Chereads / Cinta Kontrak Kerjasama (LoCC) / Chapter 3 - Gina dan Manda

Chapter 3 - Gina dan Manda

Written by : Siska Friestiani

Title : Cinta Kontrak Kerjasama

Instagram : Siskahaling

*Siskahaling*

"Gina?"

Gina menghentikan langkahnya ketika suara yang mungkin ia kenal itu memanggilnya. Membalikkan tubuhnya, Gina mengerutkan kening melihat sosok yang familier baginya.

"Aku sudah menduga kau benar-benar Gina. Hey! Tidak melupakanku bukan?"

Gina terpekik sebelum akhirnya membuka suara dengan nada penuh keterkejutan "Astaga, Manda" suaranya tercekat hampir tidak percaya.

Manda terkekeh melihat betapa terkejutnya Gina melihatnya "Long time no see" ucap Manda lalu memeluk Gina penuh kerinduan.

"Ya Tuhan, aku bahkan belum percaya bisa bertemu lagi denganmu Manda, bukankah kau menetap di Prancis?" tanya Gina sembari mengurai pelukan mereka.

"Yah, aku memang menetap di Prancis. Tapi tidak untuk setahun yang lalu. Zeth bahkan memindahkan perusahaan pusat di sini karena Mario tidak ingin mengambil alih perusahaan jika ia harus pindah ke Prancis" jelas Manda.

Yah, Manda dan Gina memang sudah bersahabat sejak mereka menempuh pendidikan di Harvard University

"Mario? Ya Tuhan, bagaimana dengan pria kecil yang manis itu, aku terakhir kali bertemu dengannya ketika ia berumur 4th"

"Tidak tidak, aku tidak ingin menjadi pusat perhatian di sini. Bougenvil Cafe, kita akan mengobrol panjang lebar disana"

Gina mengangguk paham "Kau benar, karena kita memiliki banyak hutang cerita sekarang" Gina menggerling membuat Manda terkekeh lalu kedua beranjak dari sana.

_Siskahaling_

"Ferdy meninggal?"

Manda nyaris terpekik begitu mendengar cerita Gina yang baru saja ia ketahui. Oh Tuhan, bagaimana mungkin ia baru mengetahui kabar duka ini sekarang? Dan Manda menyesal baru mengetahuinya karena ia yakin Gina pasti sangat terpuruk atas kepergiannya Ferdy. Dan ia tidak berada di samping Gina saat itu.

"Yah, dua tahun yang lalu, kecelakaan" ucap Gina sembari menyunggingkan senyum sedih yang tentu saja terlihat jelas oleh Manda.

"Saat itu, Ferdy memberikan Alyssa mobil baru sebagai kado ulang tahun. Kau tentu saja tahu bagaimana Ferdy begitu memanjakan Alyssa bahkan sejak masih dalam kandunganku bukan?" lanjut Gina, lagi-lagi tersenyum yang tidak sampai kemata.

"Mereka mencobanya. Yah, saat itu Ferdy dan Alyssa mencoba mobil baru itu dan pada saat itulah kecelakaan itu terjadi"

Air mata Gina menetes karena ia tidak mampu lagi membendungnya. Bayangan tentang Alyssa dan Ferdy yang saat itu dalam kondisi kritis berputar di kepalanya.

Saat itu tepat ulang tahun Alyssa yang ke-23, Ferdy memberikan kado sebuah mobil untuk Alyssa. Tidak main main Fredy langsung memberikan Pagani Huarya BC untuk Alyssa.

Namun Naas, kecelakaan itu terjadi dan membuat Ferdy meninggal sedangkan Alyssa koma selama satu minggu, tentu itu adalah pukulan yang begitu menyakitkan untuk Gina.

"Ssstttt, sudah. Kau tidak perlu menceritakannya jika sulit. Dan maafkan aku karena aku tidak berada di sampingmu saat itu Gina." Ucap Manda penuh penyesalan.

Gina menggeleng "Tidak apa-apa, kejadian ini memang aku tutup rapat dari media. Aku tidak ingin Alyssa merasakan penyesalan lagi jika banyak media yang memberitakannya"

"Ahh, kenapa jadi mellow begini" Gina mengusap air matanya lalu terkekeh menyadari lucunya keadaan mereka sekarang.

"Lalu bagaimana kau dengan Zeth? Priamu itu masih mesum sampai sekarang?" Gina mengedipkan kedua matanya menggoda Manda.

Manda terkekeh, menghargai Gina yang berusaha menghilangkan suasana sedih yang baru saja terjadi.

"Dari semua sifat yang ia punya kenapa hanya bagian mesum yang kau ingat, Gin"

Gina tertawa mendengar protes wanita yang sejak kuliah dulu sudah menjadi sahabatnya.

"Oh ayolah, siapa yang bisa melupakan seberapa mesumnya pria itu dulu"

"Dan Mario mewarisinya" timpal Manda.

"Astaga, Zeth benar-benar menunjukkan dominannya dimana-mana. Hahahah"

"Gina, apa kau tidak pernah membayangkan sesuatu?"

"Seperti?"

"Kita menjadi besan misalnya?"

_Siskahaling_

Cklek

"Alyssaaa!"

Alyssa menggeram kesal mendengar pintu ruangannya terbuka dan disusul suara teriakan yang membuat telinganya berdenging. Tidak perlu melihat siapa yang datang, Alyssa sudah tahu siapa biang onar yang mengganggu waktu kerjanya.

"Aku akan memecatnya setelah ini" desis Alyssa menatap kesal Sivia yang kini sudah duduk manis di sofa ruangannya.

"Tidak-tidak, aku akan membunuhmu jika kau melakukannya. Jangan macam-macam, Al. Acha sudah melarangku tadi" ancam Sivia yang mengerti siapa yang akan Alyssa pecat karena ulahnya.

"Dan kau mengabaikan larangan sekretarisku" ucap Alyssa sarkas lalu meraih map biru yang bertuliskan Calvert Corp di bagian depannya.

"Ada apa?" tanya Alyssa datar tanpa menatap lawan bicaranya. Tangannya sibuk membolak-balik berkas kontrak kerjasama dengan perusaan Calvert. Karena satu jam lagi ia ada pertemuan dengan perusahaan itu.

"Tidak ada, aku hanya ingin menggangumu" jawab Sivia santai. Sangat santai bahkan. Membuat tingkat persentase Alyssa untuk membunuh wanita itu semakin kuat.

Sialan memang.

"Dan kau memang sangat mengganggu" ucap Alyssa datar. Jika tadi jarum kemarahannya di angkat 5 kini sudah mendekati angka 9. Sedikit lagi, sampai dimana Alyssa akan benar-benar membunuh wanita yang ia katakan sialan itu.

"Ahh, aku senang mendengarnya. Aku anggap itu sebagai pujian"

Beruntung saat ini tidak ada benda tajam atau sejenisnya di dekat Alyssa. Jika tidak mungkin Alyssa sudah menusuk kepala Sivia berkali kali sampai ia merasa puas.

"Oliver menghubungimu?" tanya Sivia sembari meraih majalah di meja sofa, lalu tersenyum begitu melihat bagian cover majalah bisnis itu adalah wajah cantik milik Alyssa. Ada rasa kebanggaan tersendiri sebenarnya yang Sivia rasakan saat melihatnya.

Ahh, pantas saja ia baru mengetahuinya. Majalah edisi terbaru ternyata.

"Untuk apa pria itu menghubungiku?" tanya Alyssa balik tak menjawab pertanyaan Sivia.

"Aku bertanya padamu bodoh. Kenapa kau bertanya balik" ucap Sivia menaikkan satu oktaf nada biacaranya. Kesal tentu saja.

Namun yang Sivia dapat malah jawaban yang semakin membuat kekesalannya semakin bertambah. "Aku tidak ingin menjawabnya"

HELL!! Jika sudah seperti ini yang cocok mendapat julukan sialan sebenarnya siapa?

"Sudah, aku tidak akan bertanya denganmu lagi"

"Bagus, seharusnya itu yang kau lakukan sejak tadi" balas Alyssa. Wanita itu melirik jam tangannya lalu berkemas merapikan map di mejanya. 13.17 sudah saatnya ia berangkat sekarang.

"Kau mau kemana?" tanya Sivia.

Well wanita ini ternyata memiliki ingatan yang buruk Sivia bahkan sudah melupakan perkataannya tadi. Padahal belum ada lima menit yang lalu Sivia berkata tidak akan bertanya apa pun kepada Alyssa.

"Perbaiki dulu ingatanmu sebelum bertemu denganku, Via. Dan aku harus pergi, jika kau masih ingin disini tidak masalah asal jangan menyentuh pekerjaanku, kau akan mengacaukannya" ucap Alyssa yang masih sibuk mengemasi berkas yang ia bawa.

"Mike!"

Pintu ruang kerja Alyssa langsung terbuka dan Mike sudah berdiri dan menunduk sopan di depan sana.

Mike Stuard, pria berumur 28th yang sudah menjadi bodyguard pribadi Alyssa sejak Alyssa mulai mengambil alih pimpinan Clovist Company.

"Silahkan, Miss. Semuanya sudah siap" ucap Mike begitu sopan.

Alyssa mengangguk lalu beranjak dari kursi. Secara spontan Mike membukakan pintu untuk Alyssa.

"Mike?"

Mike yang baru saja akan menyusul Alyssa berbalik ketika suara Sivia memanggil namanya.

"Hati-hati, usahakan Alyssa nyaman saat di mobil. Selalu kontrol pernafasannya, jangan sampai Alyssa merasa sesak" perintah Sivia yang tentu saja Mike langsung mengangguk sebagai jawaban. Ia sudah tentu hapal bagaimana kondisi boss-nya itu.

"Iya, Miss. Kalau begitu saya permisi" pamit Mike lalu kembali menunduk sebelum keluar dan menyusul Alyssa yang sudah keluar lebih dulu.

Sivia menghela nafas begitu Mike sudah pergi menyusul Alyssa. Kini perhatiannya tertuju pada figura yang terpajang begitu apik di salah satu dinding ruang kerja Alyssa.

"Kau begitu dingin dan menyebalkan, Al. Tapi bagaimana mungkin kau bisa langsung sesak napas ketika kau berada di dalam mobil"

"Uncle, bantu Sivia untuk mengembalikan Alyssa kita seperti yang dulu"