Written by : Siska Friestiani
LoCC © 2014
Re-publish Web Novel : 8 Oktober 2020
💕 Siskahaling
Alyssa menoleh saat melihat Mario yang baru saja keluar dari kamar mandi di ruang inapnya. Terlihat pria itu keluar dengan stelan formal khas ketika pria itu akan berangkat ke kantor. Mario merapikan jas hitam yang kini membalut tubuh sempurnanya. Dapat Alyssa tebak jika ada masalah di kantor saat ini yang mengharuskan Mario untuk turun tangan. Mengingat pria itu yang lebih memilih menemaninya di rumah sakit jika urusan kantor masih bisa Louis selesaikan.
Alyssa memilih diam, ia ingin Mario yang membuka suara terlebih dahulu. Ia tidak ingin terlihat ikut campur dengan urusan Mario.
"Ahhh, maaf Hon, aku harus ke kantor sekarang. Ada beberapa masalah yang harus aku selesaikan mengenai proyek kerja sama dengan Pratama Grup"
"Perusahaan pertambangan itu?"
Mario mengangguk lalu melangkah mendekati ranjang Alyssa. Memposisikan diri duduk di sebelah ranjang
"Ya, beberapa orang kepercayaan ku memberi tahu jika ada beberapa hal yang mengganjal mengenai proyek tersebut. Dan beberapa orang yang menanam saham memilih untuk mencabut saham mereka. Dan aku harus menyelesaikan masalah ini sekarang" jelas Mario, Alyssa mengangguk mengerti. Namun pikiran wanita itu menerawang memikirkan perusahaannya yang juga tengah menjalankan proyek kerja sama dengan perusahaan Pratama. Dan yang harus Alyssa lakukan saat ini adalah mengecek sendiri keadaan perusahaannya.
"Apa yang kau pikirkan dengan kepala cantikmu ini, Hon?" Mario mengecup puncak kepala Alyssa membuat wangi rambut Alyssa langsung menyapa indra penciuman Mario, mengirimkannya ke setiap sel tubuhnya. Benar-benar menenangkan.
"Tidak, hanya saja bukankah kau ingin ke kantor? Kenapa masih disini?" tanya Alyssa, membiarkan Mario yang masih menikmati wangi yang menguar di rambutnya.
"Aku akan pergi setelah Sivia datang, aku sudah memanggil Sivia ke sini untuk menemanimu saat aku pergi"
"Tidak-tidak" sergah Alyssa cepat.
"Kau tidak perlu menunggu sampai Sivia datang. Kau bisa pergi sekarang dan cepat kau selesaikan semua masalah di kantor"
Mario menggeleng "Tidak, aku tidak akan pergi sebelum Sivia datang, Hon. Aku tidak ingin sakit kepala mu itu datang di saat tidak ada siapa-siapa yang menjagamu"
Alyssa menghela napas. Bagaimana mungkin ia bisa ke kantor dan mengecek keadaan di sana jika saat Mario pergi nanti Sivia yang bergantian menjaganya. Tidak boleh, ia harus pergi ke kantor sebelum Sivia datang dan jika ia harus menunggu Sivia datang itu tidak akan mungkin terjadi. Ia paham betul bagaimana watak Sivia, wanita itu tidak akan mengizinkannya kemana-mana jika kondisinya seperti ini.
"Pergilah Mario, aku tidak apa-apa. kau lupa ini kamar VVIP dan aku bisa dengan mudah memanggil mereka dengan intercom itu jika serangan itu terjadi."
Alyssa masih berusaha meyakinkan Mario. Dalam hati Alyssa harap-harap cemas, takut-takut Mario tidak pergi sebelum Sivia datang.
"Kau yakin?" tanya Mario menakup lembut wajah Alyssa. Alyssa mengangguk cepat, amber itu kini menatap Mario penuh keyakinan, berusaha meluluhkan hazel itu agar menuruti keinginannya.
"Baiklah" pasrah Mario. Ia memilih mendengarkan saran Alyssa dan ia bisa dengan cepat menyelesaikan semua masalah dengan perusahaan Pratama dan setelah itu kembali menemani Alyssa. Lagi pula jika menunggu Sivia mungkin akan membutuhkan waktu kurang lebih satu jam lagi agar Sivia sampai disini.
"Aku pergi Hon, dan aku harap kau menekan intercom itu saat kau membutuhkan sesuatu, apa pun itu kau mengerti? Sivia akan tiba sebentar lagi menemanimu"
Alyssa mengangguk lalu memejamkan matanya saat Mario mengecup keningnya sebelum beranjak meninggalkan Alyssa.
Alyssa menghela nafas lega saat ia berhasil membuat Mario pergi sebelum Sivia datang. Dengan cepat, Alyssa meraih ponselnya yang berada di atas nakas, lalu mengubungi seseorang.
"Mike, bawakan sepasang baju formal ku ke rumah sakit, dan bawakan semua berkas mengenai proyek dengan perusahaan Pratama"
Alyssa langsung memutuskan sambungan bahkan saat Mike belum menjawab di seberang sana. Sembari menunggu Mike datang, Alyssa mencoba melepas infus yang saat ini masih menancap di pergelangan tangan kirinya.
"Aishhh" Alyssa mendesis ketika infus berhasil terlepas bersamaan dengan rasa perih dan darah yang mengalir di pergelangan tangannya.
"Aku bersumpah tidak akan berhubungan benda laknat ini lagi" desis Alyssa menahan rasa sakitnya. Tangannya dengan serampangan mencari plaster di laci nakas untuk menutup bekas infus dan berharap darahnya berhenti keluar.
Tak membutuhkan waktu dua puluh menit, Mike datang dengan paper bag di tangannya.
"Tunggu aku di mobil dan letakkan saja berkas itu di mobil aku akan membacanya nanti"
"Kita mau kemana, Miss? Bukankah anda masih membutuhkan istirahat saat ini?" Alyssa menghentikan langkahnya saat tepat berada di depan pintu kamar mandi di ruang inapnya.
"Kita ke kantor, ada beberapa berkas yang harus aku cek. Dan aku ingin kau ke mobil sekarang karena aku tidak banyak waktu saat ini" selesai mengucapkan itu Alyssa menghilang di balik pintu kamar mandi.
Mike menghela napas. Bosnya itu terlalu keras kepala untuk ukuran seorang wanita. Disaat kondisinya yang bahkan bisa ngedrop kapan saja, wanita itu masih ingin sibuk mengurus perusahaannya.
Setidaknya, Mike sekarang harus meningkatkan pengawasannya kepada Nona-nya itu. Mike harus terus memastikan, Nona-nya itu baik-baik saja.
💕siskahaling
Sivia melangkah menelusuri koridor rumah sakit menuju ruangan Alyssa. Wanita itu tidak habis-habisnya mengumpat memaki sikap seenaknya Mario yang tiba-tiba saja menyuruhnya untuk menemani Alyssa. Bisa kalian bayangkan ia tadi sedang rapat dengan perusahaan yang akan menanamkan saham di Café-nya dan dengan tidak tau dirinya pria itu menyuruhnya segera ke rumah sakit yang membuatnya harus membatalkan pertemuan dengan penanam saham tersebut.
"Aku akan membunuh pria gila itu setelah ini. Bila perlu aku akan memberikan mayatnya untuk menjadi santapan binatang buas"
Tepat setelah Sivia selesai mengumpat ia telah sampai di depan pintu ruang VVIP dimana Alyssa di rawat. Kosong, ia tidak menemukan Alyssa di ranjangnya. Wanita itu memilih tetap masuk. Bisa saja Alyssa sedang berada di kamar mandi. Tapi, apa ke kamar mandi Alyssa perlu melepas infusnya?
Merasa ada sesuatu yang tidak beres Sivia langsung melangkah menuju kamar mandi dan mengetuk pintu itu.
"Al, kau didalam?" tidak ada jawaban. Sivia memutar knop pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci dan dugaannya benar, Alyssa tidak ada di dalam.
"Kemana wanita iblis itu" Sivia lagi-lagi mendesah frustasi. Mario menyuruhnya kesini dan setelah ia sampai di sini wanita yang harus ia jaga tidak berada di tempat. Kalian bisa bunuh dirinya setelah ini.
"Ya Tuhan, sepasang iblis ciptaan mu itu kenapa selalu menyusahkan ku"
Sivia mengambil ponselnya di dalam tas bertuliskan Hermes. Wanita itu siap-siap menelpon Mario dan akan langsung memakinya.
"Tidak di jawab?" Sivia menatap sinis layar ponselnya.
"Bahkan setelah kau mengganggu pekerjaanku kau tidak menjawab panggilanku?" Sivia masih sibuk berbicara sendiri dengan ponselnya.
"Mati saja kau berengsek!!!" teriak Sivia berada di puncak rasa frustasinya. Wanita itu keluar dari ruangan Alyssa membanting pintu itu sekeras yang ia bisa, menimbulkan suara yang cukup keras hingga beberapa suster dan orang yang kebetulan lewat berjingkat kaget sembari mengusap dada.
'Iblis dari mana barusan itu'