Written by : Siska Friestiani
LoCC © 2014
Re-publish Web Novel : 20 September 2020
💕Siskahaling
"Prangggggg!!!" Mario membanting apa saja yang ada di hadapannya. Ruangan yang tadinya rapi kini sudah hancur berantakan. Tak ada lagi barang yang masih bertahan di posisinya. Semuanya berhamburan di lantai. Mario pun tidak membiarkan satu barang pun yang tak berdosa itu luput dari pelampiasn emosinya.
Kini Mario mematut dirinya di cermin besar yang ada di ruangannya. Mata hazel itu kini terlihat menakutkan, rahang yang mengeras karena menahan emosi, rambut berantakan serta dasi yang kini terpasang tak sesuai pada tempatnya, pria bernama Mario ini sungguh terlihat berantakan.
Bayangan kejadian beberapa jam yang lalu pun kembali berputar di ingatannya, membuat tanpa sadar tangannya mengepal kuat hingga buku-buku tangannya memutih, mata hazel itu terpejam beberapa menit hingga akhirnya.....
"Pranggggg!!!!"
Bunyi yang memekakkan telinga itu kini kembali terdengar. Dan kaca besar yang membias bayangan tubuhnya lah yang menjadi korban, hingga kaca itu menjadi retakan-retakan yang tak beraturan. Nafas Mario memburu saat wajah kecewa Alyssa lagi-lagi memenuhi pikirannya. Demi Tuhan ia ingin sekali membenturkan kepalanya saat amber itu menitikkan air mata dan menatapnya dengan penuh rasa kecewa.
Ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Wanita-wanita yang dulu mendekatinya tidak pernah membuatnya seperti ini, bahkan ia malah merasa jijik saat wanita-wanitanya dulu menitikkan air mata di hadapannya. Dan sekarang, seorang Clovist bahkan bisa membuat hidupnya berubah 180 derajat.
Brengsek, brengsek, brengsek! Alyssa apakan dirinya ini!
Mario mengambil ponsel di saku celananya. Jarinya mendial angka satu yang sudah diatur hingga akan langsung terhubung dengan nomor Alyssa. Dengan tak sabar Mario menunggu jawaban dari orang yang ada di sebrang sana. Namun lagi-lagi suara operator wanita yang menjawab, hingga saat ini ponsel tak berdosa itu pun menjadi sasaran pelampiasan emosinya.
"Louis!" teriak Mario tak sabar. Ia harus segera mengetahui dimana Alyssa berada.
"Yes, Sir" jawab Louis yang langsung datang ketika suara Mario memanggilnya. Dan begitu melihat ruangan yang sudah hancur berantakan, Louis cukup terkejut melihatnya. Tuan-nya ini tidak pernah seperti ini sebelumnya sekalipun pria itu sedang marah.
"Sir, are you okey?" tanya Louis melihat jemari Mario yang terluka meneteskan darah.
Mario menatap Louis dengan tatapan heran.
"Tangan anda terluka Sir" ucap Louis yang membuat Mario melihat tangannya.
Benar, jemari tangan kanannya terluka dan bahkan ia tidak menyadarinya sekalipun.
"Tidak apa-apa, kau pergi cari tahu posisi Alyssa dimana sekarang" ucap Mario namun tidak di gubris oleh Louis karena pria itu pergi setelah mendengar perintahnya.
Mario menghempaskan tubuhnya di sofa, memejamkan matanya sejenak mencoba menormalkan napasnya yang memburu sebelum akhirnya sebuah gerakan ditangannya menyadarkan Mario.
"Saya akan mencari tahu dimana Nona Alyssa, Sir" ucap Louis sembari membuka kotak obat "Tapi setelah saya mengobati luka anda" tambahnya lalu mulai membersihkan darah di luka Mario.
Mario membiarkan saja apa yang Louis lakukan sambil kembali memejamkan matanya. Tapi saat ia memejamkan matanya, bayangan wajah Alyssa kembali berputar di fikirannya. Alyssa yang menangis bahkan pergi begitu saja tanpa mau mendengar penjalasannya. Bagaimana jika si Oliver itu lebih dulu menemukan Alyssa dari pada dirinya? Bagaimana jika Alyssa menghubungi pria itu ketika dalam kondisi seperti itu? Tidak, Tidak, ia harus menemukan Alyssa secepatnya. Tidak ingin kecolongan lagi seperti yang sebelumnya.
"Mana kunci mobilku?" tanya Mario dengan nada tergesa. Louis pun segera memberikan kunci mobil Mario yang Louis simpan di saku celananya.
Tanpa menunggu lama, Mario mengambil kunci mobil dari tangan Louis lalu bergegas meninggalkan ruangan yang kini hancur berantakan.
"Kau panggil OB untuk membereskan ruanganku. Aku mau setelah aku kembali semuanya sudah kembali seperti semula" Agni hanya berani mengangguk takut mendengar perintah Mario. Bukan perintahnya yang Agni takutkan, namun raut wajah dan suara penuh dengan emosi itu yang membuat Agni tak berani menatap atasannya.
Mario berlalu tanpa memperdulikan karyawannya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan takut. Yang menjadi tujuan utamanya adalah bertemu dengan Alyssa dan menyelesaikan semuanya.
Mario mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, entah sudah berapa kali umpatan yang ia dapat dari para pengendara lainnya yang hampir saja tertabrak.
Mario memukul kasar stir mobil saat tiba-tiba traffic light berubah menjadi berwarna merah. Shit! Siapa orang bodoh yang telah memasang benda sialan itu disana. Tidak sabar, Mario membanting stir ke kanan dan segera keluar dari kerumunan mobil yang sedang menunggu lampu sialan itu berubah.
Mario mencari benda yang saat ini ia butuhkan. Menggeram begitu ponsel yang ia cari tidak ada. Dan sialnya ia baru ingat jika benda persegi panjang itu sudah terbelah dua karena ulahnya. Lihat, sudah berapa kali kata Sialan yang ia umpatkan dari tadi.
Mario menekan tombol telepon di stir mobil.
"Louis, segera kau urus denda atas kekacauan yang ku buat" tanpa menunggu jawaban seseorang yang di sebrang sana, Mario memutuskan sambungan dan kembali melajukan mobilnya.
Mario memakirkan mobilnya saat tiba di depan mansion mewah dengan gaya Europe Classic yang di bagian depan sudah di sambut dengan keindahannya. Dua pilar utama yang berdiri kokoh yang di beri pahatan batu marmer merah maroon yang siap menyambut siapa saja dengan decakan kagum.
Mario setengah berlari memasuki mansion mewah itu. Mengetuk pintu tak sabar, Mario meremas rambutnya menunggu seseorang di balik sana membuka pintu. Tak menunggu lama pintu terbuka dan membuat Mario menghela nafas lega saat Gina lah yang membuka pintu, setidaknya ia tidak perlu berbasa-basi lagi untuk menanyakan Alyssa.
Gina mengerut kening saat melihat sosok Mario berdiri di balik pintu dengan kondisi yang berantakan.
"Mario? Ada apa? Ahh, lebih baik kita bicara di dalam" tawar Gina membuka pintu lebih lebar. Mario menggeleng sebelum akhirnya membuka suara.
"Tidak perlu Mom, aku hanya ingin bertanya, apa Alyssa ada?" tanya Mario berusaha sesopan mungkin. Berusaha tenang saat hati dan pikiran kacau bukanlah hal mudah bukan?
"Alyssa? Biasanya jam segini Alyssa masih di kantor Mario. Ada sesuatu hingga kau mencarinya?" tanya Gina penasaran, di tambah melihat kondisi Mario saat ini yang sangat berantakan. Ada apa dengan anak dan calon mantunya ini.
"Aku sudah ke kantornya tadi Mom, tapi Alyssa tidak ada. Apa Mommy tahu dimana kira-kira Alyssa sekarang?" tanya Mario lagi. Gina berfikir sejenak, lalu mengangguk.
"Biasanya Alyssa di apartemen jika ia tidak ada di rumah ataupun di kantor" jawab Gina. Mengingat kebiasaan Alyssa.
"Dimana alamatnya?" tanya Mario semakin tak sabar, terlebih ia punya celah sedikit dimana keberadaan Alyssa sekarang.
"Tunggu sebentar" Mario mengangguk lalu Gina masuk ke dalam, tak berapa lama Gina kembali dengan kertas yang berisi alamat apartemen Alyssa.
"Kau bisa menemui Alyssa disana" ucap Gina dengan senyum lembut keibuan. Mau tak mau Mario membalas senyum tulus itu.
"Terima kasih, Mom" ucap Mario dan hanya dibalas anggukan dan senyum oleh Gina.
"Hati-hati Mario, dan cepat selesaikan jika ada masalah" Mario mengangguk dan beranjak dari sana.