Chereads / Cinta Kontrak Kerjasama (LoCC) / Chapter 10 - Pertengkaran Pertama

Chapter 10 - Pertengkaran Pertama

Written by : Siska Friestiani

LoCC © 2014

Re-publish Web Novel : 20 September 2020

💕Siskahaling

"Calon suami kata mu?" desis Mario penuh amarah. Enak saja ada yang mengaku-ngaku sebagai calon suami Alyssa. Tidak, tidak, Alyssa akan tetap menjadi miliknya apapun yang terjadi.

Tunggu, sepertinya ia mengingat sesuatu dengan nama pria berengsek ini.

Double Fuck! Dia Mario Oliver Albert. Pria yang Alyssa sebut pernah melamarnya. Sialan! Untuk apa pria berengsek ini datang.

Mario ingat, bahkan sangat ingat nama itu, nama yang membuat moodnya hampir rusak pada saat Alyssa mengucapkannya malam itu. Apa lagi di tambah saat ini ia bertemu langsung dengan orangnya yang dengan tak berdosa mencoba menggoda wanitanya. Mario lebih rela ia kehilangan kontrak berpuluh-puluh milyar dari pada harus bertemu dengan pria sialan ini. Bahkan tidak sulit bagi Mario untuk membunuh Oliver sekarang juga.

Fuck! Dia kecolongan! Bagaiamana mungkin si Oliver Oliver yang bahkan bisa dengan mudah merusak mood-nya ada disini! Diruangan Alyssa! Calon istrinya! Double Fucking bukan?

Alyssa yang sudah benar-benar jengah melihat dua pria bodoh itu pun bengun dari kursi kejayaannya dan menarik tangan Mario untuk ikut duduk di sofa. Percuma saja ia melanjutkan pekerjaannya, konsentrasinya sudah hilang akibat dua pria bodoh di hadapannya ini.

Alyssa mengambil posisi duduk di tengah sofa panjang disamping Oliver, lalu menarik Mario untuk duduk di sampingnya. Sebelum akhirnya tanpa peringatan Alyssa memukul kepala kedua pria menjengkelkan itu.

"Hon, aishh kenapa kau memukulku" Mario mengusap kepalanya yang terasa panas.

"Dear, kau tidak berubah, selalu saja sesukamu"

Tak jauh berbeda dengan Mario, Oliver juga kini tengah mengelus kepalanya yang menjadi sasaran keganasan Alyssa.

Mario? Pria itu bahkan hampir ingin menbenturkan kepalanya ke tembok mendengar ucapan Oliver barusan. Ck, pria ini sepertinya ingin benar-benar mati. Berani-beraninya ia menggunakan nada manja itu kepada wanitanya.

Mario yang sudah emosi, langsung menarik Alyssa hingga saat ini Alyssa duduk di pangkuan Mario. Alyssa terpekik namun hanya beberapa detik. Saat merasakan rengkuahan posesif di pinggangnya, Alyssa tak jadi memberontak. Bukan, bukan karena Alyssa menyukainya tapi ia sudah tau ia akan kalah jika berusaha melepaskannya.

"Wow, santai bung" ucap Oliver dengan senyum remehnya, namun tak di indahkan oleh Mario. Mario semakin mengeratkan rengkuhannya di pinggang Alyssa memberi tahu bahwa Alyssa hanya miliknya.

"Pulanglah" ucap Alyssa akhirnya. Oliver yang mengerti itu di tujukan untuknya hanya mengangguk paham.

"Baiklah, aku rasa makan siang kita bisa kita lakukan besok. Aku pergi dulu"

Chuppp

Alyssa membelalak tak percaya apa yang dilakukan Oliver barusan. Mencuri ciuman singkat di bibirnya. Apa pria itu benar-benar sudah bosan hidup? Tidak tahukan si bodoh itu bahwa ia akan mati setelah melakukan hal sialan itu.

Mario? Apa pria itu perlu di jelaskan bagaimana saat ini setelah melihat adegan yang membuat emosinya meledak? Ia mengepal tangannya kuat hingga buku-buku tangannya kini memutih. Ia sepertinya akan menyuruh Louis untuk membunuhnya nanti. Ahh, tidak membunuh dengan tangannya sendiri akan lebih menyenangkan.

Setelah Oliver menghilang di balik pintu, Mario langsung membalikkan tubuh Alyssa dan membungkam bibir Alyssa dengan penuh emosi. Tidak ada kelembutan seperti biasa, Alyssa yang tahu Mario saat sedang emosi pun membalas ciuman itu tak kalah keras dengan apa yang Mario lakukan. Membuat Mario menggeram saat lidah Alyssa juga ikut mengeksplor di tambah tangan Alyssa yang kini menekan tengkuknya agar lebih memperdalam ciuman mereka.

Hingga akhirnya ciuman itu berakhir saat keduanya sama-sama membutuhkan oksigen. Mario menatap Alyssa yang kini sedang terengah-engah akibat ciuman mereka yang sebenarnya tak berbeda jauh dengan dirinya saat ini.

Alyssa menyatukan kening mereka hingga ia dapat merasakan hembusan hangat nafas Mario yang menerpanya saat ia masih melihat kilatan marah di mata hazel milik Mario.

"Tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku?" Mario mengucapkannya masih dengan nafas terengah. Alyssa pun hanya diam. Jika sudah seperti ini mau tak mau ia memang harus menjelaskan jika tidak ingin dirinya di mutilasi dengan pria bar-bar mesum ini.

"Oliver?" tanya Alyssa gamblang.

"Apa perlu kau menyebutnya di depanku?" Mario kembali emosi melihat nama pria brengsek itu –setidaknya menurut Mario- terucap di bibir Alyssa.

"Dia hanya temanku" jawab Alyssa akhirnya. Tidak tau harus menjelaskan bagaimana. Mario berdecak mendengar jawaban Alyssa yang menurutnya sangat bodoh.

Shit! Jenis pertemanan apa yang mereka lakukan! Saling mencium?

"Menciummu dan memanggilmu Dear? Apa itu yang kau katakan teman? Hemm?" Alyssa menghela nafas mendengar sederatan pertanyaan Mario. Ia sudah menduga ini akan terjadi. Tunggu, kenapa ia setakut ini saat Mario marah.

"Lalu kita apa? Kau bahkan suka mencuri ciumanku bahkan di awal kita bertemu dulu? Bukankah kau juga sama berengseknya dengan Oliver?" Alyssa yang sudah terpancing, balik menyerang Mario dengan berbagai pertanyaan. Membuat Mario yang sudah emosi bertambah emosi.

"Kau membandingkan ku dengan pria brengsek itu?" sinis Mario menatap Alyssa tajam, dan dengan posisi Alyssa yang masih di pangkuan Mario.

"Sayang..." bisik Mario begitu lembut di telinganya. Namun terdengar begitu menakutkan di telinganya.

"Kau tanya aku ini siapa?" masih sama, bisikan lembut yang Alyssa dengar disana.

"Aku calon suamimu, jika kau lupa" Mario menyelipkan anak rambut Alyssa di telinga.

"Atau kau ingin menjadi seorang jalang, yang menerima ciuman dari semua pria"

Plakkkkkkk

Alyssa melayangkan tamparannya ke pipi kanan Mario. Bagaimana mungkin pria di hadapannya ini mengatakan hal semenyakitkan itu. Cairan bening itu pun akhirnya mengalir di pipi mulus Alyssa. cairan yang Alyssa sendiri bingung kapan terakhir kali ia mengeluarkannya, dan sekarang dengan mudah air mata itu keluar hanya karena seorang Mario. Ck, katakanlah ia bodoh menangis hanya karena seorang Mario.

Mario tersadar kata-katanya begitu keterlaluan saat tangan Alyssa menampar pipi kanannya. Di tambah tatapan kecewa Alyssa yang kini menatapnya dengan air mata yang mengalir. Sungguh Mario tidak bermaksud menyakiti Alyssa. Ia hanya ingin memberi tahu kepada wanitanya bahwa ia tidak ingin miliknya di sentuh oleh orang lain selain dirinya.

"Terima kasih Sir, saya anggap ucapan anda sebagai pujian" ucap Alyssa dengan nada sinis dan senyum miring khas miliknya. Dan Mario akui ia takut melihatnya, bagaimana pun Alyssa pasti sudah membenci dirinya sekarang.

Tidak, Alyssa tidak boleh membencinya.

Alyssa bangun dari pangkuan Mario. Dan sedikit pun Alyssa tidak lagi melirik Mario. Setelah merapikan sedikit blouse-nya, mengusap bekas air mata di pipinya, Alyssa melangkah keluar dari ruangannya, meninggalkan Mario dengan rasa bersalahnya.

"Brengsek!!!"

"Brakkkk!" maki Mario sambil menghempaskan semua barang di meja sofa.