Written by : Siska Friestiani
LoCC © 2014
Re-publish Web Novel : 07 Oktober 2020
💕Siskahaling
Mario duduk bersandar di sofa ruangan rawat inap Alyssa. Kedua tangan pria itu terlipat di depan dada dengan hazel-nya menatap lekat Alyssa yang tengah menggerutu kesal. Wanita itu beberapa kali membolak-balik kasar majalah di pangkuannya dengan bibir yang tidak berhenti komat-kamit membuat Mario ingin sekali menerkam bibir seksi itu.
Alyssa bukannya tidak mengetahui jika Mario sedari tadi menatapnya, Alyssa membiarkan saja, toh kali ini ia benar-benar kesal dengan pria berotak bodoh itu. Masih teringat dengan jelas bagaimana Mario yang membuang tas berisi laptopnya itu ke lantai. Tak masalah jika itu hanya sekedar laptop, tapi yang harus kalian ketahui semua berkas kerjasama perusahaannya ada di laptop itu. Semuanya! Ya semuanya.
Untung saja ketika Mario membuang laptop tersebut kelantai, laptop itu masih terbungkus rapi di dalam tas karena memang belum sempat Alyssa keluarkan, sehingga data-data berharga miliknya tersebut masih tersimpan rapi di laptopnya.
Ketika Mario masih asyik dengan kegiatannya memandangi wajah cantik Alyssa, pintu ruang inap terbuka, dan tak berselang lama seorang perawat datang mendorong food trolley membawakan makan siang dan obat untuk Alyssa. Tersenyum sejenak, perawat itu melangkah mendekati ranjang Alyssa.
"Selamat siang" sapa perawat itu ramah. Alyssa hanya tersenyum tipis menjawab sapaan tersebut. Seingat Alyssa wanita ini bernama Talia, asisten pribadi Alvin. Karena memang Talia lah yang selalu ia lihat ketika Alvin sedang melakukan pekerjaannya.
"12:15, waktunya anda makan dan minum obat, Nona" ucap Talia lalu tersenyum sembari meletakkan nampan itu di nakas samping ranjang Alyssa. Perawat itu membalikkan tubuhnya, menatap Mario yang kini duduk bersila di sofa.
"Pastikan Nona Alyssa meminum obatnya, Tuan" Mario hanya mengangguk ketika Talia kini mengajukan percakapan untuk dirinya.
"Dokter Alvin tadi juga berpesan, untuk jadwal terapi anda besok jam 8 pagi. Dan dokter Alvin sendiri yang akan membantu anda, beliau berpesan ia tidak ingin mendapat keluhan dari para perawat yang membantu anda melakukan terapi" detik itu juga Mario mendengus mendengar ucapan Talia, benar-benar brengsek sahabatnya itu. Bukankah seharusnya sahabatnya, ahhh, tidak-tidak pria berengsek itu tahu ia seperti apa? Bila perlu jika ia bisa, ia sendiri yang akan melakukannya untuk Alyssa.
"Hmm, terima kasih" ucap Alyssa dan di balas anggukan hormat dari Talia.
"Kalau begitu saya permisi dulu nona, pastikan anda memakan makan siang anda" Alyssa hanya mengangguk malas. Sudah bosan mendengar perkatakan Talia yang mengingatkan hal tersebut.
Hening! Ruangan VVIP itu kembali hening saat setelah Talia keluar. Alyssa kembali sibuk dengan majalah yang berada di pangkuannya.
Mario mendengus kasar, apa yang wanitanya itu lakukan. Bukankah Alyssa sudah tahu saat ini adalah jadwalnya makan dan minum obat. Wanitanya itu bahkan tak menggubris sedikitpun nampan yang berisi bubur dan beberapa butir obat yang berada di atas nakas di samping tempat tidurnya.
"Masih tidak ingin menyentuh makananmu, Hon?" ucap Mario buka suara sembari berdiri dari sofa yang tengah ia duduki.
"Apa kau membutuhkan bantuan dari mulut ku untuk menghabiskan makananmu?"
"Brakkk" Alyssa melempar majalah yang ada di tangannya ke Mario, dan dengan cekatan Mario menangkapnya.
"Dalam mimpimu!"
Mario terkekeh, wanitanya itu terlihat menggemaskan jika sedang kesal seperti ini. Lihatlah kalian harus tahu bagaimana saat bibir itu mengerucut sebal seakan mengundang untuk di kecup. Ahh, tidak kalian tidak boleh melihatnya. Karena bibir seksi nan menggoda itu hanya ia yang boleh melihatnya dalam keadaan seseksi ini.
"Kalau begitu cepat habiskan makananmu sayang, sebelum aku yang membantumu memakannya dengan bantuan mulutku" Alyssa berdecak tak suka, bisakah ia meminta satu permintaan saja kepada Tuhan untuk melenyapkan pria mesum ini?
Baru saja Mario ingin meraih mangkuk bubur diatas nakas, ponsel di saku celananya bergetar menandakan satu panggilan masuk dan menuntut Mario untuk segera menjawab. Setelah berhasil meraih meraih benda kecil itu dari sakunya, Mario segera menjawab panggilan saat ternyata Louis yang meneleponnya.
"Ada apa, Lou?"
"Informasi terbaru Gerald Adelson Tuan" terdengar suara Louis di sebrang sana.
"Katakan" ucap Mario mengizinkan.
"Gerald Adelson, kita telah menemukannya Tuan, dan beliau sudah mengakui jika ia pelaku dari kecelakaan yang menimpa Nona Alyssa. Untuk saat ini beliau sudah berada di tahanan sesuai yang anda inginkan"
Mario tersenyum sinis mendengar penjelasan Louis. Senyum puas ketika Louis berhasil melakukan perintahnya dengan sempurna.
"Waktuku terlalu berharga untuk menemuinya, Lou. Aku mau kau pastikan pria itu membusuk di dalam pernjara. Dan tuntutan ku untuk memenjarakannya seumur hidup" tidak menunggu jawaban Louis, Mario langsung menutup sambungan telepon. Mario tahu tanpa ia harus menunggu jawaban dari Louis, pria itu akan melakukan semua perintahnya dengan sempurna.
"Ada apa?" suara Alyssa mengembalikan Mario dari dunianya, membuat Mario sadar bahwa saat ini ia sedang bersama wanitanya. Tersenyum manis, Mario meraih mangkuk berisi bubur di atas nakas yang memang menjadi tujuan awalnya tadi sebelum Louis menghubunginya.
"Tidak ada" jawab Mario lalu mengambil posisi duduk di samping ranjang besar Alyssa.
"Sekarang, waktunya kau memakan makanan mu, Hon" Mario menyuapkan sesendok bubur, Alyssa menggeleng.
"Tidak, sebelum kau memberi tahu ku siapa yang ingin kau penjara seumur hidup itu"
Mario mengehela nafas "Orang berengsek, dan yang harus kau tahu aku tidak ingin membahas pria berengsek itu sekarang" tegas Mario, mengucapkan setiap kata penuh penekanan. Alarm Alyssa berbunyi memberi peringatan jika pria di hadapannya ini mulai tak suka dengan topik yang sedang di bahas.
"Baiklah" Alyssa menerima suapan Mario yang dari tadi masih setia di depan bibirnya menunggu mulutnya terbuka menerima suapan.
"Kau tidak ke kantor?" tanya Alyssa setelah menerima kembali sesendok bubur yang Mario berikan.
"Tidak" jawab Mario sembari mengaduk bubur yang akan kembali ia suapkan kepada Alyssa.
Alyssa mengerut kening " Sungguh? Aku tidak pernah lagi melihatmu ke kantor beberapa hari ini Mario. Dan bahkan kau memilih mengerjakan semua pekerjaanmu di ruangan inap ku. Aku juga dengar dari Acha jika kau juga yang menghandel Clovist Company saat aku koma. Kau tidak lelah?"
Entah Alyssa sadari atau tidak tersirat nada khawatir disana. Wanita itu menatap lekat pria bar-barnya saat ini. Hatinya bahkan terasa di cubit ketika ia menemukan lingkaran hitam di mata pria itu yang menegaskan betapa lelahnya Mario saat ini.
"Masih ada, Louis yang mengatur semuanya. Dan untuk Clovist Company aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya memerintah para karyawanmu itu untuk melakukan semuanya dan Louis yang akan memeriksa pekerjaan mereka"
Mario menyerahkan tiga butir obat berbeda warna kepada Alyssa. Tidak ingin membantah melihat wajah Mario yang lelah, Alyssa langsung menerima dan meminumnya tanpa bantahan.
"Tumben nurut, gak nunggu ancaman dari bibir aku dulu" ucap Mario kembali ingin menggoda Alyssa. Tangannya terulur menerima gelas kosong yang isinya sudah Alyssa habiskan.
"Sini" Alyssa menepuk-nepuk pahanya yang tersimpan di balik selimut putih rumah sakit.
Mario mengerut kening tak mengerti dengan maksud wanitanya ini.
"Tidurlah" jelas Alyssa seakan mengerti raut wajah bingung Mario. Beberapa detik setelahnya Mario tersenyum ketika mengetahui maksud Alyssa.
Tak menunggu lama seakan takut Alyssa akan berubah pikiran, Mario merebahkan kepalanya berbantal paha milik Alyssa. Seketika matanya terpejam menikmati waktu istirahatnya di tambah saat ini tangan Alyssa mengusap puncak kepalanya. Memberikan rasa nyaman yang untuk pertama kalinya Mario menyukai hal sederhana yang saat ini Alyssa lakukan untuknya
Alyssa tersenyum melihat Mario yang seakan nyaman tidur di pangkuannya. Jujur, Alyssa tidak tahu apa yang saat ini ia lakukan. Yang ia tahu, ia tidak ingin melihat Mario sakit mengingat apa yang sudah Mario lakukan untuknya. Alyssa ingin sekali saja membuat dirinya ada untuk Mario, walaupun tidak ada apa-apanya dengan apa yang sudah Mario lakukan untuknya
Alyssa menghentikan usapan di kepala Mario saat pria itu kembali membuka mata. Menatap Alyssa dengan hazel miliknya, membuat wanita itu terhipnotis untuk beberapa detik.
"Ada apa? Apa usapanku membuatmu tak bisa tidur?" Alyssa menjauhkan tangannya dari kepala Mario namun kalah cepat dengan gerakan refleks Mario yang mencegah tangannya dan kembali meletakkan tangan Alyssa ke puncak kepalanya.
"Tidak, lakukanlah. Aku menyukainya" Alyssa mengangguk lalu kembali melanjutkan kegiatannya mengusap puncak kepala Mario.
Dalam hati Mario tersenyum dengan apa yang Alyssa lakukan untuknya. Apa wanitanya kini sudah mulai menerimanya? Apa wanita yang mampu mengalihkan fokusnya itu perlahan sudah mulai mencintainya? Apa sekarang ia pelan-pelan mulai berhasil mengisi ruang kosong di hati Alyssa? Demi Tuhan! Mario akan menjadi pria yang paling bahagia di dunia jika hal itu benar-benar terjadi.
Nyaman, terasa begitu nyaman saat tangan halus Alyssa mengusap lembut puncak kepalanya. Desiran halus itu merambah ke hatinya. Membuat ia merasa hatinya menjerit bahagia. Sampai akhirnya rasa nyaman itu membawanya terlelap ke alam mimpi.
Pelan, perlahan, Alyssa mulai merasakan napas Mario yang mulai teratur di tambah dengkuran halus Mario yang mulai terdengar. Mata Alyssa dengan jeli menatap wajah tampan Mario. Alyssa tak pernah menyangka, Mario akan terlihat seperti malaikat jika sedang tertidur. Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan makhluk yang nyaris sempurna ini. Seakan apa yang ada dimiliki pria ini memang benar-benar di ciptakan khusus untuk dirinya.
"Istirahatlah, dan teruslah berusaha untuk membuat ku jatuh cinta padamu Mario"