Written by : Siska Friestiani
Title : Cinta Kontrak Kerjasama
Instagram : Siska Friestiani
*Siskahaling*
Mario memasuki mansion megah bak istana yang berdiri kokoh di hadapannya. Namun sepertinya keindahan mansion itu tidak membuat suasana hatinya membaik, malah membuat mood Mario semakin berantakan. Bagaimana tidak, di dalam sana, Manda sudah menantinya dan siap untuk membuat moodnya semakin hancur berantakan.
Jadi jangan salahkan Mario jika ia lebih memilih untuk tinggal di apartement-nya guna menghindari Manda yang selalu memaksanya cepat-cepat menikah.
Menikah? Entah kenapa membahas pernikahan membuatnya teringat pada sosok Alyssa. Perempuan yang sama sekali tak terpesona dengan ketampanannya. Ah, bukan tidak terpesona tapi belum dan suatu saat waktu itu pasti akan tiba.
"Mario!"
Mario melengos mendapati Manda yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu dengan majalah yang kini ia letakkan di pangkuannya. Lihatlah, mama-nya ini memanggilnya dengan tanda seru bukan tanda tanya. Bisa kalian bayangkan nada seperti apa yang keluar dari mulut manis perempuan berumur hampir setengah abad ini.
Dengan malas Mario menghampiri Manda, namun harus Mario akui mama-nya itu masih tetap cantik. Pantas saja Zeth tidak melirik wanita lain lagi. Manda masih tetap cantik di usia 49th.
Mengagumkan bukan?
"Bagaimana? Kau sudah menemukan calonmu?"
Lihat! Tebakan Mario tidak pernah meleset. Bahkan tanpa basa-basi atau kata pembuka Manda menanyakannya.
"Menurut Mama?" balas Mario malas. Manda mencibir.
"Sudah Mama duga kau tidak bisa mencari calonmu sendiri. Percuma wajah tampan mencari calon istri saja tidak bisa"
Ok , kata-kata seperti ini sudah sering ia dapat dari Manda dan Mario sama sekali tak tersinggung.
"So, Mama mau apa?" tanya Mario walaupun sebenarnya ia sendiri sudah tau jawabannya. Setidaknya sedikit berbasa-basi tidak ada salahnya.
"Mama akan jodohkan kamu dengan anaknya temen, Mama"
Mario kembali berdecak kesal.
"Mom, Please. Berhenti untuk ikut campur masalah pribadiku"
"Besok teman Mama mengundang kita untuk makan malam. Dan Mama pastikan namamu tercoret dari silsilah keluarga Calvert kalau kau tidak datang" ancam Manda, Mario terdiam beberapa saat mencerna ucapan Manda barusan.
"Mama pikir aku peduli?" ucap Mario santai. Ia udah terlalu malas berdebat dengan Manda. Mario pun beranjak menuju kamar, ia rasa pikirannya perlu disiram air dingin agar otaknya kembali rileks. Berdebat dengan Manda lebih sulit dari apapun yang pernah ia lakukan selama ini.
_Siskahaling_
"Huftttt"
Alyssa menghempaskan tubuh lelahnya di ranjang. Malam ini Alyssa berniat menghabiskan waktunya di apartemen pribadinya. Otak dan pikirannya hari ini sedang panas. Membuatnya tidak ingin nanti melampiaskannya kepada Gina. Lebih baik menyendiri seperti ini dan berendam air hangat dengan aroma lavender yang biasanya berhasil menenangkan pikiran dan otaknya yang sedang kacau seperti sekarang.
Dengan malas Alyssa merogoh saku blazer abu-abunya dan mengambil ponsel yang berdering karena sebuah panggilan masuk. Tanpa melihat siapa yang menelpon Alyssa mengangkat sambungan teleponnya.
"Hallo" jawab Alyssa malas dengan mata terpejam.
"Apa aku mengganggu waktumu, Honey?"
Alyssa mengernyit saat suara di sebrang sana seperti seorang yang ia kenal. Alyssa melihat layar ponselnya mencoba melihat siapa orang yang meneleponnya namun percuma karena nomor baru yang terpampang di layar ponselnya.
"Apa saya mengenal anda?" tanya Alyssa dengan bahasa sopan. Takut-takut jika ini rekan bisnisnya yang menelepon karena ada masalah.
"Apa kau benar-benar tidak mengenali suara ku, Hon?"
Astaga, suara ini? Suara pria bar-bar yang tadi siang mencuri ciuman pertamanya. Oh My God! Mau apa pria brengsek ini meneleponnya.
Tanpa sadar tangan Alyssa mencengkram erat ponselnya, sambil menghirup napas dalam, Alyssa masih mencoba mengontrol emosinya untuk tidak langsung mencaci orang yang berada di seberang sana.
Tenang Al, tenang.
"Dari mana kau mendapat nomorku?" tanya Alyssa to the point, namun dengan nada lembut mencoba masih bersabar.
"Apa kau lupa aku siapa? aku bisa dengan mudah mencari informasi mengenaimu sayang. Bahkan aku bisa mencari apa merk pembalut yang kau pakai"
Brengsek! Maki Alyssa dalam hati. Pria ini benar-benar tidak memiliki sopan santun sama sekali. Alyssa bersumpah ia akan langsung merobek mulut pria brengsek itu jika sekarang tidak berbincang melalu via telepon. Ia bersumpah akan melakukannya.
"Ada apa kau meneleponku?" tanya Alyssa kali ini nadanya semakin terdengar sinis. Terdengar tawa renyah Mario di sebrang sana, membuat Alyssa semakin geram.
"Come on, Honey, bisakah untuk tidak terlalu serius?"
"Berhenti memanggilku, Honey dan aku tak banyak waktu untuk meladeni jenis pria seperti mu. Aku rasa aku perlu menutup teleponnya"
"Baiklah, sampai bertemu besok sayang. Aku menunggumu di kantor untuk membahas kerja sama kita selanjutnya"
Alyssa melengos. Sialnya memang besok ia akan bertemu dengan pria brengsek ini lagi.
"Aku cukup profesional, kau tidak perlu khawatir. Baiklah selamat malam" tutup Alyssa tanpa menunggu kalimat penutup dari Mario.
"Aishhh, pria brengsek itu..." desis Alyssa marah mengingat percakapan memalukan tadi dengan Mario.
"Aishhhh, siapa lagi sih?" kesal Alyssa ketika ponselnya kembali berdering.
"Ck, siapa?" ucap Alyssa sedikit menaikkan nadanya ketika sambungan telepon terhubung.
"Ini Mommy Al, apa Mommy mengganggumu?"
Pria itu benar-benar brengsek, membuatnya baru saja menyakiti hati Gina dengan bentakan yang seharusnya tidak pantas Gina dapatkan.
"Sorry, Mom, aku kira tadi klienku yang menyebalkan. Karena baru saja ia meneleponku. Ada apa, Mom?" jelas Alyssa dengan nada melembut. Bagaimanapun wanita di seberang sana adalah satu-satunya alasan untuk ia bertahan sampai saat ini. Terdengar helaan napas lega di sana, membuat Alyssa kembali merasa bersalah. Gina pasti ketakutan mendapat bentakannya tadi.
"Mommy hanya ingin bertanya, apa kau malam ini tidak pulang?"
"Aku rasa tidak Mom, aku akan tidur di apartemen malam ini" jawab Alyssa. Terdengar helaan napas kecewa Gina mendengar jawaban Alyssa.
"Baiklah, tak apa. Sebenarnya ada yang ingin Mommy bicarakan dengan mu tapi Mommy rasa kita bisa membicarakannya besok"
"Baiklah, aku akan kesana jam makan siang"
"Ya sudah Mommy tutup Al, kamu istirahat" ucap Gina dan detik berikutnya sambungan terputus.
_Siskahaling_
"Selamat malam sepupu tampanku" Mario yang sedang duduk di ranjang dengan laptop yang berada di pangkuannya pun seketika menoleh ketika mendengar suara sapaan itu memanggilnya. Raut heran tergambar di wajahnya saat sosok gadis cantik menghampirinya.
"Apa keperluanmu Via, hingga kau sudi menemuiku secara langsung seperti ini" ucap Mario lebih tepatnya menyindir wanita yang kini tanpa merasa bersalah sudah berbaring di sampingnya.
Gadis itu terkekeh "Apa kau seperti ini kepada wanita-wanitamu? Pantas saja sampai sekarang tak ada wanita yang sudi menikah denganmu" ledek gadis itu Sivia. Mario langsung menatapnya tajam.
"Aku dengar kau melakukan kerja sama dengan perusahaan Clovist, apa itu benar?" tanya Sivia memiringkan posisi tidurnya, tangan kirinya ia tekuk hingga membentuk sudut 90 derajat untuk menompang kepalanya.
Mario manatapnya tak minat "Apa itu ada urusannya denganmu?" tanya Mario datar, tatapannya pun tak lepas dari laptop yang ada di pangkuannya.
"Tentu, aku cukup mengenal wanita itu" Sivia memutar remot AC kamar Mario yang entah ia dapat darimana.
"Tapi sepetinya kau tidak berminat, baiklah aku rasa aku lebih baik pergi"
"Tunggu!" cegah Mario mencekal pergelangan tangan Sivia yang hendak bangkit dari posisinya.
Sivia tersenyum "Apa sekarang kau tertarik?" goda Sivia dengan tatapan mengejek tentunya.
"Apa kau mengenal Alyssa?"
"Tentu saja" jawab Sivia penuh nada kebanggaan.
Kena kau Mario!
"Kau tertarik padanya?" tanya Sivia penuh selidik, namun senyum geli tak bisa Sivia sembunyikan dari wajahnya.
Untung saja tadi ia menghubungi Mike untuk menanyakan keadaan Alyssa sekaligus kemana Mike mengantar Alyssa pergi. Dan Sivia tertawa puas begitu mengetahui sepupu dan sahabatnya ini menjalin kerjasama.
Bagus sekali bukan? Sekali-sekali ia harus melatih skillnya menjadi cupid untuk sepupu dan sahabatnya ini.
Dan ini tidak akan sulit begitu mengetahui Mario tertarik dengan Alyssa.
"Aku hanya merasa ia sedikit berbeda, hanya dia satu-satunya wanita yang tak terpikat dengan pesonaku" jelas Mario
"Ku harap kau tak melupakanku, aku juga salah satu wanita yang tak tertarik dengan pesonamu itu" protes Sivia
"Kau pengecualian" jawab Mario cepat
"Kau punya nomor ponselnya?"
Sivia melengos mendengar pertanyaan bodoh sepupunya ini.
"Apa pertanyaan bodohmu perlu aku jawab?"
"Baiklah, berikan nomornya padaku" pinta Mario walau nada memintanya seolah-olah ia tak begitu membutuhnya, berbeda dengan hatinya.
"Aku baru pertama kali melihatmu seperti ini karena seorang wanita" goda Sivia menaik turunkan alisnya.
"Sudah ku katakan ia berbeda" jawab Mario cepat. Sivia hanya mengangguk seolah mengerti.
"Apa imbalan yang aku dapat jika aku memberikan nomor Alyssa kepadamu?"
Ok, Mario sepertinya hampir lupa ia sedang berhadapan dengan siapa. Sepupu matrenya ini.
Mario mengembil dompetnya yang terletak di atas nakas, lalu mengeluarkan salah satu dari enam kartu yang ada di dompetnya.
"Kau bisa menggunakan ini sesuka hatimu" tawar Mario tanpa banyak berpikir, ia tau apa yang ada di dalam otak sepupunya itu.
"Kau serius?" ragu Sivia
"Aku rasa kau cukup pintar untuk bertanya hal bodoh itu" Sivia mengangguk membenarkan lalu mengambil Black Card itu dari pemiliknya.
Sivia lalu mengetikkan beberapa digit angka di ponsel Mario.
"Baiklah, terus-teruslah sepeti ini Mario. Itu sangat menguntungkanku. Dan jangan lupa bayar tagihannya setelah ini" ucap Sivia memutar Black Card Mario di hadapannya. Namun sepertinya Mario tidak perduli. Mau di pakai sesuka hati sepupunya itupun tak akan membuat tagihannya membengkak.
"Silahkan, dan cepat pergi dari hadapanku" usir Mario. Sivia hanya tertawa.
"Baiklah, semoga wanita itu takluk padamu"
"Akan ku pastikan itu terjadi"
"Semoga saja" ucap Sivia lalu keluar dari kamar Mario.
Tak memperdulikan Sivia, Mario segera menyimpan beberapa digit nomor yang baru saja Sivia ketikkan di ponselnya.
-Honey-
Dan Mario terkekeh begitu mengetahui nama yang ia ketikkan untuk Alyssa di ponselnya.