetar, bahkan untuk berdiri saja ia sudah tak mampu rasanya.
"Aku ingin melihatnya" ujar Mario parau.
"Tidak, sebelum kau bersihkan tubuhmu dan mengobati pergelangan tanganmu" tolak Alvin.
Mario menggeleng "Aku tak papa, aku ingin melihat Alyssa" tolak Mario
"Aku tidak akan mengizinkanmu Mario. Ayo ikut aku dan biarkan Alyssa di pindahkan dulu dari ruang operasi" Alvin segera menarik Mario dan membawa Mario ke ruangannya.